TOK TOK TOK
"Bapak maaf saya terlambat, tadi saya sedikit sakit perut dulu sebelum ke kampus pak" selalu saja alasan sakit perut yang Riasi jadikan alasan atas keterlambatannya.
"Kenapa kau pakai baju itu?" tanya dosen EFD Riasi sambil menunjuk pada kemeja yang Riasi kenakan.
Dan memang dasar Riasi yang suka bertindak diluar kontrol, tanpa memandang siapa yang sedang ia ajak bicara, langsung saja dirinya mengeluarkan celotehan celotehan yang akan kembali mempermalukan dirinya sendiri dengan mengajak debat dosennya di depan teman temannya.
"Memangnya kenapa pak? Bapak ingin aku pakai baju seperti apa memang? Baju yang anggun? Gaun? Yang seperti orang orang pakai ke pesta dansa?"
"..." Geandara membuka tasnya dan mengambil sebuah kantung kresek dari dalam tasnya.
"Kenapa bapak diam? Atau bapak ingin aku langsung memakai gaun pengantin?"
"..." berjalan santai dengan cool kearah pintu dimana Riasi sedang berdiri disana sambil nyerocos sendiri.
"Mau apa bapak? Ko dekat dekat?"
"Pakai jas laboratorium saya, mungkin hanya akan sedikit kebesaran dibadanmu. Tapi setidaknya itu tidak terlalu buruk dengan tidak memakai jas lab sama sekali" Geandara memberikan kantung kresek itu pada Riasi dan kemudian melangkah kembali ke depan meja meja para mahasiswa yang sedang melakukan percobaan.
Pipi Riasi merah seketika, dan dirinya baru menyadari apa maksud dosennya itu, dan kini ia sangat malu atas apa yang mulutnya ucapkan.
Riasi memakai jas lab milik Geandara, kemudian menyimpan tasnya di loker dengan peralatan tulis digenggamnya.
"Maaf pak, saya gabung ke kelompok mana?" ucap Riasi sangat pelan sekali, yeah itu karena ia masih malu atas apa yang ia lakukan pada dosennya itu.
"Semua mahasiswa sudah melakukan percobaan cukup lama, dan mungkin sebentar lagi mereka selesai. Mereka juga hanya satu kelompok dua orang, jadi tidak masalah kalau sekarang kamu mengerjakannya sendiri dulu" jawab dosen itu dengan cool nya.
"Tapi pak, saya tidak mau sendiri, saya ingin ada teman dalam percobaan ini, terlebih ini yang pertama pak" Riasi kembali angkat bicara berusaha menego pada dosennya yang tampan itu.
"Mereka akan pulang duluan, kasian kalau harus menunggumu, mungkin mereka punya urusan lain. Kamu akan saya temani, sampai selesai melakukan percobaan ini. Tenang saja kamu tidak sendiri".
Dosen itu berucap dengan tanpa melihat wajah Riasi yang sudah mulai merah karena merasa terpesona dengan ucapan dosen yang banyak orang kagumi itu.
Riasi tidak menjawab lagi, dia langsung mengambil barang barang untuk praktikumnya hari ini. Bahkan sampai jam menunjukan pukul 17.00 pun masih belum selesai Riasi membereskan tugasnya.
Riasi melirik kearah Geandara. Yeah... Jantung Riasi berdebar sangat kencang karena sekarang dirinya hanya tinggal berdua saja dalam ruangan yang mulai gelap karena waktu semakin senja.
"Kenapa?" ucapan Geandara sontak membuat pandangan Riasi membuyar karena merasa terkejutkan oleh pertanyaan orang yang dari tadi Riasi perhatikan.
Riasi salah tingkah, memalingkan mukanya dan langsung mengambil sesuatu dipinggir mejanya agar terlihat sibuk.
GEANDARA POV
Aku langsung berlari saat melihat apa yang Riasi ambil dari meja.
"Apa apaan kamu?" nada bicaraku tinggi terkesan membentak Riasi.
Aku mencekal langsung tangan Riasi agar tidak menyentuh besi yang baru diangkat dari pemanas.
"Kamu tahu berapa derajat besi itu hah?" ucapanku membuat Riasi terhenyak kaget.
Kini sekarang tubuh gadis kecil itu tepat berada dipelukanku. Tangan kiriku memegang pinggang kirinya, dan tangan kananku menggenggam pergelangan kanan Riasi. Dia menatapku dengan bengong, dia menatap mataku sangat dalam. Yeah.. Mungkin dia terpesona, memang banyak yang mengatakan aku memang tampan. Tapi sungguh, aku tidak memanfaatkan ketampananku untuk kejadian ini, ini hanya unsur kebetulan. Aku hanya tidak ingin peserta didikku kecelakaan dalam percobaan mata kuliahku.
Aku langsung melepaskan pelukanku pada Riasi. Dan kini gadis itu langsung menunduk malu.
"Dalam percobaan di laboratorium kita harus sangat berhati hati Riasi. Ingat! Keselamatanmu adalah tanggung jawabku".
"Terima kasih untuk perhatianmu" mulut Riasi berbicara tanpa otaknya mikir dulu.
"Tentu saja saya sangat perhatian pada anak anak didikku. Mereka celaka memang siapa yang akan disalahkan?"
"A... Eum.. Maaf, ak aku ak-"
"Gugup sekali bicaramu" potong Geandara. "Aku tahu apa yang ada dipikiranmu semenjak datang kesini sampai sekarang. Apakah kau sangat ingin segera menikah denganku hah?" Lanjutku lagi.
AUTHOR POV
"Aku akan pulang pak" ucap Riasi melengos pergi menuju keluar laboratorium.
"Ri... Tunggu! Sekarang aku adalah Geandara Afdal Sanjaya. Disini aku ingin bicara pada Riasi Putri Mulyana, bukan padamu sebagai peserta didikku.
"Hmm ada apa?" jawab Riasi dengan nada ragu.
"Satu bulan dari sekarang adalah waktu MUMAS (Musyawah Mahasiswa) jurusan kita. Minggu ini aku ingin ke Garut, melamarmu, dan langsung menikahimu juga disana" penjelasan Geandara mengejutkan Riasi.
Riasi langsung menoleh dan menjatuhkan buku yang digenggamnya. Riasi berjalan perlahan menuju Geandara. Dia diam tepat satu meter dari Geandara.
"Aku... Kau... Kita... Kemudian anak, dan hancurlah cita-citaku. Dengar aku! Aku juga ingin sepertimu menjadi dosen yang banyak disukai oleh mahasiswanya. Katakan padaku! Apa aku bisa jadi dosen kalau aku tidak lulus sarjana?" Riasi menjawab pernyataan Geandara dengan mata yang sudah berkaca kaca.
"Aku juga tidak ingin menikahimu kalau saja nenekku tidak meminta ingin segera dapat cicit dariku. Keadaan nenekku sudah lemah, dia sering sakit sakitan sekarang. Apa dayaku yang ingin selalu membahagiakannya? Aku hanya bisa menikahimu saja Ri, tidak ada pilihan lain karena aku memang tidak boleh memilih. Mengertilah kondisiku!" Geandara coba memberi penjelasan pada Riasi.
"Dan aku tidak mau mendengar penolakan. Kau harus menjadi istriku dalam dua minggu ini"
"Aku katakan okke dan kau tidak boleh menolak peraturanku. Jangan pernah menyentuhku sebelum aku bisa memakai toga dan menjadi sarjana!" ucap Riasi kemudian pergi berlari keluar ruangan meninggalkan Geandara sendirian ditengah kegelapan.
~~~
"Saya terima nikahnya Riasi Putri Mulyana binti Masna Mulyana dengan mas kawin buku Kalkulus edisi 9 jilid 1 dan 2 dibayar kontan" dengan lantang dan tanpa pengulangan Geandara mengucapkan kalimat itu dengan sangat yakin.
Sah lah pernikahan Geandara dan Riasi.
Wajah Riasi plat tanpa ekspresi. "Aku jadi istrinya, aku senang. Tapi aku sedih karena statusku sebagai seorang istri lebih dulu daripada gelar yang kudambakan. Bahkan jarak antara lulusan SMA dan Sarjana S2 itu sungguh masih lebih jauh dari jarak bumi dan matahari" ucap lirih hati Riasi.
...
TBCTerus ikuti cerita aku ya, biar kita sama sama tahu nanti Riasi punya anak atau tidak ya? Hmm atau bahkan Riasi tidak menikmati pernikahannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lecturer is My Husband [Slow Update]
Romance"Rumus-rumus dalam duniaku tidak pernah aku pecahkan dengan mudah, aku selalu salah menghitung, dan dugaanku selalu meleset, ini membuat aku merasa aku tidak berbakat dalam keilmiahan ini. Aku merasa bahwa darah sastra yang kumiliki terbelenggu, han...