Pencarian

1 1 0
                                    

Author 👻
______________________________

Seorang anak kecil memperhatikan Kiyoshi dari atas dahan pohon yang tinggi. Sejak pertemuan terakhirnya dengan Kiyoshi di malam purnama ia memikirkan nasib perempuan itu ditengah para arwah yang berkeliaran. Melihatnya berdiri dihadapannya saat ini sudah cukup membuatnya senang.

Kiyoshi melangkah keluar dari istana Dewa Kehidupan. Ia merasa dipermainkan oleh semuanya. Tidak ada satu orang pun yang bisa ia percaya dan dapat membantunya mencari jalan keluar. Jika terus seperti ini Kiyoshi tidak akan bisa kembali ke tubuhnya dalam waktu singkat.

Semilir angin mempermainkan dedaunan dipohon. Kemericik suara yang ditimbulkan dari gesekan daun-daun terdengar sangat tenang. Suara ribut terdengar dari sisi belakang Kiyoshi saat ia sedang asik dengan pikirannya sendiri. Beberapa orang tampak sibuk mencari sesuatu. Mereka meneriakkan nama seseorang hingga berkali-kali.

"Ada apa lagi ini?" Gerutu Kiyoshi. Ia memperhatikan apa yang orang-orang itu lakukan sebenarnya.

"Nona Sachi! Nona Sachi!" Mereka kompak meneriakkan nama itu berulang kali.

"Sa-chi?" Kiyoshi tampak ragu tapi ia seperti mengenal nama itu sebelumnya.

Kiyoshi berjalan mendekati salah satu dari mereka. "Maaf aku mengganggu. Siapa yang kalian cari?"

Seorang laki-laki dengan tubuh tidak cukup tinggi menatap Kiyoshi. "Siapa kamu? Penghuni baru?"

"Aku Kiyoshi. Aku cuma mau tau saja siapa yang kalian cari. Sepertinya aku pernah kenal nama itu."

Beberapa orang itu sontak memandang kearah Kiyoshi. Tidak satupun dari mereka yang mengenal Kiyoshi. Tapi jelas mereka mempertanyakan keberadaan perempuan itu di dalam istana Dewa Kehidupan tanpa penjagaan.

"Kamu dilarang berkeliling sendiri didalam lingkungan istana tanpa penjagaan. Jika tidak ada kepentingan lebih baik kamu keluar dari sini sekarang."

Kiyoshi memperhatikan mereka satu persatu. Sikap mereka yang sombong itu membuatnya kesal. Kalau saja mereka tau apa yang terjadi mungkin mulut mereka akan terkunci rapat-rapat. Dengan rasa kesal Kiyoshi akhirnya meninggalkan mereka tanpa kata-kata.

Setelah kepergian Kiyoshi orang-orang itu kembali meneriakkan nama Sachi. Sedangkan di sisi lain seorang yang memiliki nama itu masih asik memperhatikan mereka dari tempatnya bersembunyi. Ia menahan tawanya melihat orang-orang itu kebingungan. Semakin mereka memanggil semakin senang anak itu ditempatnya.

"Dimana nona Sachi?" Salah satu dari mereka mulai menyerah. "Aku akan mencari ditempat lain."

Mereka pun berpencar hingga tak seorangpun berada di sana. Sachi dengan santainya melompat turun dari atas dahan pohon yang menjadi tempat persembunyiannya sejak tadi. Ia melenggang mengikuti arah jalan Kiyoshi yang baru saja pergi. Ia merindukan perempuan itu.

Dari kejauhan Sachi melihat Kiyoshi bermain-main dengan kolam air mancur. Wajahnya tertunduk sambil satu tangannya dicelupkan pada air dingin dikolam. Ekspresinya tidak menyenangkan seperti ada bom yang siap meledak di wajahnya.

Perlahan Sachi mendekat pada Kiyoshi tanpa menimbulkan suara. Seketika ia duduk tepat di samping perempuan itu dan ikut memperhatikan dasar kolam dalam kediaman. Beberapa saat tidak terjadi apapun hingga Kiyoshi menyadari sesuatu.

Ia menoleh dan seketika berteriak hingga ia jatuh terduduk karena kaget di tanah. Ia menatap anak kecil itu dihadapannya dengan perasaan yang bercampur aduk. "Kamu!" Teriak Kiyoshi.

"Hai.." Sapanya tanpa rasa bersalah. "Apa kabar?"

Kiyoshi bangkit berdiri sambil berdecak pinggang ia memarahi anak kecil itu. "Kamu ini! Apa maksudnya tadi tiba-tiba muncul tanpa suara. Buat kaget orang saja. Tidak sopan."

Sachi terkikik. "Habis kamu serius sekali. Padahal dikolamnya tidak ada ikan."

Kiyoshi menghela nafas. Ia kembali duduk di tempatnya sambil berpangku tangan. Pikirannya melayang lagi memikirkan nasibnya disini. Kata-kata yang ia dengar baik dari nenek Akiko, Dewa Kematian dan Dewa Kehidupan sangat membuatnya bingung.

Kiyoshi melirik Sachi sesaat. "Kenapa kamu ada disini?"

"Aku tidak tau."

"Bohong." Kiyoshi memicingkan matanya kearah Sachi. "Anak kecil tidak boleh bohong."

Sekali lagi Sachi terkikik. "Lalu orang dewasa boleh bohong?"

"Jawab saja yang benar." Kiyoshi hampir saja ingin mencekik anak itu jika ia masih sengaja mempermainkannya.

"Aku tinggal disini." Jawabnya sambil mengayunkan kedua kakinya yang bebas tergantung saat ia duduk. "Aku senang kamu selamat."

Kiyoshi menatap Sachi. "Ada yang ingin aku tanyakan. Terutama tentang apa yang terjadi di dunia arwah ini. Kamu tau sesuatu?"

Sachi menggeleng setelahnya ia mengangguk. Kiyoshi yang melihat tingkah Sachi kembali kesal. Anak perempuan itu benar-benar tampak seperti anak kecil berumur 10 tahun. Sikapnya kekanakan dan kadang juga menyebalkan.

"Tidak tau. Sedikit tau sih. Apa yang mau kamu tanyakan Kiyoshi?"

Kiyoshi menekan amarahnya kuat-kuat. "Tentang para Dewa. Siapa mereka? Apa hubungan mereka dengan semua ini?"

"Kamu sudah bertemu dengan mereka ya? Setauku mereka adalah pemimpin dunia arwah pengatur apa yang ada di dalamnya. Dewa Kehidupan dia bertugas mengawasi para arwah baik yang mendapat hak khusus untuk reinkarnasi. Para arwah itu akan dipantau sampai beberapa waktu hingga ia mendapatkan haknya."

"Berarti tidak semua arwah?"

"Setauku tidak. Dia berurusan dengan arwah bereinkarnasi dan dunia manusia. Jiwa-jiwa mereka yang dijadikan tempat singgah sementara para arwah saat malam purnama."

Kiyoshi mengangguk. "Lalu Dewa Kematian?"

"Dia berurusan dengan arwah nakal yang tidak mau ikut aturan. Para iblis yang berkeliaran siang dan malam memangsa para jiwa baru yang datang ke dunia arwah. Itu sebabnya kamu diincar mereka waktu itu. Dewa kematian yang menghukum dan mungkin membunuh mereka satu persatu tanpa ampun."

Pikiran Kiyoshi melayang lagi. Ia mencoba memahami setiap penjelasan yang diberikan Sachi padanya. Setidaknya kini Kiyoshi tau pihak mana yang sebaiknya ia dekati di dunia ini. Jika ia bisa mendapatkan hak reinkarnasi sekali lagi tentu ia bisa kembali ketubuhnya lagi.

"Lalu.. kamu tau tentang perjanjian keramat tidak?" Satu hal yang masih mengganggu Kiyoshi adalah percakapan nenek Akiko dengan Renzo.

Sachi masih dengan gayanya yang santai di pinggir kolam memainkan kedua kakinya sambil bersenandung. Sesaat ia melirik kearah Kiyoshi lalu tertawa sendiri. Kiyoshi yang melihat sikap aneh Sachi hanya menggelengkan kepala.

"Apa yang kamu tertawakan?"

Sachi menggeleng. "Itu masalah para dewa. Aku tidak tau. Kenapa kamu mau tau sekali tentang dunia ini?"

"Aku tidak mau tau. Aku cuma mau pulang."

"Reinkarnasi." Sahut Sachi.

"Iya. Kamu tau caranya?" Kiyoshi sangat berharap kalau Sachi mengetahui cara untuk mendapatkan hak reinkarnasi itu.

"Tidak."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 21, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Reikai ( Perjalanan di Dunia Arwah )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang