Misi Yang Lain

13 1 0
                                    

Renzo's POV
_________________________________

Aku berusaha keras untuk menahan emosiku kali ini. Keputusan yang diberikan Dewa Kematian padaku benar-benar jauh dari apa yang aku bayangkan. Aku berpikir kesalahan ini bukan seutuhnya milikku. Hanya karena seorang perempuan itu aku kini mendapatkan masalah.

Aku melangkah keluar istana dengan perasaan kesal yang teramat sangat. Terlebih lagi saat ini perempuan itu mengekor dibelakangku seperti anak ayam. Aku meliriknya sesaat tapi ia tidak menyadarinya. Aku tiba-tiba berhenti hanya untuk mengetahui apa responnya.

Ternyata perempuan itu masih tetap berjalan. Aku berpikir dia memang tidak sengaja mengikutiku dibelakang. Tapi pemikiranku itu salah karena setelah ia melewatiku tiba-tiba saja ia berhenti dan langsung menoleh kearahku.

Aku terkejut saat perempuan itu tiba-tiba melangkah kearahku dan berhenti tepat dihadapanku. "Bagaimana rasanya di perlakukan seperti itu? Tidak enak kan? Sama seperti kamu memperlakukanku tadi."

Aku tidak mengerti dengan apa yang dibicarakan perempuan itu. Perempuan aneh yang mengganggu ketenangan bertugasku dan kini membuatku di hukum. Sikapnya juga sangat tidak sopan, bicaranya menyebalkan dan tingkahnya seperti anak-anak. Aku benar-benar menyesali pertemuanku dengannya. Andai saat di menara arwah aku tidak berbaik hati menolongnya dari para arwah kelaparan itu. Mungkin saat ini aku sedang diberi penghargaan atas tugasku.

"Berhenti mencari masalah denganku." Aku melangkah melewatinya dengan wajah sinis.

"Hah? Kamu pikir aku takut. Hidupku sudah penuh masalah sebelum bertemu denganmu tau."

Aku tidak memperdulikannya. Bahkan aku tidak menoleh padanya lagi dan terus berjalan meninggalkannya sendiri di belakang. Aku sudah tidak perduli lagi dengan apa yang mungkin terjadi padanya nanti. Dia bukan tanggungjawabku dan memang seperti itu seharusnya.

Istana mulai ramai penjagaan kembali diperketat sejak kabar perempuan itu ditemukan di daerah terlarang. Aku melewati beberapa penjaga tanpa bicara apapun. Aku membiarkan mereka merunduk memberi hormat tapi aku kali ini sedang tidak berniat bermanis- manis dengan mereka.

Pintu gerbang terbuka lebar saat aku melangkah menuju keluar istana. Para penjaga memberi hormat sambil menungguku melewati pintu. Hamparan yang luas dihadapanku mulai bercahaya sedikit karena hari sudah berganti. Seharusnya aku saat ini kembali ke menara arwah dan mengunci pintu-pintunya setelah para arwah yang dipenjara itu kembali ketempatnya.

Tapi apa yang aku lakukan saat ini, malah berdiri mematung di ambang pintu gerbang tanpa tau harus melakukan apa. Sejak perintah Dewa Kematian diberikan padaku saat itu, aku bahkan sudah tidak berhak mendekati menara arwah ataupun memberikan hukuman bagi para arwah pelanggar aturan.

"Pangeran Renzo." Aku menoleh saat namaku dipanggil seseorang.

Daiki berjalan kearahku. Ditangannya terdapat beberapa kertas yang bertumpuk. "Apa tugasmu sudah selesai?"

Sejujurnya aku sedang tidak berniat membahas masalah ini. Aku masih kesal dengan apa yang terjadi padaku disebabkan perempuan itu. Selain itu Daiki sangat tau bagaimana aku jika sedang dalam tugasku. Pertanyaan laki-laki itu hanya membuatku merasa semakin kesal saja.

"Aku tidak mau membahasnya." Aku memunggunginya melipat kedua tanganku didada.

"Kamu marah pada Dewa?" Daiki menyentuhku. "Seharusnya kamu tau siapa yang kamu bawa itu."

Aku berbalik menatap laki-laki yang sudah terlihat mulai menua. Daiki selalu lebih tau tentang segalanya termasuk pada arwah. Ia yang mengajariku tentang mereka sejak pertama kali aku berada di dunia ini. Dia juga yang membawaku ke istana bertemu dengan Dewa Kematian dan pada akhirnya mengangkatku sebagai tangan kanannya.

Reikai ( Perjalanan di Dunia Arwah )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang