Chapter 22

483 18 0
                                    

Steff mulai memasuki kafe yang sudah ditentukan oleh teman-teman SMP nya. Beberapa kawan lamanya sudah sampai dan sudah memesan beberapa makanan.

Terlihat dari kejauhan, Vano sahabatnya waktu SMP dulu sedang berbincang dengan kawannya. Steff melangkahkan kakinya menuju meja mereka.

"Hei bro! Apa kabar lo." Katanya sambil bertos ria dengan Steff.

"Baik bro! Udah lama ya kita gak kontakan." Kata Steff langsung menarik kursi di depan Vano.

"Lo bukannya sekolah di luar ya? Kok sekarang ada di sini?" Ujarnya kebingungan

"Kan demi ketemu lo gue bela-belain kesini." Canda Steff.

Vano terkekeh memperlihatkan lesung pipitnya yang dalam. "Bisa aja lo, njing."

"Bang Vano kok ngomongnya kasar sih! Aku gak suka." Ujar seorang perempuan yang baru saja memasuki kafe. Memakai gaun yang pas untuk tubuhnya. Ia menghampiri meja mereka dan langsung mencubit lengan Vano.

Vano meringis, "aduh.. iya iya ampun gak lagi. Ampun Vin."

"Vina?" Gumam Steff yang masih terdengar oleh Vina.

Vina menoleh ke arah samping dan matanya bertemu dengan manik mata Steff.

"Steffan?" Katanya.

Mereka berdua langsung membuang muka saat mereka menyadarinya. Vano terkekeh melihat sikap adiknya yang begitu kaget melihat keberadaan Steff disini.

"Cie mantan pacar ni ye." Gurau Vano yang mulai merasakan hawa tidak enak diantara mereka berdua.

Dan acara pertemuan ini terasa begitu mencekat bagi Steff. Vina dengan Steff sudah tidak pernah lagi berkontak selama hampir tiga tahun. Saat kata 'putus' keluar dari bibir Vina, keduanya tidak saling berhubungan lagi. Mungkin sibuk, atau mungkin memang tidak saling menginginkan.

Vina merasa belum siap karena Steff yang ingin melanjutkan SMAnya di London lebih memilih memutuskan hubungannya dengan Steff.

Itu lah sebabnya mengapa Steff begitu takut saat ia ingin bilang ke Amanda bahwa ia dan Amanda akan melanjutkan hubungannya dengan jarak yang jauh. Untungnya, Amanda begitu pengertian. Ia mengizinkan Steff melanjutkan studinya di London.

"Wanna dance with me?" Seorang perempuan mengulurkan tangannya mengajak Steff berdansa.

Steff menghela nafasnya setelah ia tahu siapa yang mengajaknya. "No thanks." tolak Steff.

Ia berlalu meninggalkan Vina yang masih berdiri di tempatnya tadi. Vina mulai mengejar Steff dan menahan tangan Steff agar berhenti berlari.

"Steff! Dengerin penjelasan aku dulu." Ujar Vina.

Steff menghentakan tangannya sambil berkata, "gak perlu. Gue gak butuh penjelasan."

"Aku tuh gak siap kalau kita akan LDR-an. Karena aku butuh kamu yang ada selalu di sisi aku. Kamu gak ngertiin Steff." Cicitnya.

"Adanya tuh lo yang gak pengertian! Harusnya lo tau kalau gue kesana karena gue mau ngelanjutin beasiswa gue. Dan lo! Udah ngebuat beasiswa gue hancur karena gue masih terus maksa lo agar bisa ngelanjutin hubungan itu. Sampai-sampai waktu gue ke buang sia-sia. Dan beasiswa gue hangus seketika!" Ujar Steff penuh penekanan.

Vina terisak dan tangisnya pecah. "Ta tapikan kamu dapet beasiswa yang lain, Steff. Kamu dapet beasiswa ke Amerika."

Steff mendengus kasar. "Itu bukan keinginan gue. Yang gue mau itu ke London bukan Amerika."

"Tapikan sama aja. Terus kenapa kamu ada disini sekarang?"

"Beasiswa gue dicabut gara-gara nilai gue terus memburuk. Puas lo sekarang?!" Steff tersenyum sinis.

I'm Falling In Love With A Nerd GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang