"Be, bangun!" titah Dika yang berdiri dengan satu tangan yang di masukkan ke dalam saku celananya. "Kamu Subuhan nggak? Buruan udah mau setengah 6 tuh!" lanjutnya.
Dika terpaksa masuk ke dalam kamar Olin karena gadis itu tidak bisa dihubungi karena ponselnya dimatikan. Dika menggedor-gedor pintu seperti orang ngamuk pun sepertinya Olin tidak mendengar atau mungkin dia pura-pura tidak mendengar dan mengabaikannya.
"Ya Allah, Be, aku tuh harus dengan cara apalagi ngebangunin kamu." Dika kembali mengeluh, karena Olin masih tidak bergerak di posisi tidurnya. Laki-laki itu terus menarik selimut yang membungkus tubuh gadis itu, sampai akhirnya selimut itu jatuh ke lantai. Namun, tetap saja Olin tidak berkutik. "Kamu tuh tidur jam berapa, sih? Jangan bilang baru tidur, makanya susah banget dibangunin."
Melihat Sang tuan rumah tak kunjung bangun, Dika akhirnya mencari cara untuk membangunkan Olin lewat internet, siapa tahu ada cara yang lebih manjur dan bisa ia gunakan. Setelah menghabiskan waktu sekitar lima menit, Dika masih tidak menemukan apa yang dia cari. Dengan terpaksa laki-laki itu harus memutar otaknya, padahal ada cara lain yang bisa ia jadikan jalan ninja untuk membangunkan Olin. Tentu saja dengan menghubungi Ibu Elena dan memintanya untuk mengeluarkan kalimat-kalimat kramat yang bisa membuat Olin bangun seketika. Belum sempat melakukan itu, tiba-tiba saja Dika kepikiran sesuatu yang dia yakini bisa menjadi senjata ampuh untuk membangunkan Olin.
Dia mendekat perlahan ke arah Olin, lalu membisikkan sesuatu tepat di telinga gadis itu. "Be, masa tadi aku buka sosmed ada berita artis Korea yang namanya Kim Mingyu dikonfirmasi pacaran. Mingyu itu pacar halu kamu, kan?"
Olin sedikit bergerak, kemudian tangannya menjauhkan kepala Dika yang sangat dekat dengan wajahnya itu. "Kamu tuh jangan ngawur, Mingyu dikonfirmasi dating sama siapa anjir, jangan ngada-ngada!"
"Lah, nggak percaya. Yeuh keureut ceuli aing!"
Mendengar itu, mata Olin membulat dan tangannya spontan mencari ponsel untuk mengecek berita tentang Mingyu hari ini. Sepertinya ucapan Dika barusan bukanlah sebuah kebohongan, karena terdengar sangat meyakinkan. "Hape aku dong, Bo, tolong cariin!"
"Ya, kamunya bangun dulu. Baru aku kasih hape-nya," titah Dika.
Hal pertama yang dilihat Olin ketika membuka mata adalah Dika yang tengah menatapnya tajam. Dengan manja Olin mengulurkan kedua tangannya, meminta bantuan Dika untuk membuatnya bangkit dari tempat tidur. Namun, karena Dika mendadak kehilangan keseimbangan, bukannya membantu Olin menjauh dari tempat tidur, laki-laki itu malah terjatuh ke ranjang tepat di atas Olin. Seperti sebuah sinetron, tiba-tiba saja Jeffrey muncul dengan reaksi heboh saat melihat posisi keduanya yang sangat ambigu.
"OMAYGADEU...kalian lagi kumpul monyet, kah? Waduh, waduh, walah... gue bilangin Ibu, ya, Olin!"Mendengar suara Jeffrey, Olin spontan menendang Dika hingga laki-laki itu mengaduh kesakitan. Olin panik, dia melihat Jeffrey sudah melihat tangannya di dada dan jangan lupakan tatapan matanya yang tajam. "Jeff, ini nggak seperti yang lo lihat, serius deh!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekala Dalam Cerita | Kim Mingyu√
RomanceBarangkali, pada kategori hal yang menyenangkan sekaligus bikin candu. Mengenal sosoknya berada diurutan kedua setelah makan mie instan pada tengah malam. Mengetahui makna nama panjangnya, memanggil dengan nama kecilnya, apa kebiasaannya hingga meng...