5.Sandiwara

168 24 18
                                    


Kamu adalah seseorang yang mampu membuatku senang dan sedih dalam waktu bersamaan.

¤¤¤

Masakan padang. Makanan yang paling Azna sukai, terutama sambal ijo nya. Gio terkekeh pelan melihat Azna yang sedang makan dengan lahap, Azna sudah seperti belum makan tiga hari. Azna yang menyadari sedang diperhatikan oleh orang didepannya, seketika mendongakkan kepala.

"Napa lo liat-liat?"

"Gak papa,"

Azna kemudian segera melanjutkan kegiatan makannya. Gio terkekeh sendiri ketika semangat Azna makan sehingga membuat Azna belepotan. Gio pun segera mengambil tissue di dekatnya, kemudian langsung mengelap samping bibir mungil Azna. Tak sengaja mereka bertatapan beberapa detik. Namun setelahnya, Azna segera mengalihkan pandangannya ke arah lain. Azna salah tingkah sendiri ketika Gio memandangnya. Sesekali Azna pun menatap mata indah di hadapannya. Dan sialnya selalu saja tertangkap basah oleh Gio.

"Cielah emang gue ganteng tapi gak segitunya juga kali,"

"Apa? Genteng? Oh iya diluar gerimis ya, gue lupa angkat genteng rumah gue,"

"Untung aja lo ingetin," lanjut Azna

Gio mendengus kesal. "Gue bilang ganteng Biya bukan genteng," ucap Gio dengan nada jengkel. Bagaimana tidak jengkel, secara baru kali ini Azna ngomong panjang lebar eh ternyata tidak sesuai harapan.

"Masa?"

"Iya,"

"Bodo."

"Tai lo ya."

¤¤¤

"Gue pengen doraemon Gio,"

Sedari tadi Azna tak henti-hentinya mengomel kepada Gio. Karena kelakuan Gio yang membuat Azna dongkol sendiri. Bagaimana tidak dongkol, ketika Azna menginginkan sesuatu selalu saja tak pernah dituruti Gio. Seperti sekarang, Azna ingin doraemon kecil tetapi Gio justru mengambil keroppi.

"Kalo doraemon susah Biya," ucap Gio. "Udah mending katak ini aja," lanjut Gio seraya menyerahkan boneka tersebut. Seketika Azna langsung berteriak kegelian tanpa mempedulikan keadaan sekitar.

"Kampret lo, geli tau gak." ujar Azna sembari berjalan mundur menjauhi Gio yang dengan sengaja memberikan boneka tersebut. Gio tertawa terbahak-bahak ketika mengetahui bahwa Azna phobia katak.

"Ini 'kan cuma boneka doang, Biya." Gio pun semakin gencar menakut-nakuti Azna hingga membuat Azna terus mundur tanpa melirik belakangnya, Azna sampai terjungkal kebelakang. Azna sontak menutup matanya karena takut serta malu pastinya jika ia benar-benar jatuh.

Satu.. dua.. tiga.. ternyata ia tidak merasakan sakit sedikit pun pada bokongnya. Seseorang telah lebih dulu menahannya dari belakang. Azna perlahan membuka matanya.

"Adrian," gumam Azna pelan bahkan mungkin hanya Adrian yang dapat mendengarnya. Sepersekian detik mereka saling bertatapan tanpa sepatah kata. Seperti biasa, tatapan Adrian selalu sulit tuk Azna artikan. Namun sekilas ia melihat rasa khawatir yang mencuat di mata Adrian.

"Lo gak papa?" tanya Adrian sembari menatap lekat bola mata Azna. Azna terlalu gugup untuk mengeluarkan kata sehingga ia hanya mampu menggelengkan kepala tanda bahwa ia baik-baik saja.

Rasa bahagia muncul di hati Azna ketika ia dapat berhadapan dengan Adrian sedekat itu. Apalagi ketika Adrian membalas tatapannya serta Adrian yang menanyakan keadaannya membuat perut Azna merasa seperti terdapat kupu-kupu beterbangan. Entah itu memang benar atau Azna yang terlalu baper. Sebenarnya Azna selalu baper akut jika berkaitan dengan Adrian.

TIREDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang