5

40 5 5
                                    

Selamat membacaaa!!

Hati-hati banyak typo bertebaran :v



***


Dini duduk disamping Naomi. Menggenggam tangan sahabatnya itu yang mulai gemetaran dan mengeluarkan keringat dari telapak tangannya. Dafa hanya diam. Menunggu kata selanjutnya yang akan dikeluarkan oleh Naomi.

"Setelah gue dapet kunci cadangan, gue tutup pintu kamar. Pas gue balik badan dan mata gue nggak sengaja ngeliat, kalau jendela dapur terbuka lebar—lo tahu kamar bokap gue bersebrangan sama dapur. Gue mulai takut. Rumah ini nggak dihuni sama siapa pun selain lo dan gue—untuk beberapa hari ini. Nggak mungkin gue atau lo buka jendela dapur, sementara kita berdua dari pagi ada di sekolah."

Dini membulatkan matanya lebar. Itu berarti... ada orang lain yang masuk ke dalam rumah Naomi saat dirinya tidak ada di rumah. Tapi siapa? Dan apa motifnya? Naomi menangkupkan kedua tangannya ke wajahnya. "Gue..gue takut. Gue langsung telfon polisi dan 10 menit kemudian mereka dateng. Gue takut kalau gue yang jadi korban selanjutnya dalam..."

"Nom." Dini melepaskan perlahan tangan Naomi yang menangkup wajahnya dan mengenggamnya erat. Wajah Naomi memerah dengan mata yang berkaca-kaca. Ia mengerti apa yang dirasakan Naomi. Di sini bukan hanya Naomi yang takut. Tapi juga dirinya yang akan tinggal untuk beberapa hari ke depan. Lagipula siapa yang tidak takut jika mengetahui ada aktivitas yang terjadi saat tidak ada siapa pun di dalam rumahmu.

"Nom.." kali ini suara itu berasal dari Dafa. Dafa berlutut di depan kedua gadis itu yang tengah dilanda ketakutan yang mendalam. "Lo nggak usah takut. Gue, Agung, Jolang dan Harfan bakal jagain kalian. Gue berani jamin nggak akan terjadi sesuatu buruk yang akan menimpa lo atau Dini nantinya."


"Gimana Nom? Apa yang terjadi?" suara itu diucapkan oleh seseorang yang lain dan membuat siapa pun yang mendengarnya menoleh. Melihat Agung yang baru saja datang dengan pakaian yang sudah tidak memakai seragam lagi. Dini yakin jika Naomi menelpon Agung setelah gadis itu menelpon pihak kepolisian.

"Polisi lagi di dalam. Mungkin lagi menyelidiki." Dini yang menjawab pertanyaan Agung sekaligus menjelaskan apa yang terjadi di dalam rumah Naomi. Ia tidak mungkin membiarkan Naomi menjelaskan semuanya pada Agung dalam kondisi seperti ini.

Suara derap langkah kaki terdengar. Dan tak lama kemudian beberapa polisi keluar dari rumah Naomi. Otomatis Dini dan Naomi berdiri dari duduknya. Siap mendengar apa yang akan dikatakan oleh polisi tersebut.

Salah satu polisi berdeham, "Begini dek, kami nggak menemukan petunjuk adanya penyusup atau pun maling di dalam rumah Anda. Tidak ada kerusakan kunci di bagian jendela atau pun pecahnya kaca jendela. Dan soal kamar Anda yang terkunci, kemungkinan Anda memang menguncinya sebelum berangkat sekolah. Dan jendela dapur yang terbuka, itu adalah ulah Anda sendiri yang membukanya dan lupa untuk menutupnya kembali."

"Tapi, Pak, teman saya yang punya rumah ini. Ia yakin ada seseorang yang masuk ke rumahnya saat rumah ini kosong." Agung membela Naomi. Karena menurut Agung, apa yang dialaminya Naomi sangat masuk akal. Seingat Agung, Naomi juga bukan wanita yang teledor dalam melakukan sesuatu.

"Teman Anda ini lupa. Lupa merupakan hal yang manusiawi. Jadi, kami sarankan untuk Anda jangan lupa untuk mengunci jendala atau pun pintu sebelum Anda pergi meninggalkan rumah."

"Jadi, maksud Bapak saya ini gila? Karena berhalusinasi atau pun lupa menutup jendela rumah saya sendiri?" Naomi menahan emosi. Terbaca dari suaranya yang tertahan dan keningnya yang berkerut kesal.

TopengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang