Sebelum ketemu kamu, aku gak pernah tau kayak apa rasanya memandang seseorang sampai gak bisa berhenti tersenyum.-. . .-
DUA putaran pun sudah Azka penuhi sekarang waktunya kembali memulai permainan lagi. Botol kembali diputar makin lama putarannya semakin melambat dan botol pun berhenti tepat dihadapan Marcel.
Azka menyeringai sedangkan Marcel mendengus sebal. Kenapa harus sekarang? Padahal Marcel sangat berharap dia lah yang terakhir ditunjuk botol itu.
"Turth or Dare?" tanya Azka.
"Ck! Gue gak mau dua-duanya!" bantah Marcel.
Azka menjitak kepala Marcel. "Ya gak bisa lah bego!"
Marcel meringis kemudian berdecak. "Ck! Emang gak ada pilihan lain apa?"
Azka mendengus. "Gak ada! Udah buruan. Truth or Dare?"
Marcel terdiam sejenak. Ia harus memikirkan apa yang akan ia pilih. Sebenarnya Marcel tidak mau memilih. Tapi namanya juga permainannya cuman ada pilihan itu saja mau tidak mau Marcel harus memilih salah satu. Permainan ini juga gampang cuman yang ngasih tantangan dan pertanyaan nya itu kadang bisa membuat Marcel malu. Seperti Azka misalnya.
Setelah terdiam cukup lama. Akhirnya Marcel mulai berbicara. "Dare ae lah."
"Lo kalo makan masih suka disuapin ya?" tanya Azka.
"Dare macem apa itu Ka. Capruk Elah," ucap Andre terkekeh.
"Biarin elah! Buruan jawab!" balas Azka.
"Iya! Udah gue jawab puas lu?" seru Marcel kesal.
Mendengar jawaban Marcel yang memang sudah sesuai dengan tebakan mereka, mereka terbahak apalagi Azka yang memang sengaja menanyakan hal yang menurut Azka sangat menggelikan. Marcel sangat sebal melihat para sahabatnya tidak berhenti mentertawakannya pada hal tidak ada unsur lucunya. Lagi pula memang salah kalau dirinya kadang memang meminta Mama nya untuk menyuapinya.
Daniel berhenti tertawa ketika melihat wajah Marcel yang menahan kesal. "Sudah-sudah kita lanjutin lagi permainannya. Mar buru putar botolnya."
Akhirnya semua berhenti tertawa walaupun begitu Azka tetap ingin tertawa tapi ia mencoba menahannya. Marcel mengambil botol yang berada di samping Azka dengan kasar lalu ia menatap satu persatu wajah para sahabatnya kemudian memutar botolnya. Mendadak suasana menjadi tegang ketika botol itu sudah mulai melambat dan berhenti tepat kearah Andre.
"Truth or Dare?"
Dengan penuh percaya dirinya Andre menjawab, "Truth!"
Marcel berpikir sejenak kemudian tersenyum miring ketika matanya menangkap seorang mangsa yang cocok menjadi Truth untuk Andre.
"Cium Abigail tepat dibibir."
🐱🐱🐱
TBC
Hay Gaes! Ketemu lagi dengan penulis amatir ini wkwk:v mau selesai in cerita ini ge susah pisan eyy😂 banyak cobaan silih berganti eak😂 Maap ya chapter ini dikit. chapter selanjutnya akan ku private kalau kalian ingin membaca silahkan follow saya terlebih dahulu:) maklumin ya namanya juga penulis amatir bukan penulis sungguhan😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Refrain
Teen FictionBEBERAPA PART DIPRIVATE! JIKA INGIN MEMBACA FOLLOW SAYA TERLEBIH DAHULU. ⚫⚫⚫ Selalu ada perdebatan disetiap malam. Abigail takut. Abigail hanya bisa menangis dan menjerit di pelukan Radit. Dan kejadian itu terjadi Mama nya di tampar pas sekali denga...