19 : Mission

1.3K 319 17
                                    

Sanha meminum susu kotaknya sekali lagi. Sekarang, dia sedang ada di indomaret.

"Plis, lo cuma minum susu daritadi. Tau gitu, gue gak usah kesini," gerutu Haechan.

Sanha meletakkan kotak susunya. "Ya abisnya, gue pengen beli itu.. tapi nanti dimarahin mbak kasirnya gimana? Gue kan belum legal," kata Sanha sambil menunjuk beberapa kaleng beer.

Haechan langsung menendang kaki Sanha. "Goblok lo ah."

"Chan, gue tuh bingung," kata Sanha dengan wajah lesunya.

Haechan menghembuskan nafasnya. "Ya Tuhan, lo kalo sekali ini gak cerita, gue tinggal beneran!"

"Menurut lo.. Abelia itu orangnya gimana?" Kata Sanha sebelum Haechan berniat berdiri.

Haechan langsung melongo. "Lo.. beneran nanyain gue nih?"

Sanha mengangguk sebagai jawaban. Cowok itu meminum lagi susu kotaknya yang sudah hampir habis.

"Dalam rangka apa nih nanyain Abel ke gue? Gue mana tau dia gimana, gue bukan emaknya," jawab Haechan.

"Kan lo temen sekelasnya. Masa gak tau dia itu gimana? Kalau di kelas deh, dia anaknya gimana kalau di kelas?"

Haechan tampak berpikir sebentar. "Hm.. Abel itu anaknya rajin, dia paling heboh kalau ada ulangan, dia orangnya baik juga kok, terus dia juga penyimpan rahasia yang baik kayaknya deh," kata Haechan.

"Penyimpan rahasia? Lo punya rahasia apa emang?"

Haechan mengangkat bahunya. "Entah, gue gak punya rahasia. Tapi, dia punya satu rahasia yang kayaknya walau dia gue kasih pilihan antara nyebur sumur atau jujur, dia bakal milih nyebur ke sumur."

Sanha membuang kotak susunya yang sudah kosong. Itu berarti dia sudah habis dua kotak susu, eh? Atau malah tiga kotak? Dia lupa. "Selain itu? Kalau sama anak cowok gimana? Punya pacar gak?"

"Dia baik kok sama anak kelas, gak pandang bulu. Kalau pacar sih gue gak tau, tapi setau gue dia punya mantan. Gue diceritain Anas," jawab Haechan. "Lo suka sama Abel kan?" Tuduh Haechan.

Sanha tersenyum. "Lo juga pasti udah dikasih tau sama Tasya. Iya kan?"

"Hehe.. ya gitu deh."

"Tapi, Chan. Apa gue move on aja kali ya?"

Haechan menyipitkan matanya. "Lah? Kenapa emang?"

"Dia kayaknya gak suka gue deh," kata Sanha kemudian menundukkan kepalanya.

"Tau darimana lo? Lo aja gak bisa baca pikiran dia kan?" Sanggah Haechan.

"Ya dia kayaknya sensi mulu sama gue. Gue kode juga gak ngerti-ngerti. Mana mungkin dia suka sama gue kan?"

"Ha, dengerin gue ya. Suka sama orang itu hak lo, tapi apakah nanti yang lo sukain bisa suka juga sama lo atau enggak, itu takdir. Kalau dia juga suka sama lo, artinya itu bonus," kata Sanha sambil menepuk bahu Sanha.

"Suka sama seseorang juga gak harus memiliki. Tapi, lo gak boleh langsung nyerah gitu aja. Kalau lo gak berusaha, lo mana tau dia suka sama lo atau enggak?" Lanjut Haechan.

Haechan lantas berdiri. "Gue mau cari cemilan di dalam. Inget, dicoba dulu. Kalau gagal, baru nyerah deh."

Sanha diam saja. Dia cuma melihat ke arah Haechan yang sudah hilang dibalik rak-rak jajan.

Haechan benar, kalau dia gak usaha dulu dia gak boleh nyerah.

   
    
    
From : Haechan
To : Anastasya

Plan A.
Succes.

🎀🎀🎀
    
   
   
   
   
   
   
   
   
   
Oke. Gue jadi rajin update gini yah? Hehe. Soalnya, mumpung lagi libur. Ntar kalau udah masuk, bakalan jarang buka wattpad lagi deh. Hehe.

Ini mau berapa chapter ya enaknya? Apa langsung end aja? Wkwkwkwk.

Basreng ✔ Sanha [au]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang