Chapter 8

778 42 1
                                    

Pernah merasa ada yang aneh dengan dirimu? Secara tiba-tiba?

Aku pernah, dan sedang.

Hari ini semangatku benar-benar menyala, entah karena apa.
Aku memasukkan binder ke dalam tas selempang yang biasa kupakai ke kampus. Aku kembali menghadap cermin besar itu, senyumku kembali hadir menghiasi wajah, entah sudah berapa kali Aku tersenyum begini di pagi ini.

Aku merasa.... senang? bahagia? gembira? Entahlah. Kalau pun ya, karena apa? Jangan tanya, Aku tak tau.

“Aku sarapan di kampus aja, Kak,” ucapku sebelum meneguk segelas susu putih hangat yang sudah kusiapkan sebelum mandi.

“Lah? Tumben?” Kak Maul bertanya heran. Tumben ya?

Aku hanya tersenyum, bingung juga sebenarnya. Entahlah, hari ini aku merasa.. apa ya? Aku tak bisa mengucapkannya, serius. Kata-kata yang kuucapkan terlalu sederhana dan tak akan mewakili.

“Dek?” tanya Kak Maul dengan wajah bingung nya.

“Bahagia banget kayanya pagi ini” ucap Kak Maul tanpa menatapku. Memang ya?

“Biasa aja ah,” jawabku asal.

“Dari semalem loh,” ditatap begitu Aku hanya nyengir, sudah kubilang, Aku tak tau.

“Perasaan Kakak aja kali, Aku biasa-biasa aja tuh,” jawabku berusaha mangkir.

Tapi sejujurnya perasaanku belakangan ini memang tak karuan, seperti ada sesuatu dalam hatiku yang membuncah, euforia yang cukup hebat, tapi apa ya? Ada yang tau?

Terdengar suara klakson dari luar.

“Aku berangkat, Kak. Driver nya udah sampe,” Aku langsung menarik tangan abangku dan mencium punggung tangannya. Si empunya tangan hanya melongo.

“Assalamu’alaikum,” ucapku sedikit berteriak, karena posisiku sudah tak di dapur.

Bughh.

“Aduh,” Aku mengaduh pelan saat pahaku tak sengaja menumbruk sofa.

Ya ampun, pagi-pagi.

“Hati-hati, Dek,” Kak Maul berteriak dari arah dapur.

Aku tak membalas dan bergegas keluar menemui driver ojek online untuk berangkat ke kampus.

Syukurlah Aku tak terlambat. Kini Aku sudah siap dengan materi yang akan disampaikan Prof Lily hari ini, kutengok ke belakang, Nara belum datang juga. Hmm kebiasaan.

***

Aku kembali menyesap espresso coffee yang kupesan di kafe kampus.

Wifinya lemot nih, tumben, batinku.

Aku mengetik sebuah nama di explore instagram milikku, kugigit bibir bawah sebelum mengklik ikon kaca pembesar di pojok kanan. Kenapa Aku berfikir untuk mencari dia? Ah, tapi tak ada salahnya kan?

Loading

Aku hendak menyentuh tombol ‘back’, tapi foto miliknya sudah terlanjur terbuka.

Instagramnya tak dikunci, syukurlah.

Eh?

Aku beristighfar dalam hati. Ya Allah, Aku minta izin untuk memandangi fotonya, sebentar saja.

Kun Fayakun Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang