BAB EMPAT

663 38 0
                                    

Dua bulan kemudian...

Oke, dia memang memaafkanku. Tapi aku tau bahwa ia hanya mencoba melakukan itu. Ia tidak pernah benar-benar bisa melupakan semua yang kuperbuat.

Aku tau aku terlalu serakah dan arogan jika mengharapkan ia dapat langsung memaafkanku setelah semua yang kuperbuat.

Itu kenapa, aku membiarkannya berpura-pura seolah ia sudah menerima semuanya, padahal sebetulnya selama dua bulan ini aku tau dengan pasti ia sedang berperang melawan hatinya sendiri.

Antara memaafkanku, atau tidak.

Dan kau bertanya apa yang kuperbuat?

Ketika maaf sudah tak bisa mewakilkan apa yang kau rasakan, maka satu-satunya cara untuk membuat seseorang yang membencimu setengah mati memaafkanmu adalah, bertahan disisinya dan lakukan apapun yang membuatnya bahagia.

Sekalipun itu berarti kau menghancurkan hatimu sendiri.

Biarlah... tidak ada yang sepadan lebih daripada kebahagiaannya.

Noah memandang gadis yang terlihat manis dengan derai tawanya itu dari kejauhan. Gadis itu seolah bahagia dengan teman berbincangnya malam ini. Seorang pria dengen stelan jas mahal, dan tatapan mata yang seolah ingin melumat gadis itu hidup-hidup. Sikapnya yang angkuh juga terlihat mendominasi.

Seolah bisa membaca pikiran Noah, Karenina yang sedari tadi berdiri disampingnya sambil menggedong Malka ikut buka suara, "Apa kamu yakin ini jalan yang terbaik Noah?" Suara Karenina yang lembut menggema di dalam kepalanya.

Noah tak menjawab. Ia masih menatap tajam pada gadis itu dan "pasangan" barunya.

"Kamu sudah kehilangan dia sekali, dan kamu kembali untuk bersamanya lagi. Tapi anehnya kamu malah melepaskan dia lagi." Karenina tersenyum prihatin kepada pria itu. Malka yang berada di dalam gendongannya – seolah mengerti – ikut menatap Noah dengan tatapan polosnya yang menggemaskan.

"Itulah, Yang Mulia.... Saya merasa ragu. Takut. Tidak berdaya. Setiap kali melihat Hera, melihat sikapnya, saya merasa bersalah. Tidak bisa berbuat apa-apa."

"Apa kamu yakin Hera akan bahagia dengan pria lain?"

Noah memandang kepada pemuda disebelah Hera. Ia yakin, jika Karenina bermaksud bahwa pemuda itu bisa membahagia Hera, maka itu adalah mustahil. Dari caranya bersikap malam ini saja, Noah bisa menyimpulkan bahwa seumur hidup Hera akan terkekang oleh aturan yang dibuatnya, sikap cemburu dan agresifnya yang berlebih.

"Tidak."

"Dan kamu yakin kamu bisa membahagiakan Hera?"

Kali ini Noah ragu. Ia tidak mungkin bisa menilai dirinya sendiri "Aku akan berusaha. Tetapi ia belum bisa memaafkanku, Yang Mulia."

"Berarti usahamu yang kurang."

Noah menoleh pada Karenina dengan tatapan mata bingung. "Usaha seperti apa Yang Mulia? Saya sudah meminta maaf berkali-kali padanya..."

"Jika maaf saja cukup, Noah, maka semua hal akan sangat mudah terselesaikan. Tetapi ada hal-hal yang membuat maaf terasa tidak cukup, melainkan pembuktian. Buatlah ia mempercayaimu kembali. Tunjukan padanya, bahwa kamu serius. Kamu benar-benar mencintai dia."

"Bagaimana caranya Yang Mulia? Saya sudah menunjukan padanya bahwa saya mencintai dia."

"Oh ya?" Karenina menatap Noah meremehkan. "Kalau kamu mencintai dia, lalu kenapa kamu biarkan ia bersama orang lain. Rebut hatinya kembali Noah..."

Ex in Next  [COMPLITE!!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang