17. Makan Bersama

225 28 0
                                    

"Daripada kejebak return investasi bodong yang nggak jelas, barangkali di antara lo semua atau kenalan lo ada yang punya bisnis. Kira-kira berapa, sih, avg % profit dari bisnisnya itu? Siapa tahu cerita kalian bisa jadi referensi tambahan buat temen gue yang mau buka usaha."

Kira-kira kalimat itulah yang menjadi pembuka obrolan pada agenda makan siang empat sekawan yang tak lain tak bukan adalah Langit, Arthur, Ezra, dan Olin. Mereka sudah berjanji sebelumnya untuk makan siang bersama dalam satu meja, sementara Malik yang merupakan atasan mereka tidak diketahui keberadaannya. Tapi sepertinya lelaki itu memilih untuk makan siang di luar kantor daripada di kantin.

Sejak duduk di salah satu bangku, sebenarnya Olin tidak tertarik untuk membuka obrolan lebih dulu. Ia masih memikirkan ucapan Wisnu tempo hari lalu, belum lagi tentang Dika yang masih tidak ada kabar. Meski begitu, Olin mencoba untuk mengesampingkan segala pikirannya itu karena tidak baik membawa masalah pribadi ke dalam lingkungan pekerjaan.

"Mie ayam dan bakso Wonogiri itu sepertinya sangat menjanjikan, Bang. Everyone loves mie ayam soalnya," balas Ezra. "Sebenarnya ada beberapa poin yang bisa kita jadikan pelajaran dari pemilik francise mie ayam ini. Dari mulai fokus pada segmen pasar, Analisa HPP, selalu cek kualitas, memaksimalkan complementary product, sampai mempersiapkan ekspansi secara terukur," tambahnya.

"Tetangga gue jualan online fokus di peralatan rumah range harga 300 rb-2 jt. Profit margin bersih 40-50%. Pemain di segmen premium seperti ini masih sedikit sehingga marginnya oke banget sih, Bang. Menurut gue segmen pasar barang mahal itu ada di online dan mereka cenderung nggak bawel dibanding pembeli receh," timpal Arthur.

Langit mengangguk-anggukan kepala. "Ngomongin beginian gue jadi mau belajar, kepikiran juga. Lumayan, kan, kalau punya bisnis sampingan."

Olin masih setia mendengarkan. Dia juga memiliki pemikiran yang sama dengan Langit dan sedikit tertarik untuk mulai belajar bisnis. Ditambah lagi kemajuan teknologi yang pesat dan perubahan zaman yang signifikan membuatnya berpikir jauh ke depan. Menurutnya, pekerjaan yang sedang ia lakoni saat ini tidak dapat dijadikan jaminan, mau tidak mau ia harus belajar bisnis untuk ia implementasikan beberapa tahun ke depan.

"Menurut lo gimana, Lin? Adakah saran atau sesuatu yang lo pikirin untuk jawaban atas pertanyaan gue tadi?" tanya Langit.

"Yakin mau dengar apa yang gue pikirin? Nanti lo semua menyesal lagi," kekeh Olin.

"Yaelah, santai aja kali, Sistah. Kita ini, kan, lagi berbagi ide buat menghasilkan cuan yang menjanjikan. Jangan jauh-jauh ke temennya Mas Langit, deh. Kalau di antara kita ada yang cocok sama salah satu ide ini, gass ngeng aja."

"Nah, bener yang Arthur bilang," seru Langit bersemangat. "Jadi, apa yang lo pikirin? Kasih tahu kita dong."

"Bisnis konsultan pajak atau akuntan publik freelance kalau udah pro bisa simpan nama di rekanan firma, bayar engagement partner non signing buat awasin. Kita bisa jadi kerja jadi director di tempat lain," ungkap Olin. "Most of CPA second tier ke bawah doing this. Mainannya kuantitas klien asal kita jadi equity partner signing. Bayar partner jadi audit eksekutif (semacam director) dia yang jalanin manajemen kita modal signing ama nerima persentase fee, karena services COGS terbesar ya hanya gaji sisanya immaterial cost. Nambah orang lagi buat jadi rekanan, ditarget harus generate revenue sekian milyar per tahun di firma. Poinnya equity partner, kalau senior partner bukan equity ga bisa. Malah kita yg harus ngasi revenue ke firma. AP equity jadi komisaris dan audit committee di klien atau IDX companies. Ratusan juta per jabatan, easy money as long as you're trusted and capable."

Arthur terbahak. "Anjir,  gila juga nih cewek satu. Jawaban lo emang paling beda. Kagum, deh, gue sama lo."

"Kekaguman lo barusan terdengar seperti ledekan bagi gue," sambar Olin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sekala Dalam Cerita | Kim Mingyu√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang