fourteen; gone

1.8K 203 5
                                        

Aku berlari cepat ke arah Ruang Edelweiss sambil menenteng buku sketsaku yang penuh. Tidak sabar ingin berjumpa dengan si jahil Mike yang entah bagaimana keadaannya sekarang.

Langkahku berhenti saat mataku menangkap angka 14 di depan salah satu pintu diantara pintu-pintu yang merupakan Ruangan Edelweiss. Aku tersenyum sumringah. Mengingat-ingat wajah seorang yang aku rindukan yang kutorehkan sendiri di salah satu lembaran buku sketsaku.

Mike. 

Memangnya, siapa lagi?

Aku jadi semakin tidak sabar untuk melihat ekspresinya saat ia tahu bahwa aku bisa melihat kembali. Sekaligus, aku ingin melihat wajahnya dengan mataku sendiri. Kira-kira, wajahnya sejahil yang kubayangkan selama ini tidak, ya? Atau setampan wajah yang kubayangkan dan kugambar di buku gambar? Entahlah, aku juga ingin sekali memberikan gambar terkaanku atas wajah Mike sendiri kepada orangnya.

Aku langsung membuka pintunya perlahan. Melangkah dengan langkah pendek dan mengayun seiring dengan mataku yang mendapati sebuah kasur yang rupanya sudah rapih bersih tak berpenghuni.

Aku mengernyit heran. Kok, tidak ada siapa-siapa?

Aku langsung panik. Bisa jadi ia sudah sembuh dari penyakit parahnya yang entah apa dan sudah pulang ke rumahnya. Atau mungkin ia dipindahkan karena makin parah dengan penyakitnya. Atau kemungkinan mengenaskan lainnya adalah...

Oh, tidak. Tidak mungkin. Jangan sampai perkiraanku ini benar Ya Tuhan.

Aku langsung menggapai lengan seorang Suster yang kebetulan sedang memeriksa Ruangan Edelweiss nomor 14 ini. Aku tersenyum sekilas sebelum bertanya, "pasien disini, dimana ya, Sus?"

Suster itu malah mengernyit. Mungkin kaget denganku yang memiliki pertanyaan aneh menurutnya. Padahal ia mungkin tadinya ke ruangan ini hanya bermaksud memeriksa kerapihan dan kesiapan ruangan yang akan segera ditempatkan oleh pasien lain. Namun, pertanyaannya adalah, dimana Mike?!

"Maaf, tapi, ruangan ini baru saja kosong tiga hari yang lalu."

Kini aku yang kembali mengerungkan dahi. Lalu, Mike dimana?!

"You serious?"

"Yes, i am." Suster itu tersenyum hangat. Senyum andalan setiap suster disini. Melanjutkan, "memangnya, siapa yang kamu cari, adik?"

Aku berdeham pelan. Seingatku, nama belakang Mike berawal dari huruf S dan a. Tapi aku lupa siapa pastinya.

Sa...lan?

Sa...nderson?

Sa.....nthony?

Sa....fergusie?

Sa.....duh, siapa ya.

"Mike Sa..." Aku langsung terseyum kikuk. Mengisyaratkan bahwa aku lupa nama pasien yang kucari sendiri.

Suster itu tersenyum menenangkan. Ia melihat-lihat berkas-berkas yang dibawanya dengan gerakan tangan yang cepat. Mendongak dan berkata, "Mike Sabernathy?" tanyanya.

AH! IYA BENAR!

Aku tersenyum puas. "Ya! Dia sekarang ada dimana, Sus?" Tak lupa juga aku memberikan senyuman ramah padanya yang terlampau baik padaku.

Hening sebentar. 

Suster itu tak terlihat dengan senyum manisnya lagi. Ia berdeham kecil.

"Mike sudah berada di surga, dik."

Dan hanya dengan satu kalimat yang terucap dari bibir tipis si Suster muda itu, buku sketsaku spontan terlepas dari tanganku. Air mataku pun langsung bercucuran tanpa henti-hentinya.

Kini yang kutahu hanya satu;

Mike sudah tiada.

SightlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang