02. Pukah & Rekah

364 63 27
                                    

"God unites us in bonds of love. but God separates us in bonds of body and soul."

---🖤----

Hampir semua teman-teman Olin menganggapnya gila belajar karena bisa lulu hanya dengan waktu 3,5 tahun, mendapat nilai sempurna, dan meraih predikat salah satu lulusan terbaik. Bagi Olin, semua itu terlihat normal-normal saja. Dia belajar seperti mahasiswa pada umumnya, tidak berlebihan dan tidak juga asal-asalan. Olin akan setuju disebut gila jika dirinya sudah seperti Audrey Jia Hui Yu----perempuan Indonesia yang memiliki kecerdasan luar biasa dan dinobatkan menjadi satu dari 72 duta prestasi Indonesia dalam pagelaran Festival Prestasi Indonesia-----sebegitu mengagumkannya sosok Audrey di mata Olin. Selain Audrey Jia Hui Yu, Olin juga sangat mengidolakan sosok Maudy Ayunda, keduanya menjadi sosok motivator yang sangat berjasa untuknya.

Meski demikian, Olin tetaplah gadis biasa yang juga mengidolakan artis Korea. Di sudut kamarnya sudah ada stan Mingyu Seventeen yang tersenyum manis menatap ke arahnya. Olin mengambil ponsel dan memutar lagu First Love yang dinyanyikan Sondia, membiarkan lagu tersebut mengalun indah memenuhi ruangan. Detik itu juga, Olin tersenyum, pikirannya langsung tertuju kepada Dika. Pada sosok yang juga sudah lama mengisi masa-masa kecilnya hingga sekarang, membuatnya selalu merasa istimewa, dan membuatnya jatuh cinta. Walau hanya Olin yang merasakannya, setidaknya keduanya bisa selalu dekat meski waktu berlalu dengan sangat cepat.

"Be?"

Tepat saat bagian refrain terdengar, pintu kamarnya terbuka. Gadis itu menoleh dan mendapati Dika berjalan santai menghampirinya. Cowok itu duduk di tepi ranjang, menatapnya yang sedang duduk di meja belajar. Sama seperti hari-hari sebelumnya, Dika selalu terlihat tampan. Seperti hari ini misalnya, dia memakai kaus polisi Sabhara atau Samapta Bhayangkara dan seragam dinas dia bawa di tangannya... keren dan gagah sekali.

"Kamu udah salatnya?" tanya Olin, setelah itu beranjak mengambil salah satu gantungan baju miliknya, untuk diberikan kepada Dika.

"Udah, tadi aku sekalian numpang mandi," jawabnya sambil terkekeh. "Tadi Ayah cerita, katanya kamu mau ngekos mulai minggu depan, bener?"
Olin mengangguk.

"Kenapa, Be? Bukannya lebih aman dan enak tinggal di rumah sendiri?"

"Nggak apa-apa, sih. Rumah aku, kan, jaraknya lumayan jauh ke kantor apalagi ke kampus nanti. Jadi, aku minta izin sama Ayah buat ngekos aja. Lagian, aku juga bisa pulang kapan pun aku mau, kan?"

"Kenapa nggak tinggal di rumah aku aja, Be? Kan lumayan dekat tuh jaraknya ke kantor kamu," tawar Dika.
"Ngawur aja kamu!"

Dika terkekeh, setelah itu dia menepuk tepi ranjang yang ia duduki, meminta Olin untuk duduk bersebelahan dengannya.
"Kalau begitu, aku juga mau ngekos aja," ungkap Dika.

Mata Olin membulat. "Heh, ngapain? Rumah kamu jaraknya cuma setengah jam dari Polres, kok."

"Ya, nggak apa-apa. Kalau ngekos aku bisa berangkat mepet dari jam dinas, sekaligus aku bisa jagain kamu. Nanti aku bantu cari tempatnya, terus kamar kita harus sebelahan pokoknya!"

"Dih, nggak mau. Aku mau cari kosan yang khusus buat cewek, biar lebih aman."

Dika tetap tak mau mengalah, "Lebih aman kalau ada aku, Be. Aku ini polisi, aku bisa lindungin kamu. Bahkan kalau kamu mau,aku bisa jaga kamu 24 jam."

Sekala Dalam Cerita | Kim Mingyu√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang