Perhatian.

616 34 0
                                    

Apapun yang berhubungan dengan hujan, Alle suka. Hujan yang mengingatkannya dengan Erald, sahabatnya.

Dulu,
Setiap hujan turun, Alle akan kluar dari rumah dan berlarian menuju rumah Erald. Alle sangat rindu masa itu.

Alle kecil berteriak kesal, saat tangan mungilnya sedang tertarik keras. Erald tak pernah membiarkan, sahabatnya itu hujan-hujanan. Setelah itu, sudah pasti Alle dan Erald akan bertengkar hebat. Lalu, Erald akan mengalah dan berbaikan deh mereka.

Hal-hal kecil yang sangat menyebalkan dahulu, berubah menjadi hal besar yang merindukan. Alle menghela nafas kasar, lalu menerbitkan senyumannya kembali. Gadis itu tak ingin berlama-lama terpaku dengan masa lalu. Yang, harus ia lakukan adalah menjalaninya dengan lapang dada. Walaupun, sulit.

"Pelan-pelan kali! Kepleset baru tau rasa."

Suara bariton itu memasuki gendang telinga Alle. Risih, ia menyingkirkan suara itu dari telinganya. Bodo amat dibilang budeg. Ia tak ingin melewatkan moment indah ini.

Mungkin Gerald lelah dengannya, sebodo teuing. Disini, di tempat ini, Alle hanya ingin merasakan sebuah kebahagian. Kakinya bergerak dengan lincah, melompat kesana kemari, layaknya anak kecil.

Tanpa sadar, dataran menurun dan masih licin, gadis itu tetap melompat-lompat. Hingga akhirnya.....

"Akhhhhhhhhhhhhhhhhhh..."

Kakinya teegelincir, tubuhnya terjatuh dan berguling seperti bola. Sakit, itu yang Alle rasakan sekarang. Gadis itu hanya berteriak sambil memejamkan mata.

Alle pasrah. Apapun yang akan terjadi, biarlah terjadi. 

***

Sebodo amat ya ama tuh cewe. Diingetin malah ga di denger. Gerald kesal. Sampe kapan tuh cewe berubah jadi ga ngeselin? "Gue sumpahin budeg beneran, tau rasa!" Gerald mengumpat sejadi-jadinya.

Tak berselang persekian menit berlalu. Ia mendengar teriakan keras dari arah depannya. Darahnya seperti berhenti seketika, hingga memacu jantungny memompa lebih cepat. Kakinya berlari dengan cepat, menghampiri asal suara.

Gerald sudah berlari sekencang mungkin, tapi tak secepat jatuhnya perempuan itu. Alle telah tergeletak di kaki jalan.

"Aduh, gue udah bilang kan tadi! Jangan lari-lari, tetep aja lari. Nyusahin gue kan jadinya." Gerald kesal pada gadis di depannya.

Stop Rald! Ga usah bego. Itu cewe udh pingsan, darahnya keluar, lo masih aja marah marah? Tega amat sih.

Hanya mengumpat yang bisa Gerald lakukan sekarang. Dengan hati-hati, Ia menggendong Alle. Iya, walaupun marah, Gerald masih punya rasa kasihan.

Untung jarak dengan villannya tidak terlalu jauh. Untuk ukuran wanita, Alle lumayan juga. Ternyata mata bisa berbohong. Buktinya badan sekecil itu, jika di gendong berat juga.

Villa tampak sepi sekali, kemana bocah bocah blegek itu. "Ahh bodo, gue harus cepet naro nih anak ke kamarnya."

Gerald meletakkan tubuh gadis itu keatas kasur dengan perlahan. Tak ingin menambah sakit yang sudah Alle rasakan. Baru saja, ia ingin beranjak mengambil peralatan P3K, tangannya di tarik dengan kuat.

"Eungh, Rald. Jangan pergi lagi! Eryne kangen." Lirih gadis itu dalam tidurnya. Rald? Biasanya Alle akan memanggilnya Gege. Jadi siapa itu Rald? Lalu, bagaimana dengan Eryne? Jelas-jelas, ia sangat tak suka saat dipanggil Eryne.

"Gue jadi penasaran tentang diri lo."

Gadis itu masih meracau dengan keras tak karuan. Ditambah dengan keluarnya bulir-bulir peluh dari dahinya. Gerald menghapus keringat itu, tanpa ada rasa jijik sedikitpun.

"Gila, panas banget!" Gerald berjengit sendiri saat menyentuh dahi gadis itu. "Ck, dibilangin susah banget sih. Udah tau ujan bikin sakit, masih aja maenan ujan."

Lelaki itu menarik perlahan tangannya, berusaha tak membuat gadis itu terbangun. Gerald berjalan mengambil P3K yang biasanya terletak di laci.

Dengan telaten, Gerald mengobati luka-luka yang ada di kaki dan tangan gadis itu. Belum pernah ada wanita yang diberikan perhatian selebih ini. Entah dalam lubuk hatinya, ia merasa harus melakukannya. Serasa memang ia pernah mengenal gadis itu lama.

Deg

Kenapa gue jadi perhatian sama dia?

Dengan cepat, Gerald menggelengkan kepalanya. Tidak mungkin dan tidak holeh seperti ini. Dia target! Target yang perlu di dapatkannya.

Cepat-cepat lelaki itu merapikan semua peralatan yang ia gunakan tadi dan bergegas keluar dari kamar itu. Ia hanya tak ingin melakukan hal-hal bodoh seperti tadi.

***

"Eunghh.." lenguh gadis cantik itu. Matanya mengerjap lucu, menyesuaikan diri dengan cahaya dari luar yang menerobos.

Ia sedikit terkejut melihat dirinya terkulai lemas diranjang. Padahal tadi ia sudah rela jika terjadi yang tidak-tidak. Dan ternyata disini, Tuhan masih menyayanginya.

Alle berusaha berdiri dari tidurnya. Namun, seketika kepalanya pening. Pandangannya berbayang-bayang. Pasti karena hujan-hujanan tadi. Sebenarnya, gadis itu sangat sensitif dengan hujan. Namun ia suka, walau harus terserang sakit.

"Owh, udah bangun. Makan nih!" Perintah lelaki itu.

"Apaan sih kamu perintah-perintah gitu! Aku ga mau makan."

Gadis itu merajuk. Alle kesal, lelaki itu selalu memerintah seenaknya saja. Memang dia siapa?

"Ga ada terima kasih terima kasihnya ya lo! Nyesel gue nolongin jadinya. Serah mau makan apa engga."

Gerald mendesis kejam. Egonya terluka. Ia sudah berusaha baik, tau kalo gadis itu sedang sakit. Tapi, apa yang ia terima?

Melihat muka marah lelaki itu, Alle merasa tak enak. Mengingat fakta, Gerald lah yang menolongnya tadi.

"Ge," panggil Alle pelan. Gerald berhenti mendengar panggilan lirih tersebut. Tetapi karena egonya, ia sama sekali tak ingin menoleh melihat gadis itu.

"Maaf dan terima kasih." Ucap Alle pelan. Gerald mendengus lalu keluar begitu saja.

Akhh Alle merasa sangat tidak enak dengan lelaki itu. Biarkan begini saja dulu, kepalanya juga masih sangat pusing kini.

Gadis itu memilih memakan makanan yang tadi dibawa Gerald. Sebenarnya, sejak tadi perutnya sudah berteriak minta diisi. Tapi, karena Gerald yang membawanya, entah kenapa dirinya menjadi emosi.

***

Bersambung...

Huaaaaa... maaf ya cuman segini dulu. Otak gue mentok HAHAHA. padahal ini sudah berminggu minggu lamanya. Maafkan daku.

Terimakasih yang sudah mau membaca. Saya sangat berterimakasih. Sampai ketemu di part berikutnya. Muahh😘😘😘



StuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang