07. Nasehat Dari Mas Cakra

304 55 26
                                    

Di hari libur biasanya kalian akan menemukan pusat perbelanjaan di Kota Bandung penuh sesak dengan kehadiran manusia dengan berbagai jenis kegiatannya. Ada yang sibuk menenteng paper bag, atau hanya sekadar duduk-duduk di kafe sambal mengobrol.

Di sinilah Olin berada, di salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Bandung, apalagi kalau bukan Trans Studio Mall. Hari ini Olin memiliki janji temu dengan Fanny dan Marisa untuk menonton film yang akhir-akhir ini sedang booming di kalangan masyarakat Indonesia. Meskipun mereka sibuk dengan pekerjaan masing-masing, tapi tiga serangkai itu tidak keberatan untuk meluangkan waktu walaupun hanya sekadar ngopi sebentar.

Mungkin sudah bukan hal yang aneh, hampir sebagian manusia yang datang ke TSM XII Trans Studio Bandung hari ini memakai baju merah muda lengkap dengan aksesorisnya masing-masing. Tidak perlu disebutkan mereka akan menonton film apa, karena dari pakaiannya saja sudah sangat kentara.

"Buset, bajunya sesuai tema banget nih kayaknya," sahut Marisa yang baru saja sampai. Sesuai dugaan Olin, sahabatnya itu datang dengan pakaian serba merah muda dan jepitan lucu memenuhi rambutnya, lengkap dengan riasan yang tak kalah heboh pula.

"Heboh banget, Mar, dandanan lo," ujar Olin terang-terangan.

"Kalau mau mengkritik tuh, ya, minimal ngaca dulu, lah!" sahutnya tak terima. "Ngatain gue heboh, lo sendiri sama aja. Lo juga itu ngapain bawa perintilan cowok-cowok Kpop lo ke sini, sih. Kita itu mau nonton film, bukan mau nonton konser."

Mendengar sindiran Marisa, sontak membuat Olin langsung melirik tasnya yang dipenuhi keychain member Seventeen. Bukan hanya itu saja, Olin juga memakai baju perpaduan rose quartz & serenity, warna resmi dari idol kesayangannya, Seventeen.

"Bagus, kan, baju gue?" tanya Olin pamer.

"Lagian, nemu aja lagi baju begituan," cibir Marisa. "Tapi, serius, deh. Lo kentara banget kayak mau konseran, Lin."

"Suka-suka gue dong!"

Jarang-jarang juga Olin mau berdandan seperti ini, kecuali kalau memang dia benar akan pergi ke konser. Katanya, sih, siapa tahu bisa menarik perhatian Mingyu.

"Hai, teman-teman!" teriakan itu membuat Olin dan Marisa menghentikan perdebatannya. Mereka dengan cepat menoleh ke arah sumber suara dan mendapati Fanny yang sedang berlari kecil dengan pakaian yang berbanding terbalik dengan keduanya. "Sori-sori, gue nggak telat, kan?"

Bukannya menjawab, Marisa justru malah balik bertanya. "Kenapa pakaian lo item semua, sih?"

"Lah, lo juga ngapain itu serba pink?"

"Ya, gue sesuai tema lah! Kita, kan, mau nonton Barbie," jawab Marisa dengan percaya diri.

"Kata siapa kita mau nonton Barbie? Bukannya kita belum sepakat, ya, mau nonton apa?" Fanny kembali bersuara, "Makanya kalau belum pasti jangan kepedean duluan."

"Ya, terus?"

"Iya udah, sekarang kita tentuin mau nonton apa?"

"Udah pasti, sih, kata gue mah kita bakal nonton Barbie," seru Marisa.

"Emangnya lo mau nonton itu juga, Lin?" kali ini Fanny menanyakan pendapat Olin karena jika dilihat dari pakaian, sepertinya Olin memiliki pendapat yang sama dengan Marisa.

Sebelum menjawab, Olin lebih dulu melirik kedua sahabatnya secara bergantian. Dia yakin kalau urusan memilih film seperti ini saja pasti akan berujung lama.

"Gue ada, sih, film yang mau ditonton," jawab Olin ragu. "Tapi mending kita bilang dulu nggak, sih, masing-masing dari kita maunya nonton apa? Kalau udah tahu, nanti kita tentuin aja pakai gunting-batu-kertas, kalau ada yang menang berarti kita nonton film pilihan dari yang menang, gimana?"

Sekala Dalam Cerita | Kim Mingyu√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang