13. Waktu Yang Salah

254 27 0
                                    

"Teh Olin, kenapa jadinya kita ke kafe ini?" tanya Lisna, ketika baru saja sampai di sebuah kafe yang berlokasi di Jalan Sawunggaling, di mana kafe tersebut berjarak 3 km dari tempat kerja Lisna dan bisa ditempuh dalam waktu kurang lebih 10 menit dengan kendaraan.

Chingu café adalah tempat yang dipilih Olin dan merupakan tempat paling cocok menurutnya untuk mengajak Lisna bertemu. Café yang mengusung konsep ala Korea itu dijamin membuat Lisna betah dan tidak bosan saat berada di sana, karena itu Olin memilih tempat tersebut.

"Terlalu jauh, ya?" Olin malah bertanya balik, dia menjadi tidak enak dengan Lisna karena di antara banyaknya kafe terdekat yang menarik, Olin malah menjatuhkan hati pada kafe ini yang jaraknya lumayan jauh.

"Nggak juga, sih, Teh. Cuma aku kaget aja, bisa-bisanya Teh Olin ngajak aku ke sini," ungkap Lisna. "Udah lama banget aku pengin ke sini, tapi belum sempat karena kerjaan sama tugas kuliah lagi banyak. Kalaupun bisa ke sini, bingung juga mau ngajak siapa. Nggak mungkin aku mau ajak Jeffrey, dia mah kemusuhan sama beginian," lanjutnya.

"Jeffrey mah bukan kemusuhan lagi tapi udah anti banget dia mah," tambah Olin. Kemudian manik matanya menyusuri semua sudut kafe yang kental sekali dengan ornament-ornamen khas negeri ginseng itu. Dia memanggil pelayan untuk memesan dan tanpa menunggu lama pelayan tersebut sudah sigap berada di depannya lengkap dengan kertas menu yang baru saja diperlihatkan kepada mereka berdua.

"Mbak, aku mau pesan cheese bokkeumbap, corndog potato, sama minumnya Limitless Nctzen," ujarnya kepada pelayan tersebut. "Teh Olin mau pesan apa?" tanyanya kepada Olin.

"Aku mau Jjangmyeon, tteokbokki, terus minumnya Bingsoo of The Blue Sea sedotannya pakai yang Seventeen bisa, kan, Mbak?"

"Bisa, Kak," jawab pelayan itu cepat. "Saya ulangi pesanan kakak berdua, ya. cheese bokkeumbap, corndog potato, Jjangmyeon, tteokbokki, terus minumannya Limitless Nctzen dan Bingsoo of The Blue Sea. Sudah sesuai, ya?"

Olin dan Lisna mengangguk bersamaan.

"Baik, mohon ditunggu sebentar, ya, Kak," ujar si pelayan, lalu pergi meninggalkan kedua gadis itu.

Setelah kepergian pelayan beberapa menit lalu, keduanya kembali terlibat obrolan santai. Mereka sama-sama menyukai idol Korea, sehingga sangat mudah untuk keduanya mencari topik pembicaraan dan membangunnya menjadi obrolan yang asyik dan menarik. Baik Olin maupun Lisna, sama-sama bersyukur mengenal satu sama lain. Meski mereka dulunya adalah adik dan kakak kelas, tapi kenyataannya mereka bisa berteman dekat seperti ini. Olin senang karena kehadiran Lisna, ia merasa ada yang bisa mengimbangi dan meladeni kegilaannya terhadap idol Korea.

"By the way,di luar topik pembicaraan kita tentang suami masing-masing. Apa ada hal lain yang ingin Teh Olin bicarakan sama aku?" tanya Lisna dengan hati-hati.

"Sebenarnya aku mau tanya soal kamu yang bertemu Nana tadi pagi."

Lisna tersenyum tipis. Ternyata dugaannya memang benar, Olin pasti akan membahas hal ini. Dia mengisi paru-paru dengan pasokan udara segar di sekitarnya sebelum kembali berbicara, "Oh...soal itu, aku juga tadinya takut salah lihat, sih, Teh. Cuma kebetulan motornya melaju dengan kecepatan lumayan lambat, jadi aku yakin banget kalau itu Nana." Lisna memberi jeda ketika pelayan kembali datang membawa satu per satu pesanan mereka, dan setelah memastikan pelayan tersebut pergi barulah dia kembali melanjutkan pembicaraannya, "Tapi untuk masalah cowoknya siapa, aku nggak tahu dan kayaknya nggak kenal sama cowok itu, deh."

Mendengar penuturan Lisna, membuat rasa curiganya terhadap Nana meningkat hampir 50%. Meski ia tidak menampakkan ekspresi apa pun, tapi sepertinya Lisna tahu apa yang sedang Olin pikirkan.

Sekala Dalam Cerita | Kim Mingyu√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang