4

1.5K 92 3
                                    

Apa maksudnya itu? Batin Olivia.

Olivia yang masih tidak mengerti dengan hal - hal aneh yang dialaminya masih bertanya - tanya. Otaknya tidak berhenti berpikir akan mengingat sesuatu. Berulang kali dia memaksa, tetapi hasilnya nihil. Dia tidak mengingat apapun.

Mungkin saja mereka salah orang? Batinnya.

"Ppssst!" Panggil Claire.
"Jangan melamun terus, nanti Mr. Janchkin akan melihatmu!" Sambung Claire.

Benar saja, Olivia langsung dipanggil ke depan oleh Mr. Janchkin.

"Jadi, bagaimana menurutmu Nyonya Carolline?" Tanya Mr. Janchkin.

Mendengar namanya dipanggil, lamunan Olivia menjadi buyar.

"Ah, i-iya? Ada apa?" Sahut Livia kaget.
"Anak - anak, inilah sebabnya jika kau melamun saat jam belajar," tukas Mr. Janchkin.

Semua mata menatap ke arah Livia, begitu pula dengan pria yang duduk di sebelah Claire, Zoey. Livia menjadi malu.

"Kalau begitu, mari kita lanjutkan pelajarannya. Nyonya Livia, temui aku di ruang guru setelah pelajaran usai," tandas Mr. Janchkin.

***

"Ah, benar - benar sial!" Celoteh Livia.

"Kan sudah kubilang sebelumnya," sahut Cla.

Olivia menatap Claire kesal. Tetapi Claire bergidik tak peduli.

"Aku akan ke ruang guru. Tunggu aku di asrama" ucap Olivia.

Olivia menyusuri koridor, dia mulai hafal dengan arah jalan walau tidak sepenuhnya. Keadaan terlihat ramai, orang - orang mulai pulang menuju ke asrama.

Knock.. knock..
"Permisi?" Ujar Olivia.
"Silahkan masuk" ucap salah satu suara dari arah lain.
"Mr. Janchkin?"
"Silahkan duduk," kata Mr. Janchkin.

Ruang guru mulai terlihat sepi. Para guru mulai pulang, hanya tersisa Olivia dan Mr. Janchkin di situ. Di sela - sela keheningan tersebut, Mr. Janchkin membuka pembicaraan.

"Jadi? Olivia Carolline?" Tanya Mr. Janchkin.
"Iya, pak" sahutnya.
"Keponakan dari Nyonya Emma?"

Olivia mengangguk mantap. Saat itu Mr. Janchkin terdiam sejenak.

"Kalau begitu, sampaikan kepada Nyonya Emma,"

Mr. Janchkin menyodorkan kertas hvs yang sudah terlipat rapi berbentuk persegi. Dia memberinya kepada Olivia.

"Jangan dibuka, sekarang pergilah!" final Mr. Janchkin.

Olivia mengangguk. Tapi rasa penasaran masih tertanam di dalam benak hatinya. Kemudian Olivia meninggalkan ruangan guru.

***

"Jadi? Hukuman apa yang kau dapatkan?" Ejek Claire.
"Diamlah!" Sahut Olivia.

Claire yang mendengar kekesalan Olivia hanya terpekikik menahan rasa tawa. Namun, berbeda dari biasanya. Olivia kini mulai aneh, dia mulai sering melamunkan sesuatu. Batin Claire.

"Kau tak apa?" Tanya Claire.
"Aku baik saja," jawab Livia.

Besok weekend, gumam Livia.
"Itu artinya aku dapat bertemu Aunty!" Tegasnya.

You're BloodWhere stories live. Discover now