6

33 5 0
                                    



Cerita ini dibuat berdasarkan imajinasi author.

Bila ada kesamaan tokoh, tempat dan kejadian, itu semua hanyak kebetulan.

Hargai penulis jangan jadi siders.

Please tinggalin jejak, paling tidak vote.

Sorry for typo(s).

Happy Reading!


***


Dafa memutar tubuhnya dan menyandarkannya pada dinding kamar Naomi dengan napas yang tidak beraturan. Matanya melirik Naomi yang saat ini menangis di pelukan Dini. Ia tidak bisa membayangkan jika Naomi akan menjadi korban selanjutnya dalam kasus pembunuhan ini. Ia juga tidak bisa membayangkan ternyata si psikopat itu berada di sekitar mereka.

***

"Lehernya luka." Dini menepuk-nepuk pelan leher Naomi menggunakan kapas yang sudah ia tetesi dengan revanol.

"Mungkin karena talinya," sahut Agung yang melihat apa yang tengah dilakukan oleh Naomi. Memang benar. Di sekitar leher Naomi ada sedikit luka melingkar karena tali tersebut yang terlalu kuat mengikatnya. Dan saat ini Naomi meringis menahan sakit karena tengah diobati oleh Dini.

Sekarang mereka ada di ruang tamu Naomi. Membicarakan semuanya di sini. Naomi menolak untuk mengobati lehernya di kamarnya, mungkin masih trauma dengan kejadian buruk yang ia alami. Ternyata tidak hanya leher Naomi yang luka, ada pukulan benda tumpul di bagian kaki dan sekitar lengannya.

Naomi bercerita, ia masuk ke dalam kamar. Berniat ingin mencuci wajahnya di kamar mandi. Setelah keluar dari kamar mandi, seseorang menyergapnya. Menutup mulutnya menggunakan telapak tangannya. Naomi memberontak. Berniat berteriak memanggil atau pun menjerit supaya teman-temannya tahu jika ia sedang dalam bahaya. Mungkin karena kesal, si pembunuh itu memukul Naomi. Entah menggunakan apa, tapi kata Naomi itu sakit sekali. Pembunuh itu melilitkan kain di mulut Naomi, mencegahnya supaya tidak berteriak minta tolong. Setelah itu, pembunuh melilitkan tali rapia yang sudah di doublenya menjadi 15 di lehernya dan menyangkutkannya ke pengait yang sudah di pasang di langit-langit kamar Naomi. Entah bagaimana cara 'dia' mengaitkan tali tersebut sementara leher Naomi sudah terikat di sana. Tapi, kita pasti tahu jika psikopat punya cara unik tersendiri untuk melenyapkan nyawa korbannya.

Setelah melakukan tindakan tersebut, psikopat itu pergi ke arah jendela kamar Naomi dan selanjutnya Naomi tidak ingat apa-apa lagi. Ia tidak tahu kemana perginya pembunuh itu dan juga tidak sempat melihat bagaimana rupanya. Saat itu ia sibuk mencoba melepaskan tali yang menjerat lehernya kuat, serta kakinya yang menggantung jauh dari lantai. Ia tidak bisa berteriak dengan kondisi mulut yang tertutup oleh kain. Naomi pikir. Ia akan mati seperti korban lainnya lalu bagian organ tubuhnya akan hilang entah kemana untuk memenuhi gangguan jiwa dari si psikopat tersebut. Tapi ternyata tidak. Setelah mendengar ketukan pintu dari luar kamarnya, Naomi punya harapan. Dan ketika Dini membuka pintu kamarnya dan memanggil Agung serta Dafa untuk membantunya, Naomi pikir ia masih punya kesempatan untuk hidup.

Dini mengelap bulir-bulir keringatnya menggunakan lengan seragamnya. Dan menyandarkan tubuhnya pada punggung sofa yang empuk. "Lo bisa gantiin gue, Gung? Gue mau mandi dulu. Badan gue lengket banget."

Tanpa protes, Agung pindah posisi duduk menjadi di samping Naomi dan mengambil kapas yang tengah dipegang oleh Dini.

Dini menggumamkan kata terimakasih dan menuju ke lantai dua. Ke kamar Naomi.

TopengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang