Chapter 15

692 34 7
                                    


Klik

Diva memutus sambungan telepon setelah mengucap salam pada driver taksi online yang barusan dihubunginya. Matanya beralih menatap kami yang diam tak bersuara menunggu instruksinya.

“Cuss tunggu di halte!” bak kerbau dicucuk hidungnya, kami semua mengikuti langkah gadis berpostur sedikit gempal itu tanpa banyak komentar. Di jalan menuju halte kampus, kami asik dengan obrolan singkat dan celotehan receh. Diva masih memimpin di depan, pandangannya fokus pada gadget.

“Nah itu tuh, yang silver!” Diva kembali memimpin langkah kami menuju Toyota Yaris berwarna silver yang bertengger di pinggir jalan dekat gerbang keluar kampus. Tanpa diperintah, kami bertiga ikut masuk di bangku penumpang, Diva memilih duduk disamping kursi kemudi.

Yashh seperti biasa, macet everywhere.

“Va, aku sama Rere beneran gapapa ikut?” Fira membuka suara saat suasana di mobil sudah tidak kondusif alias membosankan.

“Ya gapapa dong, emang nya kenapa ga boleh?” Diva menjawab, badannya berputar 90 derajat menoleh ke arah kami.

“Ya kan kita bukan bagian dari acara itu, iya ga, Re?” aku mengiyakan.

“Setauku, untuk berbagi itu syaratnya cuma satu deh, ikhlas. Udahh cuma itu aja, ga pernah tuh aku baca atau denger kalau berbagi itu harus jadi bagian dari suatu acara atau apa pun itu,” kali ini Nara angkat suara. Aku dan Fira manggut-manggut membenarkan.

“Udah deh kalian tenang aja, gapapa kok, acara ini terbuka untuk umum, untuk siapa pun yang mau berkontribusi, oke?” Diva menyatukan dua jemari nya membentuk lingkaran dan menyisakan tiga lainnya tetap tegak.

Jalanan sudah lumayan lancar walau pun masih harus bersabar karena kendaraan cukup padat.

“Ra..Ra.. Kak Adi jadi dateng... yess!!” Diva mengepalkan tangannya sambil bersorak, kenapa dia?

“Masa? Wah bagus dong, jadi makin afdol acaranya kalo ketua pelaksananya hadir,” Nara menimpali.

“Siapa tuh?” Fira bersuara, sebentar lagi penyakit keponya pasti kumat.

“Ahehe, engga kok,” Diva menjawab seadanya. Salah itu, aku yakin Fira akan semakin kepo setelah ini.

“Ishh gitu kan, siapaaaa? Curang nih ga cerita cerita,” Fira sudah merengek meminta penjelasan. Kami hanya tertawa melihat kelakuannya yang selalu seperti anak kecil.

“Hahaha, ketua pelaksana acara ini, Fir. Kamu nih kalo udah kepo ya..” Nara menjelaskan sambil menahan tawa, sedangkan Fira hanya manggut-manggut, bibirnya membentuk lingkaran seolah berkata ‘oh’.

Desa Binaan

Sampai. Ah, akhirnya..

Tanpa menunggu lama, kami langsung berjalan menuju segerombolan orang yang berkumpul di pos ronda. Awalnya aku dan Fira sedikit ragu, ya bayangkan saja, kita bukan panitia disini, bukan siapa-siapa pula hehe.

Hari ini merupakan Hari Gizi Nasional. Organisasi keagamaan kampus bekerjasama dengan organisasi sosial se-Tangerang Selatan untuk mengadakan acara peringatan Hari Gizi Nasional, semacam pembinaan kepada warga desa yang cukup terpencil yang merupakan salah satu desa binaan mahasiswa kampusku, tentu saja tema yang diusung adalah Kesehatan dan Gizi. Nara dan Diva adalah anggota dari organisasi keagamaan di kampus, maka dari itu mereka menjadi panitia di acara ini. Siang tadi, saat makan siang di kantin, mereka berdua mengajakku dan Fira untuk mengikuti acara ini, awalnya kami ragu dan ga pede karena kami bukan bagian dari mereka, tapi berkat rayuan maut dari Diva akhirnya kami mau ikut dan ingin berkontribusi di acara tersebut, rencananya aku dan Fira akan mensosialisasikan cara memilih dan membuat makanan sehat lagi  bergizi, pokoknya apa pun yang kami tau insyaAllah akan kami share disini.

Kun Fayakun Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang