Razna melirik jam tangan yang bertengger di lengannya. Ia merutuki dirinya sendiri yang bangun kesiangan. Semua itu gara-gara semalam ia tak bisa tidur karena terus memikirkan Adrian. Sebenarnya bukankah tak ada gunanya memikirkan orang yang tak memikirkannya juga? Razna jadi menyesal telah memikirkan Adrian semalam.
Omong-omong tentang Adrian. semalam ia mengobrol dengan Adrian, meskipun hanya lewat ponsel tapi ini untuk kali pertama, membuat Razna senyum-senyum sendiri. Dulu ia memang sangat dekat dengan Adrian, namun sayang keduanya masih belum punya alat komunikasi apapun. Jadi tidak komunikasi melewati apapun kecuali secara langsung. Tapi tak mengapa, bukankah berbicara secara langsung lebih menyenangkan?
Lihat saja ia mungkin sudah seperti orang gila yang senyum sendiri di halte, sedangkan mobil dan motor berlalu lalang dengan bebasnya. Urat malu Razna seakan terputus begitu saja jika menyangkut tentang Adrian. Razna memang aneh!
Seketika lamunan Razna buyar ketika seseorang membunyikan klakson berulang-ulang. Razna pun melirik motor siapa yang berani membunyikan klakson ketika ia tengah asik melamun. Razna menatap tajam sang pemilik motor yang ternyata si cowok tengil. Siapa lagi kalau bukan Gio cowok gila.
"Biya ngapain senyum-senyum sendiri di halte?" tanya Gio dengan tatapan polosnya membuat Razna mendelik tajam. "Udah kayak orang gila tau!" lanjutnya membuat Razna memelototkan matanya.
"Kurang ajar banget sih lo, udah bunyiin klakson depan gue terus ngatain-ngatain gue lagi, mau lo apa sih?" Razna menatap Gio dengan tatapan tajam setajam silet. Bukannya takut, Gio malah menertawakan ekspresi Razna yang terlihat lucu menurutnya.
Razna menautkan alis. Bingung dengan Gio yang semakin hari semakin gila. Membuat Gio berdecak kesal. "Biya wajah kamu tuh cantik manis lucu imut, gaperlu lah masang tatapan kayak gitu." Gio mengedipkan matanya. "Justru malah buat lo makin imut tau," lanjutnya seraya terkekeh.
"Gombal lo receh tahu gak," ketus Razna.
"Yes berarti gue berhasil dong gombalin lo," ucap Gio bangga seraya membenarkan letak kerahnya. Sedangkan Razna memutar bola matanya jengah.
"Omong-omong, udah siang, berangkat kuy atau kita bolos aja nih?" goda Gio seraya menaik turunkan alisnya. "Oh iya mending kita bolos aja deh ya, biar bisa berduaan lama-lama. Salut gue sama lo, ngerti banget kemauan gue ya lo."
Apa-apaan Gio? Rasanya Razna sekarang ingin muntah. "Idih ogah banget gue." Razna memasang muka jijik mendengar penuturan Gio barusan. "Aduh mana sih bus nya kok gak lewat-lewat ya mana ada orang gila lagi disini," ucap Razna berbicara sendiri.
"Holla sayang, bus nya daritadi udah lewat kali. Lo aja yang sibuk mengagumi wajah tampan gue sampai-sampai lo gak sadar bus mya udak lewat dari abad ke-5," celoteh Gio diiringi tawa kemenangannya membuat Razna menatap penuh ketidakpercayaan.
Masa iya sih bus nya udah lewat? kok gue gak sadar ya? Batin Razna
Razna memicingkan matanya. "Lo pasti bohong 'kan?" tanya Azna dengan nada mengintimidasi. Gio tertawa penuh kemenangan sekali lagi. "Apa untung nya sih gue bohongin lo," ucapnya dengan nada meremehkan.
Razna terlihat panik. Ia melirik jam mya satu kali lagi, ternyata waktu sudah menunjukan pukul tujuh kurang delapan menit. Dan itu artinya ia hanya punya delapan menit tersebut untuk mengejar waktu. Kalau tidak ia bisa kesiangan nanti. Oh tidak tidak, jangan biarkan itu terjadi!
Akhirnya Razna segera merebut helm yang memang selalu dibawa oleh Gio. Ia kemudian naik motor yang ditumpangi Gio. Persetan dengan gengsi! Razna sekarang hanya memikirkan bagaimana caranya ia tiba di sekolah tepat waktu. "Cepetan Gi. Kita ke sekolah sekarang!"
"Ogah ah, gue maunya kita ke mall gitu atau kita ke hotel aja? " Gio semakin gencar menggoda Razna. Razna memukul bahu Gio kuat. "Dasar mesum lo."
"Maksud gue kita makan tapi di hotel. Itu sih lo aja yang ngeres mulu pikirannya," ejek Gio. Kurang ajar sekali Gio, Razna sampai dibuat malu olehnya. Awas aja nanti, Razna pasti akan membalas perbuatan Gio.
"Bacot banget sih lo. Buruan deh berangkat sekolah nanti kita telat!" suruh Razna seraya mencubit pinggang Gio.
Gio tersenyum penuh kemenangan. Tak urung ia pun menancap gas motor nya kuat-kuat hingga Razna terlonjak kaget sampai memeluk Gio dengan erat. "Dasar Gio gila!" pekik Razna yang masih setia dengan pelukannya karena Gio melajukan motor nya dengan kecepatan tinggi.
¤¤¤
Hari ini merupakan hari yang paling menyebalkan bagi Razna. Bagaimana tidak menyebalkan? Tadi ketika ia berangkat ke sekolah bersama Gio, Gio malah mencari jalan yang macet parah. Alhasil mereka berdua kesiangan dan tak diijinkan masuk oleh Pak Ganda. Guru Biologi yang terkenal sangat killer menurut semua siswa. Rusak sudah eksistensi Razna sebagai murid berprestasi hanya karena Gio.
Razna pun berakhir di kantin sekolah bersama Gio. Tak banyak juga murid lainnya yang berada di kantin, hanya ada beberapa murid yang terkenal sebagai pentolan sekolah.
"Biya maafin Gio ya?"
Razna tak menjawab. Memang sejak tadi Razna mendiamkan Gio meskipun Gio berkali-kali melontarkan kata maaf. Tapi Gio tak putus asa, ia tetap terus berjuang untuk mendapatkan maaf dari Razna.
"Biya sayang maafin Gio dong."
"Najong banget sih Gi pake sayang-sayangan segala! Lo pikir lo siapa hah?" Omel Razna sembari menatap Gio dengan sengit.
"Gue 'kan calon pacar lo."
"Ogah!" Gio tertawa terbahak-bahak. Ia berhasil kembali membuat gadis di depannya kesal. Entah mengapa ia sangat suka mengerjai Razna. Padahal Gio hanyalah seseorang yang sangat dingin kepada semua perempuan, terkecuali Razna. Karena sebuah masa lalu.
¤¤¤
Bel istirahat pun berbunyi. Razna sedang menunggu kedua sahabatnya yang katanya akan menemuinya di kantin. Sebelumnya Razna memberi tahu keberadaannya.
"Mana sih tuh dua bocah? Kenapa lama banget coba? Katanya tadi lagi otw sini," gerutu Razna sembari sesekali ia menyesap jus mangga yang ia pesan tadi di warung mang diman.
"Yuhu Azna yuhuu orang cantik datangin lo nih!" Pekik Adel dari kejauhan membuat orang-orang di sekitar melirik ke arahnya. Namun Adel mengabaikan mereka.
"Oemji helhelo Azna! Kesian banget sih. Udah jomblo, menunggu pula." Denisa mengibaskan rambutnya ke depan Razna. Razna pun segera menutup matanya.
"Kurang ajar banget sih lo Ca! Punya pacar jelek aja bangga lo gimana kalo dapet cogan?" tanya Razna menggebu-gebu. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan omongan Denisa hanya saja ia sedang badmood karena Gio.
"Gitu aja ngambek Az. PMS lo ya?" Denisa dan Adel terkekeh pelan dengam sikap Azna. Mereka memakluminya karena mereka tahu semua ini Gio lah penyebabnya.
"Tau lah gue mau balik kelas." Razna melenggang pergi meninggalkan kedua sahabatnya. Adel dan Denisa menatap kepergian dengan kesal. Bukankah tadi Razna yang menyuruh mereka ke kantin. Tapi sekarang Razna malah meninggalkan mereka. Kurang ajar sekali Razna!
"Dasar sahabat terkutuk lo Az!" Teriak mereka bersamaan.
¤¤¤
Aku tahu ini telat banget. Tapi ya maaf, aku lupa soalnya:((
(13.07.2017)

KAMU SEDANG MEMBACA
TIRED
Teen FictionJika mencintaimu adalah patah hatiku yang paling disengaja, lantas ajarkan aku cara membenci sampai aku lupa cara mencintaimu. -Razna Shabiya Dzahin Jika kamu tetap menjadi seseorang yang dulu, mungkin aku tetap menjadi pemilik ruang hatimu. -Adrian...