Enjoy! Next up 11/24 February 2018
Selamat menikmati fenomena Super Blue Blood Moon 🌜
Jangan mencoba menghentikannya
Semuanya belum berakhir
Semuanya tak akan berakhir dengan cepat
Walau banyak air mata yang mengalir***
Wajah Avery memerah menahan amarah, kemudian ia menghembuskan nafasnya dengan kasar.
"Kita makan nanti."Valen hanya menatap Avery dalam diam.
"Nona, silahkan Anda masuk ke kamar sampai situasi dapat terkendalikan." Ujar sang pelayan.
Valen berjalan menuju kamarnya sembari menoleh ke belakang,
Sedangkan, Avery dengan cepat mengendalikan emosinya, karna sadar emosinya tak akan menyelesaikan apa pun.
"Kalian bawa pelayan yang membawakan minuman, bawa semua pelayan yang berada disekitar tempat kejadian, kumpulkan semuanya diruang ini. Jangan biarkan satupun lolos." Perintah Avery kepada salah satu pelayan utama.
Tanpa sadar bahwa seseorang sedang bersembunyi dibalik dinding pembatas sembari tersenyum puas,
Kemudian ia melangkahkan kakinya keluar dari wilayah itu.***
Valen akhirnya berada dikamar.
Ia berjalan ke atas kasur sembari membuka buku yang berada diatas kasurnya.
Sebuah buku kumpulan dongeng yang tua,
'Menarik' satu kata yang terlintas dikepalanya.Ia membuka halaman buku tersebut,
Semua berawal dari sebuah negeri, negeri dengan keindahan yang membuai diri, negeri peri.
Negeri dengan seekor naga sebagai pelindungnya, setiap malam ia akan mengelilingi negeri tersebut hingga muncul kabut tebal.
Setelah itu ia akan menghembuskan nafasnya dengan keras, menakuti setiap mahkluk hidup yang berada disekitar negeri tersebut, naga tersebut seolah memberitahu sebuah kata tanpa terucap, 'menghilang'
Setiap suara hembusan nafas dari sang naga terdengar, semua mahkluk akan sunyi seakan ada sesuatu yang tersembunyi didalam hembusan tersebut.
Hembusan tersebut akan terdengar saat lampu terakhir rumah penduduk padam, lalu mulailah sang naga berkeliling, dalam kelamnya malam, dilengkapi oleh kelamnya bola mata sang naga, mahkluk yang tertangkap oleh mata gelap mahkluk itu tak akan dibiarkan keluar hidup.Pertama-tama ia akan mengayunkan sayapnya dilangit, membuat tubuhmu terpaku diselimuti oleh ketakutan yang luar biasa, kemudian ia akan memperlihatkan mu giginya menunjukan kekuasaannya, pada akhirnya mereka akan menghilang dibawa oleh sang naga.
Tanpa seorang pun tau mereka hidup atau mati.
Lalu, setelah beberapa hari mereka dinyatakan meninggal oleh kaum peri, mayat mereka tak pernah ditemukan, hanya ada pemberitahuan.Sampai suatu hari seorang penyihir hebat dari utara datang dengan sebotol ramuan, ramuan hebat yang dianggap tak berharga bagi kaum peri. Sang penyihir datang dengan damai, membawa ramuan untuk menukarnya dengan keselamatan beberapa kaumnya saat melewati negeri peri agar sampai pada negeri manusia.
Sang pemimpin peri berkata, "Aku tidak butuh ramuan itu! Kaum kami cukup kuat, ramuan itu tidak berguna! Apa kaum kalian terlalu pengecut untuk melewati negeri kami sehingga meminta keselamatan? Takut pada Claretta -nama sang naga- ? Pengecut."
Sang penyihir yang tidak terima mulai mengambil tongkatnya, mulutnya mulai mengutuk negeri peri, "negeri peri akan hancur, kaumnya akan terpecah belah, mereka akan disatukan oleh seorang anak ramalan. Tetapi apabila sang naga menemukan anak tersebut hanya takdir yang dapat menjawab segalanya. Lalu, ramuan ini, ramuan yang kau rendahkan. Kau akan membutuhkannya untuk menyatukan negeri mu." Lalu sang penyihir berjalan keluar dari negeri peri.
Tetapi sang pemimpin peri berteriak melegar dalam istana, "Aku tidak akan pernah percaya terhadap bualanmu!"
Kemudian ia memanggil sang naga agar memperketat penjagaan wilayah, membunuh siapapun yang berada diwilayah tersebut.Saat malam telah tiba sekelompok penyihir pun melewati negeri peri, sayangnya mata sang naga telah terlebih dahulu menangkap keberadaan mereka, dengan cepat sang penyihir mulai menyerang naga tersebut, karna merasa terancam mulut dari sang naga mengeluarkan api, langsung membakar sekelompok penyihir.
Sebelum penyihir terakhir terbakar ia berkata, "maka kutukan ini dimulai dari sekarang."
Lalu abu dari mayat para penyihir berterbangan melewati segala penjuru negeri peri.Setelah kematian sekelompok penyihir tersebut, kutukan yang pernah terucap semakin nyata. Hal itu membuat sang pemimpin diliputi rasa ketakutan yang luar biasa. Seluruh negeri hancur, kekacauan terjadi disegala penjuru negeri.
Keindahan yang dulu terpantri di negeri tersebut seolah hilang tanpa sisa.
Hingga pada ajalnya menjemput ia dengan penuh ketakutan memberikan wasiat kepada anaknya, sang pangeran.
"Cari anak tersebut lindungi ia, carilah ramuan dari negeri penyihir utara, bawalah kertas ini. Selamatkan kaum kita."
Lalu sang Raja menghembuskan nafas terakhirnya, kematian sang Raja tersebar luas ke seluruh pelosok negeri.
Kematian sang pemimpin peri membuat naga yang dulu berterbangan mengelilingi negeri peri masuk kedalam sarangnya kembali dipegunungan menunggu dalam tidur lelapnya untuk menggenapi ramalan.Valen menutup buku tersebut,
"Semua cerita ini nyata,
kau hanya perlu percaya dengan keberadaannya." Bisik seseorang kedalam pikirannya."Percayalah..." Kalimat terakhir yang terbisik dipikirannya.
Valen menggelengkan kepalanya, mencoba menghilangkan pemikiran yang sempat tergiang dikepalanya.
"ck!" Decaknya kencang."Semua ini akan membuat kepalaku meledak dalam satu waktu."
Dengan kesal Valen melangkahkan kakinya keluar dari kamarnya, "Avery aku ingin makan sekarang."
Valen langsung menghentikan kakinya, sesuatu yang menyeramkan terjadi didepan matanya.
Sekelompok orang masuk ke dalam mansion dengan membawa pedang, Valen terpaku menatap sekelompok orang yang masuk.
Salah satu mereka menoleh dan tanpa sengaja mata mereka saling bertatap. Tak lama kemudian, dia berteriak.
"Tangkap dia!" Sembari menunjuk Valen.Dengan sigap Valen melarikan diri sembari mencari Avery.
Valen menolehkan kepalanya ke belakang. Mereka masih mengejar Valen, tak kehilangan akal. Valen segela berbelok ke ruang latihan.
Dengan cepat ia membuka pintu tersebut kemudian dengan segera ia bersembunyi dibelakang sebuah rak alat.
Tangannya meraih pemukul bola, menggenggam dengan tangan sedikit gemetaran.Dan tak lama mereka masuk ke dalam ruangan itu, Valen semakin memundurkan dirinya mendekati dinding sembari berusaha menenangkan detak jantungnya, wajahnya pucat diliputi kecemasan, matanya menatap penuh waspada.
Mereka mengitari ruangan itu dengan teliti, tanpa sengaja salah satu dari mereka mendekati tempat persembunyian Valen, dengan cepat Valen berjongkok.
Sayangnya, mata tersebut masih melihat bayangan Valen, dengan senyum menakutkan ia menunjuk tempat persembunyian Valen dan berkata, "disini!"
Mereka semua langsung mengepung tempat tersebut, karna terdesak Valen berdiri dan mengayunkan tongkat tersebut mengenai dua orang diantara mereka.
"Maaf." Cicitnya pelan.Kemudian ia melempar tongkat nya ke salah satu dari mereka yang berkepala botak.
Lalu ia mengambil bola basket yang berada dirak lalu memantulkannya mengenai seorang yang memelotinya."Ini tidak akan berakhir, aku harus kabur." Gumamnya pada dirinya sendiri.
Ia menoleh ke segala arah berusaha menemukan suatu celah untuk kabur. Matanya tak sengaja menangkap sebuah sepeda tua yang sudah jarang terpakai. Dengan cepat tangannya meraih sebuah tali lalu ia berlari membawa tali tersebut ke arah sepeda.
Dengan kelincahan Valen melarikan dirinya dengan sepeda. "Kejar!" Teriak salah seorang dari mereka dengan geram.
31.01.18

KAMU SEDANG MEMBACA
Luna Tears
Werewolf100% Fiksi Just hold me tight and Don't let go #Rank 16 in Werewolf (03/03/2017) #Rank 13 in Werewolf (02/03/2017) #Rank 20 in Werewolf (16/02/2017) Start ➡ 21.12.16