CHAPTER 23

470 15 1
                                    

Tiga hari yang lalu, Steff dan Amanda sudah dinyatakan lulus SMA. Meninggalkan sejumlah kenangan yang tidak akan bisa mereka lupakan.

Terlebih untuk Amanda. Berjuta kejadian ia telah alami di sekolah ini. Dari ia yang mulai di cap sebagai cewek NERD yang menjijikan oleh Lauren dkk. Mengidolakan Dylan yang hampir merampas mahkota satu-satunya yang ia miliki. Hingga bertemu dengan Steff yang sedang berada di sampingnya kini.

Ia masih terus menggenggam tangan Steff yang dingin dan bersandar di bahunya sambil menghirup aroma tubuh Steff yang maskulin.

Terdengar dari speaker bandara bahwa pesawat yang akan Steff tumpangi akan segera take off.

Mereka berdua berdiri, diikuti kedua orang tua Steff. Amanda menengok ke samping kiri mendapati Steff dengan senyum tulus terukir di wajahnya.

Tangis Amanda tak terbendung lagi. Ia langsung memeluk Steff sambil menangis sejadi-jadinya. Steff membiarkan bajunya membasah karena tangisan Amanda. Peduli setan dengan baju. Sekarang waktunya ia menenangkan Amanda.

Ia melepas pelukan Amanda dan menatap mata Amanda lekat-lekat. "Kamu gak usah khawatir sama aku. Aku bisa jaga diri. Dan satuhal yang perlu kamu ingat. Cuma. Kamu. Yang. Akan. Selalu. Ada. Di hati. Aku." Kata Steff meyakinkan.

Amanda menghapus air mata di pipinya. "Kam-mu hati-hati disa-na. Jag-ga ke-sehatan. Jang-an lupa slalu hubungin aku. Jangan sampai lost contact . Aku akan selalu rindu kamu." Ujar Amanda sesenggukan.

Untuk kesekian kalinya mereka berdua berpelukan lagi. Yang Ini terakhir. Hingga akhirnya Amanda mengakhiri pelukan itu dan beralih bersalaman dengan kedua orang tua Steff.

Steff juga bersalaman dengan Shinta ibunya Amanda yang ikut mengantar Steff. Hari ini Margareth tidak bisa ikut mengantar karena kehabisan tiket pesawat. Maklum, musim liburan.

Steff akan segera boarding pass. Dan tak lama lagi pesawat akan terbang menuju langit Inggris.

Amanda menghela nafas panjang. Berusaha merelakan keberangkatan Steff yang ingin melanjutkan studinya di London.

Shinta merangkul putri tunggalnya. Meyakinkannya bahwa Steff akan baik-baik saja.

°°°

Hari demi hari berlalu. Kini Amanda telah menjadi mahasiswi baru salah satu Universitas di Jakarta .

Dengan universitas yang sama, dan juga jurusan yang sama dengan Lauren, Aurel, dan juga Lala. Richard dan Rico memilih ikut dengan ayahnya di Kanada.

Sekarang pukul 08.15. Padahal Amanda sudah ada kelas sekitar limabelas menit yang lalu. Dengan terburu-buru, ia berlari menuju kelasnya. Secara tidak di sengaja, ia menabrak seorang perempuan cantik di hadapannya. Dan ponsel di genggaman Amanda pun terjatuh.

Dengan panik, ia mengecek ponselnya. Ia mencoba menyalakan ponselnya dan bersyukur ponselnya masih hidup walaupun terdapat goresan kecil di layar.

Teringat sesuatu, Amanda langsung meminta maaf dengan perempuan cantik di hadapannya. "Maaf ya. Aku gak sengaja soalnya buru-buru. Bye..." Ujar Amanda dan berlalu begitu saja.

Perempuan itu mematung. Ia mendapati foto orang yang masih ia cintai terpanpang jelas di wallpaper gadis yang baru saja menabraknya.

Dengan senyum licik yang terukir, ia bergumam, "Jadi dia si cewek pilihannya Steff."

°°°

Amanda merapikan bukunya, hari pertama kuliah belum ada materi yang di ajarkan. Hanya perkenalan saja. Jadi sekarang ia diperbolehkan pulang. Ia berdiri bermaksud untuk keluar dari kelasnya. Hingga sampai di pintu, seorang perempuan sedang berdiri menghalangi jalan.

Dengan sopan Amanda berkata, "permisi saya mau lewat."

Sang perempuan menoleh ke samping dan menatap Amanda lekat-lekat. "Lo yang tadi nabrak gue kan?" Katanya.

Amanda mendongak. "Eh iya. Maaf ya tadi gue buru-buru."

Perempuan itu tersenyun simpul menampilkan lesung pipi yang cukup dalam. "Iya gapapa kok. Kenalin, nama gue Vina. Nama lo?" Vina menyodorkan tangannya.

Amanda menerima uluran tangan Vina. "Nama gue Amanda. Panggil Manda aja."

"Salam kenal. Btw ponsel lo gapapa tadi?" Ujarnya.

"Gapapa kok. Lo ngambil jurusan apa? Semester berapa?"

"Gue jurusan ekonomi. Baru masuk kok."

Sampai akhirnya ia mengobrol hingga sampai kantin. Mereka begitu akrab. Tetapi, dalam hati Vina ada rasa bergejolak ingin menampar Amanda saat Vina menanyakan siapa pacar Amanda.

Dengan semangat Amanda menjawab. "Namanya Steffan. Dia sekarang kuliah di London."

°°°

Vina menghempaskan tubuhnya ke kasur. Rasa penyesalan itu timbul lagi. Ia begitu menyesal berusaha menjauhi Steff waktu itu. Karena saat itu ia belum siap dengan kenyataan bahwa ia dan Steff akan LDR. Saat itu juga, orang tua Vina bercerai dan Vano sempat kabur dari rumah selama beberapa bulan. Ia sangat amat membutuhkan sosok seseorang yang mengerti akan perasaannya.

Coba saat itu, ia berpikir panjang dahulu sebelum menjawab. Mungkin sekarang hubungannya dengan Steff akan baik-baik saja. Sekarang, Steff sudah sangat amat muak dengannya. Awalnya Vina bingung akan melakukan hal apa agar Steff berada di pelukannya kembali. Tetapi saat Vano adik kembarnya memberinya sebuah saran licik, Vina menerimanya. Licik yang penting Steff kembali.

I'm Falling In Love With A Nerd GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang