1

109 10 3
                                    



Cerita ini dibuat berdasarkan imajinasi author.

Bila ada kesamaan tokoh, tempat dan kejadian, itu semua hanya kebetulan.

Bagi yang penakut harap lambaikan tangan ke kamera :v

Author tidak bertanggung jawab atas ketakutan, mimpi buruk dll.

Sorry for typo(s).

Happy Reading!



***


"Eh, kita udah lama nggak kumpul bareng gini tau. Haha."

"Tugas gue numpuk banget."

"Gue pikir lo udh masuk RSJ gara-gara stress tugas dari Ma'am Olyv "

"Brisik lo, nyet!"

"Pen nonton dah. Film yang bagus apaan sih?"

"Yang memacu adrenalin?"

"Minion."

"Apaan? Sepanjang film lo cuman nonton kapsul bermata yang ngomongnya papoy papoy doang."

"HAHA najis."

"Horror?"

"Gue bisa mendadak tuli karena sepanjang film dengar teriakan penonton cewek yang alay."

"Psikopat?"

Sontak semua mulut membisu dan menoleh ke arah sumber suara. Melihat seorang gadis yang baru saja mengeluarkan satu kata dari mulutnya selama mereka duduk di sini. Ya, Dini memang baru bersuara mengeluarkan pendapatnya tentang genre film thriller yang memacu adrenalin. Ia memilih diam mendengarkan ocehan teman-temannya sesekali tertawa kecil mendegar lelucon dari Jolang maupun Harfan. Tetapi saat ini semuanya bungkam. Menoleh ke arahnya dengan tatapan penasaran.

"Bisa, sih." timpal Jolang yang tadi menanyakan genre film apa.

"Tapi gue mual deh kalau liat banyak darah," ujar Naomi yang duduk di sampingnya sembari bergidik ngeri membayangkan darah merah kental berceceran di film tersebut.

"Gue pengen deh jadi psikopat."

Tatapan mata tajam dan kerutan wajah kaget tertuju pada pria yang duduk di kursi paling pojok di gerombolan ini. Melihat seorang pria yang baru saja mengucapkan satu kalimat yang membuat teman-temannya bergidik ngeri mendengarnya. Agung yang mendapat sorot tatapan seperti itu mengangkat kedua bahunya dan merasa tidak ada yang salah dengan ucapannya. Semua orang berhak berpendapat.

Ya, semua orang memang berhak berpendapat. Tetapi, bagaimana reaksi kalian jika ada satu teman yang berkata ingin menjadi psikopat? Entah itu serius atau tidak tapi tetap saja mengerikan. Menonton filmnya saja membuat ngeri dan kadang berteriak kaget karena ada adegan yang tidak diduga-duga. Menonton filmnya juga membuat jantungmu berdebar seolah ingin keluar dari sarangnya, membuat kita mengepalkan erat kedua tangan karena ketakutan yang berlebih dan memasang mata tajam-tajam karena psikopat itu bisa mengumpat di balik mana saja pada film. Menonton film ini juga memaksa otak untuk berpikir menebak siapa dalang dari semua kasus pembunuhan yang terjadi. Dan, bisa saja sang psikopat itu adalah teman baikmu sendiri. Temanmu—psikopat—bisa saja memelukmu lebih erat agar pisaunya menancap lebih dalam.

"Gila! Jangan-jangan lo lagi yang bunuh siswi di sekolah kita tahun kemarin," celetuk Harfan dengan nada menyelidik.

"Nggak ada psikopat ganteng kayak gue." balas ringan Agung.

TopengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang