18 : Third

1.4K 309 17
                                    

Sanha langsung menyeret Abel pergi ketika Abel baru saja mau melangkahkan kakinya melewati pintu kelas.

Baru mau melangkah doang guys. Kakinya Abel aja masih ngambang di udara, tapi udah ditarik Sanha pergi.

"Lepasin, woy! Mau kemana ih?" Protes Abel.

Sanha diam saja dan masih menarik tangan Abel menuju ke parkiran.

"Wah, lo bisa dituduh dengan penculikan loh, Ha."

"Kayak ada untungnya aja gue nyulik lo, Bel," jawab Sanha.

Abel berdecak tidak terima. "Wih, lupa kulit ya lo? Dua hari lalu, basreng lo aja habis. Plastiknya aja gak kesisa, lo lupa? Gue itu selalu menguntungkan," bela Abel.

Sanha melepaskan tangannya ketika sudah sampai di sebelah motornya. "Nih, pakai helmnya."

"Wangi amat buset. Helm siapa nih? Tumben juga ngasih helm, biasanya juga gak pake," kata Abel saat menerima helm dari Sanha.

"Pake aja dulu, Ya Allah. Cerewet amat sih?"

"Ya kan malu bertanya sesat di jalan, Sanha sayang..." kata Abel spontan.

Sanha langsung diam begitu mendengar kata-kata Abel barusan. Abel juga langsung gelagapan waktu sadar dia barusan ngomong apa. "Eh.. itu, maksudnya kan gue cuma pengen tau aja sih," kilah Abel.

Sanha mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum menaiki motornya. "Itu helm kakak gue. Udah, buruan naik ah. Lo hari ini gue sewa dulu," kata Sanha.

Abel melotot. "Weh! Gue bukan cewe sewaan ya asal lo tau! Parah lo---"

Sanha menghadap Abel dan langsung membekap mulut Abel pake tangannya. "Diem dulu, okay? Lo gak capek apa? Teriak-teriak mulu?"

Abel langsung diam. Bukan karena dia nurut sama apa yang dibilang Sanha, tapi karena barusan dia merasa kalau jantungnya lompat ke perutnya.

   
   
   

🎀
   
    
     

"Gue cuma bisa buat mie, oke? Maaf karena asupan gizi lo gue obrak-abrik bentar," kata Sanha sambil meletakkan satu panci kecil berisi mie rebus.

"Gak masalah. Asal itu enak, gue gak peduli dengan asupan gizinya," jawab Abel sambil mengambil garpu.

"Tapi, mie kan banyak pengawetnya. Ntar lo cepet mati," kata Sanha.

Abel memicingkan matanya. "Mati atau enggaknya itu ada di tangan Tuhan, Ha. Lagian, mie nya enak?? Ya masa gue membuang-buang rejeki?"

Sanha diam-diam tersenyum kecil. Baru kali ini dia mendengar kata-kata itu. Biasanya, cewek akan ngomel ini-itu masalah diet dan akan menolak mentah-mentah mie instan karena katanya banyak pengawet.

"Oh iya, Ha. Gue disini sampai kapan ya? Ini udah sore banget soalnya. Nanti mama gue nyariin," kata Abel sambil menyuapkan mie ke mulutnya.

"Sampai kakak gue pulang. Hari ini orang tua gue ada dinas di luar kota selama tiga hari, terus kakak gue ada urusan sedikit, jadi dia pulang agak telat. Gue takut sendirian," jawab Sanha.

Abel mati-matian menahan tawanya. "Lo... takut sendirian? Wkwk. Hello, Sanha ini udah jaman modern kali."

"Iyasih, tapi.... kata orang sini, rumah gue ini dulu pernah dibuat bunuh diri," jawab Sanha.

Muka Abel yang tadinya ketawa-ketiwi langsung pucat pasi. Sanha memang syalan sekali.

"S-serius?" Kata Abel tergagap.

"Enggak. Bercanda doang sih. Hahaha.. wajah lo, sumpah Bel gue pengen ketawa!"

Abel langsung melempar sendok ke arah Sanha. "Sialan! Gue kira beneran!"

      
Ting tong!
        

Sanha buru-buru menuju ke pintu rumahnya. Siapa ya kira-kira yang datang?

"Somi? Ngapain kesini sore-sore?" Kata Sanha ketika pintu rumahnya dibuka.

Somi tersenyum sambil menunjukkan sesuatu di tangannya. "Ini... mami ngasih sayur ke kamu. Katanya kamu juga di rumah sendiri kan? Nah, aku mau nemenin kamu sekalian."

Somi masuk sambil merangkul lengan Sanha.

Abel cuma bisa diam melihat kejadian tadi.

Kapan ya gue bisa meluk tangan dia juga?

🎀🎀🎀
   
    
   
    
    
    
    
    
    
Happy 1k votes Basreng!!!!! Yay hehe.

Saya tidak menyangka kalau responnya bakal seperti ini wkwk.
Sesungguhnya, aq hanya ingin membuat ss dengan cast yang jarang gitu. Sanha jarang kan ya? Atau malah sekarang banyak? Wkwk


Ayo sapa Somi dulu. Hehe. 01's nih, habis ultah kemarin hehe.

Basreng ✔ Sanha [au]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang