7. Ini mimpi?

89 14 1
                                    

"Lo mau pesen apa?" tanya Ziko kepada kedua sahabat di depannya. Fitra yang sedang fokus mengajari Adrian tentang tugas Matematika yang minggu kemarin ditugaskan oleh Madam Erly sedikit mendongakkan kepalanya. Adrian pun demikian, ia segera menghentikan aksinya mencatat apa yang telah dijelaskan oleh Fitra.

"Gue bakso sama teh tawar," ucap Fitra.

"Gue nasi uduk, batagor kalo minumnya samain aja eh tambah es kelapa juga ya," tambah Adrian. Ziko mengerutkan alisnya kebingungan kemudian terkekeh. "Itu emang laper apa doyan mbing," ujarnya sembari menepuk bahu Adrian.

"Bodo amat sih," jawab Adrian singkat.

Ziko hanya mendengus. Setelahnya ia segera memesan semuanya termasuk makanan yang akan ia makan. Sudah menjadi kebiasaan, Ziko lah yang selalu menjadi tukang pesan makanan sana-sini jika sudah berada di kantin. Sebenarnya Adrian dan Fitra tidak pernah menyuruhnya untuk memesan makanan mereka tapi Ziko sendiri yang menawarkan diri. Karena pada dasarnya Ziko itu modus, jadi ya gitu sukanya berdesakkan bareng cewek di warung kantin.

"Akhirnya beres juga," Adrian menghela napas lega ketika tugas yang sudah menjungkir balikkan otaknya akhirnya selesai dengan bantuan Fitra. Memang diantara mereka yang paling pintar ya Fitra, setelahnya Adrian dan yang paling pintar dalam tanda kutip yaitu tak lain tak bukan adalah Ziko.

"Yoi lumayan susah juga ya materi sekarang," ujar Fitra. Adrian menganggukan kepalanya pertanda setuju dengan pernyataan Fitra. "Oh iya lo punya hubungan apa sih sama Razna?" Tanya Fitra.

Adrian diam tak menjawabnya.

"Gue tahu lo denger nyet," celetuk Fitra. Adrian menghela napas panjang, ia tahu cepat atau lambat kedua sahabatnya akan mengetahui semuanya.

Fitra dan Ziko memang tidak satu SMP dengan Adrian. Jadi mereka belum mengetahui kejadian sebenarnya. Namun karena celetukan-celetukan seperti yang dikatakan oleh dua sahabat Azna seperti tadi pun pasti akan terbongkar.

"Gue 'kan udah bilang gue gak ada hubungan apa-apa sama Razna."

"Tapi mereka kok sering banget nyangkutin lo sama Razna, gue jadi curiga deh," ucap seseorang dari belakang. Adrian menoleh ke arah suara tadi dan ternyata itu adalah suara Ziko. Ziko yang sedang kesusahan membawa semua makanan yang mereka pesan.

Kedua tangannya membawa sebuah nampan berisi tiga gelas teh tawar dan satu mangkuk bakso panas pesanan Fitra. Tak lupa jari kanannya mengait dua kresek yaitu satu kresek penuh dengan dua bungkus batagor dan kresek satunya lagi berisi es kelapa pesanan Adrian. Di jari kirinya terdapat satu kresek berisi dua kotak nasi uduk.

"Mending lo jujur deh sama kita," sahut Fitra.

"Iya soalnya lo kalo bohong keliatan banget salah tingkah kayak cewek," Ziko terkekeh mendengar ucapannya sendiri.

"Dasar goblok."

"Udah deh Ad, ceritain aja kali gue kepo nih," paksa Ziko.

"Ya mungkin dia ngefans kali sama gue secara gitu gue 'kan ganteng, keren, semuanya deh pokoknya," Adrian membanggakan dirinya sendiri dengan mengusap jambulnya tak lupa membenarkan kerah baju nya.

"Anjing pengin muntah gue," celetuk Ziko.

"Ziko kosakata kamu dijaga ya," ucap Fitra dibulatkan meniru gaya eyang Ziko sewaktu menasihati Ziko ketika berbicara kasar sembari berusaha menahan tawa. Adrian terbahak melihat aksi Fitra.

¤¤¤

"Aznong cepetan ih."

Adel tak henti-hentinya memanggil Azna yang masih setia menyalin materi yang ditulis oleh Pak Darsono. Pelajaran matematika peminatan yang lumayan menguras otak Azna.

"Tau nih lemot banget sih lo," tambah Denisa yang juga sedang menunggu Azna bersama Adel di pintu kelas.

Azna mendelik ke arah dua sahabatnya. "Yaudah tinggalin aja gue, pulang sana," ujar Azna. "Dan lo Denisa, awas aja kalo lo minjem buku gue. Gue tahu kok tadi lo gak nyatet," sambungnya.

Denisa menyeringai lebar. "Azna cantik, baik hati, dan tak pelit jangan gitu dong, gue bakal nungguin lo kok," rajuk Denisa. "Lagian lo kenapa sih Del rusuh banget, dikejar siput ya?" Tanyanya.

"Denisa bego," ucap Azna yang telah selesai menyalin semua materi. Kini ia pun beranjak ke arah Denisa dan Ardelia. Ia segera merangkul kedua sahabatnya itu pergi ke parkiran belakang.

"Udah pea oon pula," tambah Adel membuat Denisa semakin jengkel. Akhirnya ia pun melepaskan rangkulan tangan Azna. "Kampret lo pada, benci gue," tukas Denisa seraya melenggang pergi mendahului mereka.

"Udah numpang ngejek lagi, Ya Allah salah Ica apa sampe dikirim dua sahabat terkutuk kayak mereka?" celoteh Denisa seraya menengadahkan kepala kemudian menghentak-hentakan kakinya di lantai.

"Sebel ih dasar Aznong kampret, dasar Suradel pea cepetan ih bareng gak?" tanya Denisa seraya menolehkan kepalanya ke arah Azna dan Ardelia.

Azna dan Adel yang masih berjalan di belakang Denisa saling bertatapan. "Del udah gak waras nih si Ica," celetuk Azna seraya memiringkan jari telunjuk di depan keningnya.

Adel pun tertawa melihat tingkah Azna. "Bener Az, harusnya kita bawa dia ke RSJ nih,"ujar Adel.

"Benci gue sama lo pada," teriak Denisa jengkel.

¤¤¤

Siang berganti malam. Dewi rembulan telah menunjukan keindahannya. Ditambah hamparan bintang di langit malam membuat Azna tertarik untuk menemani malam indah ini.

Sejak tadi Azna berdiam diri di balkon kamarnya seraya terus mengutak-atik ponselnya. Buka Line tutup Line, buka Intagram tutup Instagram begitu seterusnya, tapi tetap saja tidak satupun notif masuk. Dasar jomblo emang!

"Arghh bete gue," Azna terlihat frustasi dengan kegiatannya malam ini. Seindah apa pun malam jika tak ditemani seseorang yang menghias hati tetap saja menyebalkan. Begitu pikir Azna saat ini.

Akhirnya Azna memutuskan untuk tidur karena memang waktu sudah menunjukan pukul setengah sepuluh malam. Azna menyimpan ponselnya di nakas, kemudian ia membaringkan tubuhnya di kasur.

Azna bersiap untuk tidur tak lupa ia berdoa terlebih dahulu. "Selamat malam gebetan," Azna terkikik geli mendengar kata yang barusan ia ucapkan. Jangan salah, memang setiap malam ia selalu mengucapkan selamat malam untuk gebetannya meskipun hanya ia yang tahu. Mungkin kelamaan jomblo membuat ia seperti ini. HAHAHA

Azna hampir saja akan terbang bersama mimpinya. Namun dering ponsel membuat mata Azna kembali terbuka. "Siapa sih yang nelpon?" tanya pada dirinya sendiri.

Azna mengernyitkan dahi melihat nomor baru yang tertera di layar ponselnya. Azna berpikir sejenak, ia bahkan tak pernah membagikan nomor hp nya kepada siapapun kecuali keluarga dan sahabatnya.

Mungkin salah sambung. Pikirnya.

Azna pun berniat melanjutkan kembali tidurnya. Tapi notif LINE masuk membuatnya Azna penasaran. Akhirnya ia mengambil kembali ponselnya. Dan mata Azna nyaris keluar, hatinya pun bersorak kegirangan. "Demi apa? Ini gue mimpi kali ya?" ucapnya seraya mencubit pipinya.

Adrian Albar : knp g diangkat?

Adrian Albar : tadi gue yg nlpon lo.

¤¤¤

(12.5.2017)

TIREDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang