I wanted to be happy for once, but that made you cry...
Please forget everything and move on...
[PSH]
[Park Shin Hye POV]
Ini pertama kalinya bagi ku melihat kedua adik kandung Seokjin bertandang ke kediaman kakak sulung mereka, ketiga keturunan keluarga Kim itu memang terlihat sungguh sempurna, mereka pintar, tampan dan berprilaku sangat sopan.
Aku berjalan menuju ruang kerja seokjin dengan sebuah nampan berisi tiga cangkir teh hangat di tangan ku, dengan sangat hati – hati aku mengetuk pintu jati berwarna coklat kayu itu.
Tangan ku terulur membuka knop pintu, ketika pintu terbuka aku melihat seokjin tengah duduk pada kursi kerjanya dengan kedua adiknya yang masih berdiri sejajar namun tengah mengalihkan pandangannya pada ku.
"maaf apa aku mengganggu ?" ucap ku, seokjin menunjukan senyum nya lalu menggeleng. Kim Taehyung dengan senyum kotaknya berjalan ke arah ku lalu mengulurkan kedua tangannya.
"biar aku yang membawanya nuna" ucapnya, aku pun tersenyum lalu memberikan nampan ku untuk diambil alih oleh anak bungsu keluarga Kim itu.
Aku melihat Taehyung meletakkan nampan itu tepat pada meja kerja seokjin, aku dengan perlahan membawa salah satu cangkir dan meletakkannya tepat di hadapan seokjin.
"terimakasih sayang" ucap seokjin dengan senyum dan tangan kanan nya yang mengusap lembut punggung ku.
"hmmm nuna, aku lapar bisakah kau membuatkan aku sesuatu ?" aku pun menunjukan senyum ku, taehyung mungkin terlihat sedikit berbeda dengan kedua kakak nya yang terlihat cukup serius, anak ini sedikit lebih terlihat santai dan mudah memperlihatkan apa yang ia rasakan.
"apa kau juga ingin sesuatu ?" tanya ku pada seokjin yang memang baru saja pulang dan belum mengecap apapun selain bibir ku.
"apapun selama tidak merepotkan" ia kembali tersenyum hangat pada ku. Entah apa namanya namun saat aku melihat senyumnya sungguh jantung ku seakan berdesir, dengan seketika bahkan hampir tak pernah ku sadari kedua ujung bibir ku tertarik untuk balas tersenyum padanya. Aku mengalihkan pandangan ku pada Namjoon.
"apapun Shin Hye -sshi" ucap namjoon kemudian. Aku dan taehyung pun berjalan beriringan meninggalkan seokjin juga namjoon di ruangan itu.
"jadi apa yang saat ini kau inginkan ?" tanya ku pada taehyung tak lama saat kami sampai di dapur, aku melihat taehyung memandang lekat lemari es yang selalu dan tak akan pernah kosong itu.
"apa nuna bisa memasak soup kimchi ?" aku melihatnya yang terkesan sangat serius dengan apa yang ia tanyakan pada ku.
Sepertinya selera kakak beradik ini memang tidak jauh berbeda.
"apa kau ingin menu itu saat ini ?" taehyung mengangguk mantap, anak ini terlihat polos namun dewasa secara bersamaan, entahlah namun aku nyaman berada didekatnya.
"aku sudah lama tidak merasakannya" ada nada kecewa dari perkataannya.
"kenapa kau tidak meminta untuk di buatkan ini di rumah ?" tanya ku, taehyung memandang ku lalu tersenyum miris.
"aku tidak pernah makan soup kimchi selain buatan seokjin hyung" mungkin saat ini aku sedikit terkejut, jika taehyung berkata ia tidak pernah memakan soup kimchi selain buatan seokjin, itu berarti sudah sangat lama, karena seokjin membenci rumahnya.
"ah begitu ? tapi sepertinya masakan seokjin akan jauh lebih enak, apa tidak masalah ?" taehyung menggeleng.
"nuna membuatnya untuk ku lalu aku makan bersama semua hyung ku dan nuna jadi itu akan menjadi yang paling enak" entah mengapa kata -kata itu memang terdengar berlebihan namun aku percaya ia berkata jujur. Aku memberikan senyum terbaik ku untuk nya, lalu mengusap pundak taehyung dan menepuknya mengisyaratkan anak itu untuk memberi ku sedikit ruang agar aku dapat mempersiapkan bahan – bahan untuk memasak.
***
[Author POV]
Kim Namjoon mendudukan dirinya pada bangku yang berada tepat di hadapan kakak kandungnya itu, ia menengguk salivanya.
"aku rasa ini mulai membahayakan untuk mu hyung" ujar namjoon lalu melipat kedua tangannya. Ia menatap pria yang ia sebut hyung itu dengan intens.
Orang yang di tatap itu tak terlihat melakukan response apapun, pria itu dengan tenang menesap teh dalam cangkirnya.
"aku masih belum mengerti apa yang sebenarnya terjadi tapi..." namjoon berhenti sejenak, ia berusaha tetap stabil.
"...tapi pasti ada sesuatu, apa kau benar tak ingin membaginya dengan kami ? paling tidak dengan ku ?" perbincangan kedua pria bermarga Kim itu terlihat begitu serius dan sangat tenang.
"tidak ada apa – apa, berheti berspekulasi seolah kau mengetahuinya Kim Namjoon" Namjoon berdecak.
"come on Kim Seokjin, apa saat ini kau sungguh masih akan menyimpannya sendiri ?" pertayaan namjoon sama sekali tak membuat lawan bicaranya itu memperlihatkan reaksi yang signifikan. Kim Seokjin masih dan akan selalu terlihat tenang, ia menggulung lengan kemejanya dengan sangat santai.
"aku akan baik – baik saja selama calon istri ku tidak terluka" namjoon mengangguk sambal menghela napasnya, seharusnya memang pria itu sudah sangat mengetahui apa yang akan kakak kandungnya lontarkan.
"apa kau benar – benar akan menikahinya hyung ?" seokjin menatap lawan bicaranya itu dengan tatapan seorang kakak yang hangat, dengan senyum ia mengangguk sabagai jawaban dari pertanyaan sang adik pertama.
"sudah ku katakana untuk tidak berspekulasi Kim Namjoon, mereka tidak akan bisa menyentuhnya" namjoon kembali berdecak.
"lalu bagaimana dengan mu ?" pertanyaan namjoon membuat seokjin berhenti saat ia kembali ingin menyesap teh nya.
Untum saat ini Namjoon kembali berpikir ia sungguh tak akan pernah mengerti jalan pikiran kakak kandungnya itu.
"aku sudah mempersiapkan segalanya dengan sangat matang" ucap seokjin.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
House of Cards
FanfictionLike there's no tomorrow, Like there's no next time.. Everything that you've done in front of my eyes it's a complete darkness, Say it like you mean it.. In the end, we can't make it.. Even so, I keep hoping.. Even if you say it's a useless dream, j...