Dokter yang Bilang

5.1K 108 1
                                    

Udah lama banget ya aku gak update ceritanya, maaf ya kemarin aku lagi sibuk-sibuknya sama tugas kampus.

Kuy ah langsung ke Gean dan Riasi yang udah ngangenin banget.

Buat typo dan lain sebagainya, komen aja ya ;)

AUTHOR POV

Sesampainya dikamar, Geandara langsung menyimpan nampan yang berisi nasi, sayur sup, dan es jeruk diatas nakas yang berada disamping tempat tidurnya.

"Ri aku sudah buatkan es jeruk seperti yang kamu mau, tapi sebelumnya kamu makan nasi sama sayurnya dulu ya! Kata Ibu biar kamu mendingan dan kali aja gak mual lagi kalau udah dapet asupan makan berat" ucap Geandara pada Riasi, sambil mengambil nampan dan memberikannya pada Riasi.

"Makasih pak, maaf jadi merepotkan bapak" Riasi langsung menyantap nasi dan sayur sup yang dibuatkan oleh ibu mertuanya itu.

~~~

Keesokan harinya Riasi sudah mengenakan pakaian yang rapi, yah walau itu adalah pakaian yang kemarin ia pakai ke kampus. Riasi keluar dari kamarnya dan pergi menuju ruang tamu.

"Ri kamu udah siap?" Tanya Ibu mertuanya yang sedang duduk santai di sofa sambil membaca koran harian yang selalu diantarkan penjual koran langganannya.

"Sudah siap? Memang Ri mau kemana bu? Ri hanya mandi saja karena memang ini sudah pagi" jawab Riasi dengan polosnya, yang kemudian ikut duduk di sofa.

"Lho.. Bukannya kalian mau pergi ke dokter hari ini? Gean bilang pada Ibu kalian mau pergi ke dokter untuk memastikan kehamilanmu" ucapan Ibu membuat Riasi kaget, dan hanya bengong.

"Gean memang belum bilang pada Ri bu, kemarin Ri terlihat sangat lelah, dan setelah makan langsung tidur, jadi Gean belum sempat bilang apa apa pada Riasi. Tapi Gean yakin Ri tidak akan menolak, apalagi ini untuk kesehatannya juga" Jawab Geandara yang sedang berjalan menuruni anak tangga.

"Tapi pak.." belum selesai Riasi berucap, Geandara sudah memotong pembicaraannya.

"Gak usah bawa tas, kita langsung pergi sekarang, biar kita cepet bisa pulang dari rumah Ibu, dan kamu juga bisa ngerjain tugas kamu kan?" se simple itu Geandara memberi arahan pada Riasi.

Riasi yang seolah pasrah hanya diam dan menerima saja.

~~~

"Dokter bagaimana kehamilan istri saya?" ucap Geandara.

Sengaja Geandara mengucapkan hal itu sebelum dokter berbicara agar dokter tidak menduga duga kalau Riasi hamil diluar nikah.

"Apanya yang bagaimana pak? Istri bapak belum mengandung, dia hanya sedang sangat buruk kondisi lambungnya. Membuat ulu hatinya seperti diremas remas, dan mungkin saja itu membuatnya mual dan muntah" jelas dokter pada Geandara.

Terdapat dua raut wajah yang bertolak belakang disini. Wajah Riasi yang sumringah sangat berbeda dengan wajah Geandara yang terkesan kecewa. Sebenarnya Geandara tidak berharap cepat punya anak, tapi karena dia tahu ibunya sudah sangat senang dengan kehamilan Riasi, ya jelas sebagai anak dia akan sedikit ragu untuk memberitahu kabar yang tidak akan menyenangkan hati ibunya itu.

"Kalau memang bapak ingin segera dapat keturunan, saya sarankan tunggu sampai usia istrinya 20 tahun dulu. Karena banyak kehamilan yang lemah yang saya tangani, itu penyebabnya karena usia istri yang relatif masih muda, seperti kisaran usia istri bapak ini" lanjut dokter berusaha menjelaskan bahwa Riasi belum saatnya untuk hamil.

"Baiklah, terima kasih dokter. Istri saya akan lebih baik lagi dalam menjaga stabilitas dirinya sendiri. Terima kasih, Kami permisi dok" Gendara langsung to the point ingin menyudahi penjelasan dokter. Karena memang dirinya belum terpikirkan untuk cepat jadi seorang bapak.

Selama diperjalanan Geandara hanya diam saja. Dia menyetir dengan tatapan kosong.

"Bapak sebenarnya kenapa? Aku kan tidak hamil, harusnya bapak senang bukan? Berarti memang malam itu tidak ada apa apa, kita yang hanya salah paham karena sama sama tidak ingat apa yang terjadi dan malah suudzon pada kita sendiri" ucap Riasi berusaha membuka percakapan.

"Aku tidak jadi masalah malam itu terjadi apa apa atau tidak. Toh aku sudah punya penghasilan yang cukup untuk memiliki seorang anak. Dan jangan salah paham dengan ucapanku, aku hanya mengandaikan apa yang ibuku harapkan itu benar terjadi. Kita pun menikah bukan karena nafsu, jadi kamu tidak hamil pun aku tidak kecewa, karena memang kita masih punya dunia remaja kita masing masing. Aku hanya tidak tega saja bicara pada ibu, dan mungkin dia akan kecewa" Geandara berusaha menjelaskan sebaik mungkin pada Riasi apa yang sekarang tengah ia pikirkan.

Riasi diam, berusaha mencerna jawaban dari Dosen tampannya itu. Kemudian lima menit setelah keheningan Riasi kembali mengeluarkan suaranya.

"Bapak bilang saja pada ibu kalau aku hamil, tapi bilang juga pada ibu kalau dokter bilang usia kandunganku itu masih sangat muda sama seperti usiaku, jadi kehamilanku lemah dan rawan. Tidak jadi masalah bukan jika suatu saat ibu harus menerima aku keguguran, toh ibu masih punya kesempatan untuk menjagaku nanti setelah lulus dan aku tengah hamil beneran. Iya kan?" Riasi berusaha menjelaskan dengan baik pula ide yang ada di otaknya.

Geandara hanya diam saja tidak menjawab apa apa.

"Sudah sampai, turun sanah dan kerjakan tugasmu. Karena besok aku sebagai dosenmu tidak akan menerima alasan apapun untuk pengumpulan tugas yang telat!" ucap Geandara dengan nada plat.

Riasi yang merasa kesal pada Geandara langsung menjawab spontan. "Untung aku tidak hamil beneran, sepertinya kalaupun aku ngidam atas perbuatanmu, kamu akan tetap memberiku nilai C walau aku tak mampu mengerjakan tugas karena mual yang diulahkan anakmu dalam perutku" setelah selesai berucap Riasi langsung membanting pintu mobil, dan berlari pergi kedalam kost nya.

Geandara hanya diam tak menyangka Riasi bisa berucap seperti itu. "Lagian kalau kamu hamil beneran, aku deh yang ngerjain tugas kamu" ucap Geandara sinis dalam hatinya.

~~~

Baru saja Geandara menyalakan mobilnya dan memutar balik arah keluar gang kost Riasi. HP nya bergetar dan ia lihat ada panggilan dari ibunya.

"Bagaimana kondisi kehamilan istrimu? Baik baik saja bukan? Ibu tidak mau cucu ibu kenapa napa karena ulah kamu yang terlalu cuek sama menantu dan calon cucu ibu" Cerocos lawan bicara Geandara di telpon.

"Ibu ini apaan sih langsung nyalahin Gean kayak gitu. Belum juga Gean bilang apa apa, kayak ibu yakin aja Riasi itu hamil" jawab Geandara plat.

"Ibu yakin istri kamu itu hamil, makanya ibu marahin kamu biar kamu sadar kalau ulah kamu itu bisa buat ibu sedih kalau ternyata ibu harus kehilangan calon cucu ibu" jawab kembali ibu Gendara dengan nada yang cukup tegas.

Geandara yang mendengar harapan penuh ibunya atas kehamilan Riasi, langsung berpikir untuk mengikuti saja saran dari mahasiswa yang baru saja ia antar pulang.

"Dokter bilang kandungan Riasi lemah, tapi Gean janji akan menjaga Riasi dengan baik. Sudah ya bu Gean sedang menyetir sekarang, assalamualaikum bu" tanpa mendengar jawaban lawan bicaranya terlebih dulu, Geandara langsung menutup telponnya.

TBC

My Lecturer is My Husband [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang