Shabbrine's POV
***
Ini merupakan minggu kedua dimana setiap sabtu dan minggu aku harus rutin datang kemari. Sepertinya akan sama saja; datang, masuk ke kelas, bermain piano, keluar dari kelas lalu pulang. Mungkin, bedanya hanya tentang Jillian. Kali ini ia langsung pulang ke rumah setelah mengantarku ke tempat ini. Untuk info saja, sebenarnya ia ingin sekali menemaniku disini sampai selesai. Namun, ini permintaanku. Jadi ia lebih memilih untuk mengiyakan.
Dan, oh. Coba tebak; aku lupa akan seorang Mike yang menghantui pikiranku dua hari belakangan ini. Oh, bukan. C'mon, jangan bertingkah seperti Jillian, aku hanya memikirkan hukuman-hukuman apa yang Mr. Johnson berikan kepada laki-laki gila-- Mike, maksudku. Mengingat beliau yang begitu sangar saat memanggil namanya minggu lalu.
Setelah teringat, aku jadi mengangguk-angguk pelan. Ada satu point lagi yang berbeda di hari ini. Jam istirahat. Seperti yang kalian tahu, dua hari di minggu yang lalu, aku tak pernah sekali pun merasakan istirahat di tempat ini. Lalu tadi, Mr. Gru tiba-tiba memberitahu bahwa hari ini akan berlangsung panjang. Ia juga memberikan alasannya tanpa perlu kutanya terlebih dahulu. Ia bilang, ia tak akan bisa hadir besok karena ia memiliki acara yang sepertinya tak sopan jika aku bertanya lebih lanjut. Jadi, aku hanya mengangguk saja.
Aku menghirup nafas dalam-dalam saat sampai di belakang rumah kursus ini. Aku tak percaya dan agak heran dengan udara disini. Rasanya janggal saja bila udara di dalam tempat kursus dan di halaman belakangnya berbeda. Disini sangat sejuk. Kontras sekali dengan kondisi di dalam.
Sambil terus menunggu jam istirahat yang baru berlangsung 2 menit, aku duduk di tempat duduk yang bukan berbentuk kursi. Susah menjelaskannya, tapi, ini mungkin terlihat seperti bata-bata yang tersusun tinggi lalu dilapisi dengan cat. Sehingga kakiku bahkan menggantung, tak bisa menggapai tanah di bawahku.
Aku menarik selembar kertas dari tas kecil yang selalu aku selempangkan kemanapun aku pergi. Aku merogoh ke dalamnya, mencari pensil yang biasa kugunakan untuk menggambar sketsa.
Menaruh tanganku di atas kertas tersebut, aku mulai menumpahkan ide-ideku di atasnya. Masih dia. Masih wajahnya yang aku gambar. Rindu, hanya itu yang bisa kukatakan ketika menarik pensilku, membentuk bibir dan senyumannya yang selalu aku ingat.
"Lo gambar siapa?"
ASTAGA.
Kertas yang berada di tanganku tiba-tiba terjatuh, pensilku juga. Kalian tahu, suara tadi begitu dekat. Kurasa, ada disampingku. Tapi, yang membuatku lebih dari sekedar terkejut adalah suaranya yang tiba-tiba muncul. Jadi, dari tadi ia disini? Atau bagaimana?
"So sorry," ujar cowok gila itu lalu terkekeh. Atau, perlu kupanggil dia dengan namanya—Mike? Tak perlu, aku sudah mulai nyaman dengan panggilan gila untuknya.
Aku merasakan ada kertas yang sengaja ia beri padaku, di tanganku. "Ini," ia menaruhnya di kedua pahaku seiring dengan dirinya yang membungkuk lagi, mengambil pensilku juga kurasa.
Aku mengambilnya lalu mulai menggambar sketsa lagi. "Lain kali, jika ingin menghampiriku, buatlah tanda. Kau tahu 'kan aku tidak bisa--"
"Gambar lo bagus," selanya cepat.
"Apa?"
"Bagus. Dia siapa?"
"Siapa?"
"Gambarmu, Nona."
"Jangan memanggil seperti itu."
"Lalu?"
"Shabbrine Michelle, itu namaku."
"Michael Sabernathy. Panggilannya?"
"Terserah saja. Kalau kamu?--"
"MIKEE!" suara berat milik Mr. Johnson terdengar lagi, lebih menggelegar daripada yang lalu. Aku menggeleng, menanti apakah yang akan Mike lakukan berikutnya. Sepertinya sudah menjadi hobi baginya untuk membolos.
Derap lari yang menjauh langsung terdengar dari sebelahku. Tapi tak sampai satu menit, derap kaki itu seakan kembali lalu mendekat ke arahku. Aku merasakan sesuatu yang dingin menarik tanganku pelan. Sebuah tangan yang dingin milik Mike itu kemudian memaksaku untuk melompat dari tempat semulaku untuk turun ke tanah.
"Ikut gue atau lo bakal kena semprot juga," katanya kemudian menarikku entah kemana.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sightless
Teen Fiction"love would make us blind. so i don't need any love at all; i'm already blind." (Inspired by JIN's Gone music video.)