3

1.7K 103 1
                                    

"Selamat pagi!"

Terdengar sebuah suara yang membangunkan Olivia dari mimpi nyenyaknya. Dia terbangun dan mengingat bahwa dia tinggal bersama Cla sekarang, bukan Aunty Emma lagi. Mungkin akan menyenangkan? Batinnya.

"Ah, selamat pagi Claire," jawab Livia.

"Jam berapa sekarang?" Tanya Livia sembari mengambil handuk untuk mandi.

"Jam 6 pagi. Bergegaslah Livia, atau aku akan meninggalkanmu?"

"Tunggu sebentar"

***

"Siapa pembimbing kita hari ini?" Tanya Cla, bingung.

"Aku tidak tahu, aku harap bukan Mr. Janchkin," jawab Oliver.

Claire bergidik tidak tahu. Tanpa berkata apapun lagi, mereka bergegas meninggalkan asrama dan pergi ke universitas.

Baru saja mereka menyusuri perjalanan sekitar gerbang, Seseorang yang tidak lain adalah David datang ke arah Livia dan Claire.

Livia yang menyadari kedatangan David langsung menarik tangan Cla pergi dari gerbang.

"Lari!" Kata Livia singkat.

Cla yang tidak mengerti langsung saja ikut perintah yang dialunkan Livia. Mereka terpisah di salah satu koridor yang menghubungkan 2 gedung sekolah. Livia pergi ke arah lapangan basket indoor, sedangkan Claire pergi ke arah kerumunan di koridor.

Livia yang masih bingung dengan denah antic tentu saja tersesat. Ia terhenti sebentar di hall besar tempat latihan basket, tepatnya gedung dua. Tempat ini sangat besar seperti kastil, batin Livia.

Di situ ia melihat sebuah bayangan hitam yang bergerak sangat cepat. Livia yang penasaran kemudian bersembunyi di sela - sela tiang penyangga.

Itu Jade.
Gerakannya sangat cepat. Dengan bermodal kelincahan dan kekuatan otot yang dimilikinya, sudah cukup untuk membuat Jade menjadi ketua basket universitas Antic. Karena kepemimpinannya yang dinilai bijak, universitas Antic mendapat banyak piala kategori basket.

"Siapapun yang di sana, keluarlah sekarang,"

Ucapan Jade yang tiba - tiba mengagetkan Olivia. Karena kaget, dia langsung menampakkan dirinya di depan Jade.

"Oh, kau rupanya?" Tanya Jade.
"Merindukanku?" Sambungnya.

Olivia yang tidak mengerti apapun hanya diam tak berkutik. Jade memiringkan senyumnya. Terlihat pula salah satu lesung pipitnya yang menusuk ke dalam.

"Olivia Carolline. Anak sulung dari Nyonya Millie, Ratu ketiga dan juga Tuan James, Raja ketiga pemimpin abad ke 19"

Jade bergumam tidak jelas, pikirnya. Olivia tidak dapat mencerna semua perkataan Jade. Yang dia bingungkan sekarang adalah bagaimana caranya Jade tahu mengenai keluarganya.

"Bagaimana kau bisa tahu?" Tanya Olivia.
"Apanya?"
"Bagaimana kau bisa tahu tentang aku?"
"Karena kita pernah bertemu sebelumnya,"

Olivia masih tidak mengerti. Tak lama kemudian, terdengar sebuah suara tepuk tangan sebanyak 3 kali. Suara itu bersumber dari sudut ruangan yang sangat gelap.

"Jadi kau menemukannya juga ya? Hebat sekali"

"Apa tujuanmu datang kemari?"
Sahut Jade.

"Tentu saja mengejar Sang Putri"

Jade tersenyum, dia melayangkan bola basket yang berada di tangannya ke arah David. Bayangan bola basket itu hampir tak terlihat, sangat cepat! Tetapi David dapat menangkisnya dengan mudah.

You're BloodWhere stories live. Discover now