Salju pertama turun malam ini dan malam ini pula kedua sejoli itu berhadapan secara langsung.
Kim seokjin menatap tajam kedua manik mata shin hye, kedua mata yang saat ini tengah menahan hawa panas dan cairan bening yang mendesak ingin membasahi kedua pipinya lagi.
"apa hidup yang kau jalani sekarang adalah usaha maksimal mu untuk mendapat kebahagiaan ?" hancur seluruh pertahanan yang berusaha shin hye buat, ia membiarkan Kim Seokjin melihatnya menangis setelah sekian lama mereka tidak berhadapan seperti ini.
Kedua tangan seokjin mengepal kuat, entah apa yang ia rasakan saat ini mungkin siapapun tak dapat menggambarkannya selain dirinya sendiri.
"why you being like this to me ?" tanya seokjin dengan nada datar tak menggambarkan sesuatu apapun.
Seokjin memutar tubuhnya membelakangi shin hye, pria itu memejamkan kedua matanya dan berusaha kembali mengatur seluruh rasa yang berkencambuk didalam hatinya.
"seokjin-ah" lirih shin hye, seokjin tak bergeming sedikitpun. Pria itu masih membelakangi shin hye dengan matanya yang terpejam.
"ini sudah larut, aku tidak ingin mengantar mu, jadi bermalamlah disini, kau bisa tidur dimanapun sesukamu" seokjin meninggalkan shin hye dan menutup pintu kamarnya.
Shin hye berjalan menuju kamar yang dulu biasa ia gunakan untuk meletakkan semua barang – barangnya ketika ia masih bersama seokjin, semuanya masih terlihat sama, tak ada yang berubah bahkan bergeser sedikitpun. Jemari shin hye bergetar tak kala ia melihat sebuah jam tangan yang sungguh sangat ia kenal.
"apa kau menyukainya ?" tanya sang wanita, tak lama kemudian pria di hadapannya mengulurkan tangan kanannya.
"hmm ?" gumam sang wanita tak mengerti.
"apa kau tidak ingin memakaikan nya untuk ku ?" wanita itu, ia Park shin hye dengan senyum kemudian memasangkan jam tangan termahal pertama yang ia beli pada pergelangan tangan pria nya – kim seokjin-
Kedua kaki shin hye bahkan tak sanggup lagi menahan beban tubuhnya, tubuh wanita itu merosot seketika merasakan dingin lantai tempatnya tadi berpijak.
Shin hye menepuk dadanya berharap dengan cara itu ia dapat mengurangi rasa perih yang saat ini tengah menyakitinya.
"maaf...maafkan aku" gumam shin hye di sela isakan nya.
Sementara seokjin tengah memandang pantulan dirinya pada cermin didalam kamar mandi nya, seluruh tubuhnya bahkan sudah basah meskipun masih dengan pakaian lengkapnya.
Lamunan pria itu terusik tak kala ia merasakan ponselnya yang bergetar tak jauh dari jangkauannya. Dengan perlahan pria itu meletakkan ponsel pada telinganya.
"sayang.." seokjin mengerutkan keningnya lalu melirik jam tangannya.
"ahn hani ?" seokjin tidak mendengar jawaban lain selain suara tawa yang terdengar menyedihkan.
"sungguh aku ingin sekali memanggil mu seperti itu Kim Seokjin" seokjin mendongak kan kepalanya berusaha menetralisir rasa pening yang saat ini mendera kepalanya.
"dimana kau sekarang ?"
"hmmm aku ? ah tak usah terlalu khawatir, aku memiliki beberapa asisten yang kapan dan dimana saja bias menjaga ku, tidak seperti wanita mu yang sendirian itu"
"kau...masih mencintainya bukan ?" seokjin berusaha focus dengan keberadaan wanita yang tengah berbicara dengannya di ujung telephone. Saat ini sudah larut dan pria itu yakin hani tidak sedang berada di apartemennya.
"diam disana sampai aku datang" dengan cepat seokjin memutus sambungan telephonenya dan mengganti seluruh pakaiannya yang basah.
Langkah seokjin terhenti tak kala mendengar suara isak tangis yang ia yakini siapa pemiliknya, namun kemudian pria itu melangkahkan kakinya sambil mengenakan jaket dengan terburu – buru.
KAMU SEDANG MEMBACA
House of Cards
FanfictionLike there's no tomorrow, Like there's no next time.. Everything that you've done in front of my eyes it's a complete darkness, Say it like you mean it.. In the end, we can't make it.. Even so, I keep hoping.. Even if you say it's a useless dream, j...