7

34 5 2
                                    


Maaf Typo bertebaran. Selamat Membaca Readerskuuu!!


***


"Katanya lo udah cek semua ruangan yang ada di rumah ini." Agung duduk di samping Dafa.

"Iya. Gue yakin udah cek semuanya. Gue nggak nemuin apa-apa," jawab Dafa dengan nada melamun.

Agung diam sejenak dan menganggukkan kepalanya merespon ucapan Dafa. Matanya melirik arloji yang ia kenakan. Jarum jam menunjukkan pukul 7 malam. Itu tandanya, sudah tiga jam berlalu saat Dini mengalami kejadian mengerikan dalam hidupnya.

Suara bel rumah berbunyi membuat Dafa dan Agung—yang berada di ruang tamu—menoleh. Tak lama kemudian pintu terbuka dan menampilkan sosok Jolang dan Harfan dengan wajah paniknya.

"Dini sama Naomi mana? Mereka nggak apa-apa, kan? Kalian juga nggak apa-apa, kan?" tanya Jolang dengan tempo cepat.

"Kalau mau masuk rumah orang tuh salam dulu," timpal Dafa lalu menyeruput kopi miliknya.

Jolang memutar bola matanya kesal. "Selamat malam sahabat-sahabatku yang ganteng. Maaf kami baru bisa datang karena tadi menjenguk tante kami yang melahirkan anak pertamanya. Hadirnya saya dan sahabat saya di sini atas panggilan kalian semua dan juga ingin mengetahui keadaan lebih lanjut mengenai sahabat perempuan kita yang telah mengalami kejadian buruk seperti yang saudara Agung ceritakan lewat telepon."

"Salam, Jol. Bukan pidato kenegaraan," komentar Dafa membuat Jolang menekuk wajahnya.

"Hai Jol, Hai Faan" Sapaan hangat itu terdengar oleh telinga siapa pun yang berada di ruangan ini. Semua menoleh. Melihat Dini dan Naomi yang baru saja keluar dari sebuah ruangan yang berhadapan dengan ruang tamu ini.

Kini semuanya sudah berkumpul di rumah Naomi. Lebih tepatnya mereka berada di ruang tamu

"Kalian belum pada makan malam, kan?" Dini menatap semua temannya satu per satu. "Nom, di dapur masih ada persediaan makanan?"

Naomi tidak langsung menjawab. Ia diam sejenak berpikir. Mengingat apakah ada makanan yang bisa ia makan di dapur. "Kayaknya masih deh, Din."

"Gue mau nyiapin makan malam dulu, ya, buat kalian." Dini bangkit dari duduknya dan lengannya sempat ditahan oleh Dafa.

"Gue temenin."

"Ganti dulu baju lo, Daaf. Gue nggak mau makanan enak buatan Dini nanti terkontaminasi sama virus dan bakteri yang ada di baju lo," sahut Jolang yang melihat Dafa masih memakai baju seragam.

"Diem lo!"

"Jolang bener Daaf, Ganti baju dulu gih. Kalau bisa sekalian mandi."

"Lo bisa pake baju bokap gue dulu, Daaf. yok, gue anter." Naomi langsung mengambil tindakan dengan cara berdiri dan melangkah dengan timpang menuju kamar ayahnya yang tak jauh dari ruang tamu ini.

Merasa tidak enak jika menolak tawaran baik Naomi, Dafa menurut dan mengikuti kemana langkah Naomi menuntunnya. Tapi sebelumnya ia sempat melemparkan tatapan sinis untuk Jolang.

"Gue bantu ya Din" Kata Jolang.

***

"Jol, coba cek ada apa aja di kulkas." Dini mengambil wajan dan menyiramkannya dengan minyak yang sudah disediakan di dapur ini.

Jolang mengangguk dan menuju kulkas yang berada di sudut ruangan ini. Membukanya dan menundukkan tubuhnya agar dapat melihat apa isi dari mesin pendingin yang tingginya hampir setara dengan tubuhnya. "Eum... botol yang isinya air putih, ada sosis juga, trus... gue nggak tahu lagi."

TopengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang