Sena POV
Jadi itulah kenapa Yoongi disalahkan atas kematian Minhyuk. Dia sendirilah yang memutuskan menjadi kambing hitam dalam kisah ini. Miris, sungguh miris. Aku sangat tidak percaya orangtuanya bisa dengan begitu saja menelan informasi itu mentah-mentah tanpa menanyakan kebenarannya pada Yoongi. Mereka jauh lebih percaya polisi, daripada anaknya sendiri.
Aku menghela napas ketika aku sadar bahwa aku tidak bisa berbuat banyak ketika Yoongi menangis dalam diam. Dia mendongakkan kepalanya ke atas. Mengerjap-ngerjap, seolah dengan begitu air mata tidak akan tumpah lebih banyak lagi. Tapi itu sulit. Kulihat rahangnya mengeras, tanda kalau dia sedang berusaha sekuat tenaga. Kenapa pria sangat suka menahan air matanya?
"Hei, mendekatlah."
Ia pun melakukan apa yang kusuruh. Dan saat dia sudah sangat dekat denganku, aku pun memeluknya. Aku tahu, dia terkejut. "Menangislah saja. Aku tidak akan menghinamu cengeng atau seperti anak kecil. Justru-"
Belum selesai aku bicara, tubuhnya langsung bergetar hebat. Ya, dia menangis. Mengeluarkan semua air mata yang sudah ditahannya sejak lama, membuang beban yang selama ini memberatkan bahunya. Aku mengerti bagaimana perasaannya. Dia pasti tidak mengungkapkan semua itu pada Kihyun. Dan dia juga tidak punya teman berbicara lain, entah itu di sekolah atau di rumahnya. Aku tahu bagaimana rasanya kesepian. Aku sedikit lega saat dia mau membuka dirinya padaku.
Harusnya dia lakukan ini sejak lama.
Bohong kalau aku tidak mengharapkan ini terjadi.
Aku ingin Yoongi bersandar padaku.
Itu saja.
--
Hari-hari pun berlalu, tak terasa ujian semester ganjil pun menyapa kami. Tidak ada yang berubah. Orang-orang tetap menyebarkan rumor soal aku yang berpacaran dengan Kihyun, hubungan antara Soomi dan Taehyung masih tak kunjung membaik, dan Yoongi tetap berperan sebagai anak nakal yang suka cari gara-gara di kelas. Hanya saja, rumor tentangku dengan Kihyun makin memanas. Berita penculikanku tersebar begitu saja, dan semua orang setuju kalau itu bukan lagi rumor, tapi fakta. Kihyun yang menyelamatkan seorang Oh Sena dari mantan pembunuh Min Minhyuk, sudah menjadi gossip terhangat sendiri di antara para gadis.
Kesal sekali saat aku harus menerima kenyataan kalau ujian kali ini tidak dilaksanakan di kelas masing-masing. Tapi dengan sistem campur. Sialnya lagi, kenapa aku harus jauh dari Soomi tapi justru sekelas dengan Kihyun dan Geng Yeon? Mampus kuadrat. Kurasa aku akan menua 5 tahun setiap harinya selama seminggu UAS dilangsungkan.
Lokasi dudukku dan Kihyun bersebelahan. Bagus, pasti ini akan menjadi sejarah yang paling fenomenal buatku. Nayeon dan Yeonhwa yang sebenarnya duduk di sudut lain kelas, dengan sengaja melewati jalan di antara bangku kami. Mereka mencubitku dengan gemas sambil melirik-lirik Kihyun. Oh sh*t, bahkan Kihyun jauh lebih tenang dari mereka. Ingin sekali kuberkata kasar namun imej seolah menolak.
"Aku sudah lelah mengatakan pada semua orang kalau kita tidak pacaran," ujarnya setelah Duo Yeon itu sudah jauh dari kami. Ia menutup buku tebalnya, menoleh padaku sambil membenarkan kacamata. Dia tak tampak seperti Kihyun yang menolongku hari itu.
"Sejak awal aku sudah malas membicarakannya dengan mereka," balasku. Kukeluarkan alat tulis dari tas dan meletakkannya di permukaan meja.
"Apa lebih baik kita pacaran benaran saja?"
Ucapannya otomatis membuatku menoleh. Dan dia tersenyum. "Aku hanya bercanda."
Aku menghela napas. Itu kalimat terbaik yang pernah kudengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stereotype (BTS & Monsta X) [Completed]
Fanfic[SELESAI] [sudah ada sequel Name of Love] "We all use stereotype all the time, without knowing it...." Paul, 1998 RANK: #87 - taehyungbts, #47 - yookihyun (13/05/18)