Gue turun dari motor ketika Sanha bilang udah sampai. Agak kaget sih, karena dia ngajak gue ke tempat soto. Boljug nih hehe.
"Lo doyan soto kan?" Tanyanya.
"Jangankan soto, jeruk nipisnya aja gue habisin," sahut gue asal.
"Mangkoknya gak sekalian di habisin?"
Gue menggeleng sambil meninggalkan dia. "Karena gue bukan kuda lumping yang suka makan beling sama kaca, jadi mangkoknya gak gue makan," kata gue sambil berjalan.
Bodo amat dia mau ngikutin gue atau enggak. Yang terpenting, gue harus cari bangku dan segera pesan soto. Belum sarapan nih, padahal udah ribut sama Tasya, Jaemin, Haechan.
EH IYA. MEREKA GIMANA?
"Bu, sotonya dua. Yang satu tauge nya dikit aja ya, Bu!" Teriak gue.
Ibu penjual soto tadi mengangguk. Beliau langsung membuat soto pesanan gue dengan cekatan.
Gue menolehkan pandangan ke arah Sanha yang baru aja masuk. "Kok lama?"
"Kangen ya?" Katanya sambil senyum-senyum.
Gue membuang nafas. Pedenya astaga.
"Mbak, mau minum apa nih? Mas nya juga mau apa?" Tawar seorang bapak-bapak yang gue yakini adalah suami ibu penjual soto.
"Mau minum apa?" Tanya gue ke Sanha. Well, karena gue udah pesen makannya, jadi gue mempersilahkan dia buat pesen minum.
"Es tehnya deh, Pak. Dua ya," kata Sanha.
"Pak, yang satu es sama gula nya dikit aja ya, Pak," kata gue sebelum bapak tadi pergi.
Sang bapak tersenyum, setelah itu langsung meninggalkan meja.
"Kok tadi ada Tasya, Haechan, sama Jaemin? Kerja kelompok?"
"Kok lo kenal mereka sih?"
Dia tertawa. "Gue kenal mereka dari SMP. Nah kalau lo, gue baru tau malah kalau Tasya punya temen kayak lo," katanya.
"Maksudnya kayak gue tuh gimana? Gue juga baru tau kalo Tasya temenan sama juragan basreng!" Sungut gue. Enak aja. Huh.
"Ya gimana ya? Motto gue tuh jualan basrenglah sebelum kamu yang dijual," ucap Sanha.
Gue mau ketawa dulu boleh gak? Ya ampun, kenapa mottonya gak mutu banget sih? Siapa juga yang mau ngejual orang kayak dia?
"Lo cuma pake sandal?" Tanya dia sambil ngelihatin kaki gue.
Gue mengangguk. "Iya. Lagian cuma keluar komplek sedikit," jawab gue.
"Ck! Pake celana pendek pula," keluh dia. Dia lantas berdiri dan gue gak ngerti dia mau ngapain.
Salahin aja tiga temen gue yang tadi rusuh. Jadinya, gue gak sempet ganti celana kan!
"Nih! Tutupin kaki lo," kata Sanha sambil nyodorin jaketnya.
Gue menyipitkan mata. "Kenapa?"
"Paha lo jelek. Ntar dikerubutin lalat. Buruan ditutupin, keburu kaki lo habis dijilatin lalat. Hiii," katanya.
"Apa sih. Tijel," jawab gue tanpa menerima jaket Sanha.
Bukannya nyerah. Dia justru malah langsung naruh jaketnya di kaki gue. "Nurut dikit sama gue kenapa sih? Dibilangin aja susah!"
Gue bengong.
WOY MAKSUDNYA APA SIH?
🎀
"Yaudah, gue duluan ya!"
"Gak mau mampir? Ngobrol dulu sama Tasya, Haechan, atau Jaemin kan bisa."
Dia malah senyum-senyum. "Hehe. Gak mau kalo gue pergi ya? Iya-iya.. gue tau gue ngangenin kok," katanya.
Gue mendecakkan lidah. Orang ini emang pede luar biasa.
"Nih, jaket lo." Gue menyerahkan jaket punya dia.
Dia malah menggeleng. "Bawa dulu aja. Cuciin sekalian, balikin besok Senin. Oke? Kelas gue XI IPA 5, tau kan?"
Gue mengerutkan kening. "Gue bukan babu lo ya!"
"Ya emang bukan kan? Yaudah, gue pergi dulu ya! Titip salam buat yang lainnya," katanya sambil memutar arah motornya.
Gue menghembuskan nafas sambil ngelihatin jaket punya Sanha.
Kemarin gue sudah mendeklarasikan bahwa gue gak mau berurusan lagi sama si tukang basreng. Tapi, kenapa ada aja hal yang bikin gue berurusan sama dia sih?
🎀🎀🎀
Dear school, I'm tired. Tq
KAMU SEDANG MEMBACA
Basreng ✔ Sanha [au]
Short Story❝ I was stupid to think I was the only flower in your garden ❞ +lowercase Started : 2017.01.20 Ended : 2017.04.05