Chapter 2: One thing

6.7K 469 4
                                    

Enjoy! Next Up  10/20 November 2017

Nunggu vote kelamaan 😫
Jadi up dulu, makasih yang udah vote! Sekarang gak pake nunggu Vote lagi deh 😥
Sukarela aja... 🙃

Hati meraung dalam diam
Andai dapat ku putar waktu

***

Dug! Dag!

Buku tua itu terjatuh dari tangannya,
Kebingungannya semakin menjadi.

'Apa maksud dari buku ini?!' Pertanyaan penuh frustasi itu melintas dibenaknya,

'Valen! Kembalikan buku itu! Kau sudah membaca terlalu banyak!' Ucap Shera nada kemarahan pun tak terlepas dari ucapannya.

'Shera?' Kata Valen.

'Kembalikan buku itu sekarang!' Shera berteriak penuh amarah dikepalanya.

Tangannya mengambil buku yang terjatuh dari genggamannya, dan mengembalikan bukunya ke tempat semula.

Bermacam-macam pertanyaan tergiang dikepalanya tanpa henti.

Ia berjalan keluar dari perpustakaan sembari memikirkan kalimat itu.

Ia tidak mengerti dengan apa yang ia baca tadi.

'Kau sudah gila.' kalimat dengan nada menyebalkan itu membuat Valen mendengus kecil.

'Ra? Kau mengerti kalimat tadi?' Tanya Valen kepada Shera.

Tidak ada jawaban yang terdengar,

Lalu tanpa terkendali kakinya melangkah kembali ke perpustakaan.

Ia ingin menikmati suasana ruangan yang tenang, ia melangkah dan terus melangkah.

Hingga punggung seseorang nampak,
"Siapa kau?" Tanya Valen bingung.

Punggung itu terlihat menegang sebentar, kemudian ia membalikkan badannya,
"Kau pasti Valen, benar?" Tanyanya sembari mengulurkan tangannya.

Dengan senyuman Valen menjawab,
"Ya, dan siapa kau?"

"Kau tidak ingat padaku? Nata mengutusku kemari untuk menemanimu sampai ia kembali." Jawabnya.

"Kau tidak menjawab pertanyaanku." Ketus Valen.

"Avery." Ucapnya

"Dan apa yang kau lakukan disini? Nata memberikanmu izin?" Tanya Valen penuh selidik.

Sedangkan orang dihadapannya memandangnya dengan tatapan yang tak dapat diartikan,
"Well Valen, Nata mengutusku kemari untuk menemanimu. Jadi, bagaimana ia bisa tak memberikanku izin? Hm?"

Valen mendengus kesal,
'Dasar Kakak menyebalkan! Mengutus orang tidak bilang padaku!'

"Bisakah kau pergi dari sini?" Pertanyaan yang menyerupai pengusiran secara jelas.

"Baiklah Nona."
Kemudian ia membungkuk lalu berjalan keluar.

Luna TearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang