9 - Sorry

5.7K 454 5
                                    

"Ceraikan aku."

Hening.

Tak ada ekspresi apapun yang nampak pada wajah Sehun, membuat Sungra makin gentar dalam hatinya.

Beberapa detik hanyut dalam keheningan, Sehun menarik napas perlahan, jarinya menyisir rambut kebelakang.

Sungra memilih bungkam dengan seluruh emosi yang mendidih dalam kepalanya, tidak, dia tak akan menghindari sepasang mata tajam itu lagi.

Dengan tenang Sehun menenggelamkan kedua tangannya pada tiap saku celana. Mata pria itu mengerjap sekali seolah sedang memiliki beberapa waktu untuk menenangkan diri.

Sungra menggigit bibir bawahnya tanpa sadar. Perlahan satu tangan gadis itu mengusap wajahnya, terlalu bingung dengan situasi ini.

Keheningan yang ditimbulkan keduanya makin membuat Sungra frustasi. Gadis itu tak terlalu baik dalam mengungkapkan sesuatu, pun Sehun terlalu sama dengannya.
Sorot tajam pria itu tak lepas memandangi Sungra.

Kesekian kali ia mengambil napas mencoba menenangkan diri.

Tanpa berkata apapun lagi, Sehun segera berbalik dan membanting pintu kamar dengan keras, diikuti debaman pintu apartemen mereka.

Kedua tangan Sungra mengepal erat pada kedua sisi tubuhnya. Semua kata sumpah serapah tertahan di ujung lidah Sungra, membuat hati sesak juga pikirannya yang sudah kalang kabut.

Sungra meredam emosinya pelan-pelan, mencoba memasok oksigen ke paru-parunya yang terasa menyempit.

Jika Sehun tak menginginkan perceraian, lalu apa?

-o0o-

"Jika benda mengapung, tentu setengah bagian benda berada di dalam air dan setengahnya lagi berada di udara. Semuanya tak lepas dari hukum Archimedes, jika kita kaji gambar ini...."

Bla bla bla.

Hyera sebisa mungkin menatap papan tulis dan wajah Jung saem bergantian, pura-pura fokus, istilah menjadi murid baik harus ada dalam dirinya.

Dengingan suara Jung saem begitu mengusik indera dengar membuatnya sebal setengah mati.

Ah, fisika benar-benar membunuhnya.

Demi bumi dan langit, siapapun yang menciptakan teori gila tentang gaya atau hukum...apa tadi namanya?

"Aish benar-benar," gumam Hyera kesal.

Tubuhnya berada di kelas tapi tidak dengan pikirannya. Bayangan wajah Baekhyun tadi pagi yang melintas di benaknya terus terngiang.

Cara dia tersenyum seolah tanpa dosa seperti itu, yah, walau Hyera akui senyum Baekhyun terasa tulus.

Bisa-bisanya pria itu sok ramah padanya setelah ketahuan berciuman dengan senior mereka di belakang sekolah. Lagi-lagi rasa sakit itu menggerogoti, menghempaskannya dalam rasa perih dan kata-kata kotor langsung memenuhi isi kepalanya.

Tak berapa lama wajah imut Baekhyun tergantikan dengan tatapan mematikan milik Kai.

Kai....

Suara berat juga deru nafasnya semalam. Ah, Hyera betul-betul gila dibuatnya.

Dalam sisi yang sama, mereka memang pria yang berbeda. Jadi, kenapa Hyera malah membandingkan mereka berdua? Toh Baekhyun bukan lagi milik Hyera dan Kai bukan siapa-siapa.

Bagus, sekarang perasaannya menjadi terombang-ambing seperti ini.

Lagi-lagi wajah Baekhyun muncul mendominasi otaknya. Sialan. Apa Hyera belum juga move on?

Sehun, I'm PregnantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang