6 : Sabtu

2K 400 52
                                    

Sabtu.

Harusnya hari ini sekolah libur.

Harusnya hari ini gue bangun siang.

Harusnya sekarang gue masih tidur dibawah selimut dan mimpi ketemu oppa-oppa masa depan gue.

Sayangnya, itu semua tadi cuma harusnya.

Sialnya, hari ini adalah hari gue kerja kelompok bareng Tasya, Jaemin, dan Haechan.

Sialnya lagi, mereka dateng ke rumah gue jam setengah tujuh pagi sambil teriak-teriak minta makan.

Sialnya lagi, gue belum mandi karena sejujurnya gue bahkan belum bangun waktu mereka datang.

"Buruan mandi lah, Bel. Mau gue mandiin apa gimana?" Kata Jaemin.

Gue melotot sambil melempar bantal. "Gila! Gimana gue mau mandi hah? Lo sama Haechan aja masih di kamar gue!"

Mereka berdua lantas tertawa. "Oh iya. Haha. Yaudah, kita turun dulu. Bilangin mama lo dong, kita belum sarapan," kata Haechan.

Gue memejamkan mata sambil menghembuskan nafas jengkel. "Rumah gue bukan posko pengungsian, anjir! Lagian kalian kesini pagi-pagi salah siapa?!" Protes gue.

"Sebenernya gue masih males juga, Bel. Tapi, Haechan jam 5 udah ndusel-ndusel di kasur gue. Bukan ndusel deh, lebih tepatnya ngerusuh di kamar gue," kata Tasya.

Gue heran sama Tasya. Kok betah sih tetanggan sama Haechan dari jaman masih jadi zigot? Gue sih mending pindah aja.

"Kalo lo, Min?" Tanya gue ke Jaemin.

"Karena jam 5 Haechan udah bangunin Tasya, jadi mereka juga mampir ke rumah gue cepet. Terus kebetulan mama gue belum masak, jadi kita langsung kesini deh," kata Jaemin.

Gue memijit pelipis pelan. Dasar teman-teman sampah! Janjiannya jam sembilan, tapi jam setengah tujuh udah pada merusuh. Gue tendang juga lama-lama.

"Iya udah, buruan turun deh kalian. Tapi, Tasya disini aja!" Kata gue.

Jaemin sama Haechan menurut. Mereka berdua akhirnya keluar kamar, dan langsung gue pesankan sarapan spesial ke mama gue. Udah baik belum? Hehe.

🎀

"Permisi!"

Gue, Tasya, Jaemin, sama Haechan yang tadinya masih ribut masalah lagu apa yang mau ditampilin langsung hening.

"Bel, buka gerbangnya sana!" Suruh Tasya.

"Gue aja, gue!" Haechan langsung berdiri.

Jadi, pemilik rumahnya tuh sebenernya siapa?

Gue akhirnya meng-iyakan kemauan Haechan. Jaemin juga ngikut dibelakang Haechan.

"Pagi-pagi ada tamu. Tebak Bel, itu siapa?" Kata Tasya.

Gue mengangkat bahu. "Gak tau. Mungkin aja tukang belanjaan? Atau tetangga depan rumah gue," jawab gue.

"Hmm, bisa aja sih. Tapi, menurut gue bukan deh," tebak Tasya.

Gue ikut mikir juga. Bisa aja sih itu bukan tetangga gue atau tukang belanjaan suruhan mama gue. Tapi, siapa?

"ABEL! INI KOK ADA SANHA? DICARIIN NIH!" Teriak Haechan.

Gue otomatis melotot. Tasya juga ikut melotot. Setelahnya, kita berdua lari ke depan buat mastiin kalau Jaemin gak lagi bohong.

"Halo, Abel!" Sanha melambaikan tangan ke gue.

Sumpah! Itu tukang basreng ngapain ke rumah gue pagi-pagi gini woy!

"Wah, gak cerita ya lo, Bel!" Kata Haechan.

"Iya nih! Parah si Abel," tambah Jaemin.

"Bel, sumpah! Gue gak diceritain!" Protes Tasya.

Gue ngelihatin Sanha yang udah lambai-lambai di depan rumah dan masih nangkring di atas motor matic nya.

Sial. Mau apa lagi sih?

"Ngapain kesini?" Tanya gue dengan nada se sabar mungkin.

Udah sebel diserbu anggota kelompok pagi-pagi, masih ditambah tukang basreng. Hidup gue tuh kenapa sih?

"Mau nagih bayaran. Karena kemarin lo udah gue anter pulang, jadi lo harus nraktir gue sarapan sebagai bayarannya," kata dia.

Otak-otak pedagang emang sialan banget ya? Semuanya diperhitungkan gitu.

"Nyet! Udah anter-anteran! Berasa delivery woy ini!" Teriak Jaemin heboh.

Sanha cuma mesam-mesem ke Jaemin, Haechan, sama Tasya. Setan alas.

Gue langsung memakai sandal dan naik ke motor Sanha tanpa ngomong apa-apa ke Haechan, Jaemin, atau Tasya.

Bodo amat njir. Bacot mereka lebih gede, ujung-ujungnya pada budeg juga kalau gue jelasin.

Yaudah sih, lagian gue juga belum sarapan kan?











🎀🎀🎀

Well, yang punya akun lagi baper nonton drama "Reply 1988" oke. Bhay world wkwk.

Basreng ✔ Sanha [au]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang