Geandara Afdal Sanjaya

6.8K 180 1
                                    

Happy reading guys ;)
.
.
.
.
.
.
.
.
.

TOK TOK TOK !!!

"Permisi pak, saya Riasi yang tiga hari yang lalu memberikan proposal untuk bapak tanda tangani. Bolehkah saya mas-"

"Masuk!" ucapan Riasi terpotong dengan kata perintah penuh tekanan dari Dosen yang sedang duduk di kursi dalam ruangan itu.

Jantung Riasi semakin berdegup kencang, bak mahasiswa yang sedang melakukan aksi dan dihadang oleh polisi, seperti itu hatinya saat ini, berteriak anarkis sekali, seolah olah ingin berkata dan menyalahkan tangan Riasi yang tak sengaja memandikan dosennya itu dengan jus mangga yang dingin.

"Pak.. Hmm pak... Hmm sa say" ucapan Riasi terbata bata karena gugup sebenarnya apa yang harus ia katakan.

"Cukup tidak usah bicara lagi, saya memanggil kamu kesini bukan untuk memarahi kamu tentang kejadian tadi siang, sehingga ucapanmu harus menjadi gugup sekali seperti ini. Ambil proposal ini, saya suka dengan ide ide kalian untuk mengemas event ini dengan sedemikian cemerlang seperti itu. Oh hmm dan iya satu lagi, maaf aku tadi membuatmu takut karena aku seperti jutek. Tapi saya tadi hanya sedikit kesal saja, memang mahasiswa kalau berjalan suka hilang fokus dan seenaknya. Tapi.. Yasudah tidak apa apa ko, jadi kamu bisa bersikap biasa saja! Terlebih saya melihat namamu di list mahasiswa yang Eksperimen Fisika Dasarnya oleh saya, itu akan buruk untukmu jika masih menganggap saya marah padamu" sungguh memikat memang dosen yang satu ini. Sudah rupawan, baik hati, dan sungguh kata katanya menyejukkan telinga siapa pun yang mendengar kata katanya.

Riasi menatap mata dosen itu dengan senyuman dibibirnya.

"Riasi.. Ini ambil! Kenapa malah bengong seperti itu?"

"Ah... Ti tidak pak, aku akan keluar sekarang. Terima kasih pak" ucapnya setelah mengambil berkas proposal dan langsung pergi keluar.

RIASI POV

Aku sungguh tidak menyangka dosen itu ternyata memang baik sekali, sungguh satu ucap pun dia tidak menyakiti perasaanku. Oh sungguh jika aku bisa memilikinya pasti sangat bahagia sekali hidupku. Terus menerus hati Riasi mengucapkan kata kata pujian untuk Dosennya itu.

Geandara Afdal Sanjaya, dosen pertama yang membuat hati seorang Riasi Putri Mulyana jatuh cinta kembali setelah lima tahun tidak merasakan itu.

Aku tulis satu kalimat lagi dalam buku harianku. Inilah hari dimana aku mulai merasa ada sedikit semangat untuk kuliah dijurusanku ini.

Setelah jam dinding menunjukan pukul 18.30 Riasi segera berganti pakaian dan berdandan sederhana untuk berangkat ke acara ulang tahun putra teman ayahnya yang kebetulan juga dia tinggal di Bandung.

Oh ya aku kenalkan terlebih dahulu tentang ayah, bunda, dan adikku. Aku adalah anak pertama dari dua bersaudara, nama adikku adalah Zaidan Putra Mulyana. Yeah.. Sama seperti akhir namaku, nama adikku pun begitu. Itu adalah nama pemberian kakek dari ayahku, yeah karena nama ayahku pun seperti itu, Masna Mulyana. Itulah ayahku yang sangat baik dan tidak pernah marah pada anaknya. Berbeda sekali dengan bunda yang kerjaan setiap harinya hanya bisa marah pada aku dan Zaidan, tapi dia juga baik, sangat bersahabat dengan putra putrinya. Hmm nama bundaku adalah Risda Pertiwi, nama yang selalu ku banggakan disetiap kakiku melangkah.

Ayahku seorang karyawan bank, dan dipekerjaannya itulah dia mengenal banyak orang dan memiliki banyak teman, yang salah satunya adalah Om Damar. Yeah... Om Damar adalah teman terdekat ayah, bahkan saking dekatnya mereka telah menjodohkan dirikku dengan putranya. Dan sekarang aku akan menghadiri acara ulang tahunnya.

"Hai sayang... ayah dan bundamu sudah bilang kau akan datang hari ini. Tapi hanya seorang diri, karena ayah bundamu tidak bisa ke Bandung hari ini, pekerjaan di Garut masih sangat menumpuk sehingga ayahmu tidak bisa datang" sambutan ramah dari Tante Diandra membuat hatiku senang, aku yang asalnya merasa takut celingukan sendiri sekarang sudah mulai merasa tenang.

Oh ya.. Tante Diandra adalah istri Om Damar, yeah tante Diandra adalah ibu dari... Hmm dari siapa ya, bahkan aku lupa nama anak mereka. Oh sungguh Riasi kau ini kenapa. Pesta siapa yang kau datangi hari ini, namanya saja kau tidak tahu.

...

Semua tamu undangan terlihat asyik dengan pasangannya masing masing, terkecuali Riasi yang lebih memilih menikmati Es Jeruk sendiri di meja yang terletak di pojok ruangan.

"Hmm.. Tadi pada saat aku memotong kue, aku tidak melihatmu ada disekeliling orang orang yang mengucapkan selamat padaku. Jadi aku tidak jadi memberikan kue pertamaku padamu, padahal ibuku ingin kaulah yang menerima suapan kue pertama dariku" Ucapan seorang pria yang berada dibelakang gadis yang tengah duduk menikmati segarnya Es Jeruk itu menjadi sedikit kaku.

"Sepertinya aku mengenal suara ini, tapi dimana... Kapan... Dan siapa..." Riasi langsung berdiri dan menengokkan kepalanya kearah laki-laki yang berucap lembut kepadanya. Riasi yakin itu putra dari teman ayahnya.

"Hah... Pak, pak Gean? Pak Gean putra Om Damar?" pertanyaan yang diucapkan terbata bata terlontar dari mulut Riasi setelah ia melihat bahwa yang sekarang menjadi lawan bicaranya adalah Dosen EFD (Eksperimen Fisika Dasar) di kampusnya.

"Kamu putrinya Om Masna? Kenapa kamu..."

"Ke kenapa ak aku? Oh hmm maksud bapak kenapa harus aku yang dijodohkan dengan bapak begitu? Sungguh perkataan bapak menunjukkan aku tidak layak untuk bapak. Dengarlah pak! Aku memang tidak cantik, tidak juga pintar, bahkan aku ceroboh dengan menumpahkan jus itu pada kemejamu, tapi bapak tidak punya hak untuk mengatakan aku tidak pantas untuk dosen yang perfect seperti bapak. Hmm terima kasih pak untuk undangannya, saya permisi" ucapan Riasi yang kecepatannya hampir menyamai kecepatan benda jatuh bebas tanpa ada gaya gesek yang menahannya, huh sungguh cepat hingga tak bisa dipatahkan.

Geandara pun hanya bisa diam mendengar ucapan Riasi yang entah mengapa tak bisa ia mengerti mengapa gadis itu berucap seperti itu.

"Ya Tuhan, apa yang kau berikan padaku? Baru saja tadi siang aku minta padamu untuk berikan dosen itu untukku, dan sekarang kau sudah mengabulkannya. Sungguh baik sekali kau padaku, tapi lihat apa yang ku katakan, aku malah berceloteh tidak jelas seperti tadi. Oh My God, aku sungguh gila hari ini" celoteh Riasi selama ia berjalan dari rumah Geandara sampai ke halte untuk mencari bus menuju ke arah kosannya.

...
TBC

Makin penasaran aja ya tuh jadinya si Bawel sama dosen Rupawan gimana kelanjutannya.

Jangan lupa like and comment ya biar aku makin semangat lagi update ceritanya.

Hari ini aja udah dua, haha spam banget ya :D

My Lecturer is My Husband [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang