Chapter 5: Poison

4.1K 299 6
                                        

Enjoy! Next up January/20 February
Happy New Year 🎉

Berbicara melepaskan segala kegundahan hati
Bercerita bagai sepasang sahabat lama
Mendengar dengan penuh pengertian
Menyayangi sembari melupakan segala dendam
Hanya itu yang kita butuhkan agar bahagia

***

Perjuangan perburuan Avery dan Valen tak mengkhianati hasilnya.

Dengan hasil buruan dua ekor rusa, tiga kelinci dapat dibawa pulang, tak tertinggal pula setiap pengalaman segar yang membasahi kepala mereka.

Angin yang bertiup kesana kemari seakan turut bahagia,
Dengan penuh keletihan mereka membaringkan diri di padang rumput.

"Bagaimana? Menyenangkan bukan?" Avery bertanya.

Dengan binar kebahagiaan Valen berkata,
"Tentu saja!"

"Dengan pengalaman hari ini ditambah dengan pengalaman yang akan kau dapatkan selanjutnya, kau bisa berburu sendiri lain kali." Avery melihat kearah langit yang sekarang seakan tersenyum.

"Tentu saja!" Ucap Valen penuh antusias.

Avery menghembuskan nafasnya dengan kencang.

"Kau kenapa?" Tanya Valen.

"Kau tau..." Avery terdiam sembari menatap Valen.

"Kau bisa menggenggam langit dengan sejumput mimpi,
Menggemparkan dunia dengan berdiri diatasnya,
Memahat kenangan dengan kebahagiaan,
Tertawa lepas tanpa bimbang." Sambunganya.

Untuk sesaat Valen terpaku dengan ucapan Avery,
"Tetapi yang kau lupakan,
Sejumput mimpi dapat musnah,
Saat kau berdiri kau dapat terjatuh,
Kebahagiaan akan sirna,
Tertawa lepas sembari mengiringi isak tangis." Ucap Avery.

Valen menoleh dengan cepat kearah Avery,
"Maka dari itu kau harus lepaskan segala kegundahan hati,
kumpulkan segala kebahagiaan selagi waktu tersisa,
Melepaskan apa yang harus dilepas." Dengan senyuman Valen membalas perkataan Avery.

"Jika waktu tak tersisa?" Tanya Avery.

"Berusaha menyelamatkan apa yang dapat kau selamatkan." Valen berkata.

"Jika tak ada yang tersisa? Apa yang harus ku selamatkan?"

Valen mengangkat kepalanya melihat langit sore,
"Membangun semuanya kembali dan memulainya dari awal."

***

Kini Valen duduk di kursi santai sembari menegak coklat panas dalam genggamannya, tak terasa hari ini berlalu dengan cepat.

Udara dingin malam seakan menyegarkan jiwa Valen.

"Hei." Sapa Avery.

"Ya?"

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Avery.

"Duduk kau tidak lihat." Sinis Valen.

Avery terkekeh,
"Kau tidak berubah."

"Apa yang tidak berubah?" Valen memicingkan matanya.

"Maksudku dari awal kita bertemu kau tidak berubah. Terkadang sinis, terkadang bijak, terkadang galak, dan masih banyak lagi." Ucap Avery.

Valen menatap Avery tak lama ia menatap ke depan.

"Avery." Panggil Valen.

Avery menoleh kearahnya,
"Ada apa?"

"Bagaimana jika orang baik menyimpan kejahatan untuk mencelakai mu, apa yang akan kau lakukan?"

"Untuk apa seorang yang baik menyimpan kejahatan? Bukankah lebih indah jika tetap berbuat baik? Jika ia menyimpan kejahatan berarti ia bukanlah orang yang baik." Avery menjawab.

"Lalu untuk apa seseorang berbuat jahat?"

"Entahlah. Mereka mungkin memiliki alasannya masing-masing, tetapi kau tau... Dalam jiwa seorang yang jahat masih terdapat jiwa suci yang tertimbun oleh pekatnya kejahatan. Karna apa kau tidak berseri jika kau berbuat kebaikan?" Avery menjeda.

"Kejahatan yang tercipta dari sebuah amarah, dendam, dengki tidak akan memiliki akhir, dan sebuah kebaikan yang tercipta dari sebuah kebohongan akan terus berlanjut hingga semuanya terbongkar, karna kebohongan tak selamanya dapat tersimpan." Lanjutnya.

Valen menjawab dengan bergumam tak jelas.

"Dendam tak pernah menghasilkan keindahan Valen, maka dari itu jangan pernah mendendam."

"Makan malam?" Avery bertanya sembari mengulurkan tangannya.

Senyuman manis seorang lelaki sembari mengulurkan tangannya menyerbu pikirannya,

"Ayo..." Ajak seorang lelaki dengan agak wajah buram.

Tanganku ragu meraih tangannya,
Tetapi ia tetap menunggu... Hingga akhirnya tanganku meraih tangannya,

Kapan hal itu terjadi? Mengapa aku mau meraih uluran tangannya?

Avery melambaikan tangannya tepat di wajah Valen, "halo?"

"Eh iya, Ayo." Valen langsung berdiri dan membersihkan celananya dari debu yang menempel.

"Kau kenapa?" Tanya Avery.

Valen memandang wajah Avery dengan bingung,
"Apanya yang kenapa?"

"Kau terlihat aneh." Ucapnya lalu berjalan mendahului Valen.

"Tunggu aku!" Dengan kesal Valen berteriak sembari menghentak-hentakan kakinya

Tiba di ruang makan, diatas meja sudah terdapat beberapa menu makanan dengan daging yang telah mereka buru.

Perut Valen seakan meronta untuk diisi, dengan gerakan cepat ia langsung duduk di meja makan.

Tangan Valen mengambil minuman yang terletak diatas meja,

Tanpa sengaja satu orang pelayan mendorongnya.

Prang!

Gelas tersebut pecah membuat air didalam gelas tersebut tumpah dan tak lama air didalam gelas tersebut membuat lantai kayu menjadi bubur.

Valen dengan cepat memundurkan kakinya,
Sementara Avery melangkahkan kakinya dengan wajah geram.

"TUTUP SEMUA AKSES KELUAR DARI PACK!" Teriak Avery dengan geram menggema seluruh ruangan.

Semua pelayan maupun beberapa prajurit langsung dengan terburu-buru melaksanakan tugas yang diperintahkan.

Sementara Valen masih melihat minuman yang sudah menghancurkan lantai, kemudian ia menoleh ke pelayan yang mendorongnya tadi.

Tanpa aba-aba Valen langsung memeluknya,
"Terima kasih!"

Grrr!

Geraman penuh ancaman itu keluar dari mulut Avery.

"Hei! Tenanglah... Lagipula minuman itu tidak terminum olehku." Ucap Valen menenangkan Avery.

Dengan cepat Avery membalikan kepalanya dan menatap Valen dengan tajam,
"Lagipula tidak terminum olehmu?! Bagaimana jika itu terminum!"

Valen mendengus, "kau berlebihan."

01.01.18

Luna TearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang