Chapter 10 - Cowok Aneh!

3.1K 230 68
                                    

Sungguh ini sangat sakit! Rasanya aku ingin menangis. Aku ingin membagi semuanya, namun dengan siapa aku bercerita? Kalau sahabatku sendiri yang membuatku seperti ini.

-Amanda-

***

Amanda berjalan menuju ke taman yang terletak di belakang sekolah. biasanya, tempat itu yang digunakan Amanda untuk menghabiskan waktunya kalau ia sedang tidak Mood masuk kelas dan malas pulang ke rumah.

Namun kali ini ia berniat untuk menyendiri, menghabiskan waktunya untuk menuangkan semua kesedihanya dengan berjuta-juta air mata yang jatuh mengalir deras di pipi cantiknya itu.

Ia ingin bercerita! Membagi semua beban yang menimpanya! Namun dengan siapa? Teman? Iya tidak mempunya teman karena sifatnya yang sangat ditakuti. Sahabat? Bagaimana caranya? Kalau ternyata sahabatnya yang malah menambah beban Amanda semakin berat.

Menangis, satu-satunya cara yang hanya dapat Amanda lakukan saat ini, bersender pada sebuah bangku taman sambil menundukan kepalanya.

Memutar kembali memori-memori yang tidak akan pernah Amanda hilangkan dari pikiranya, membayangkan jika ada seorang pangeran berkuda putih yang membawanya untuk terbebas dari masalah-masalah yang kini dihadapinya, memperhatikanya, dan juga menyayanginya dengan sepenuh hati.

Tiba-tiba, seseorang datang dan duduk di sebelahnya.

Amanda menoleh dan matanya mendelik kaget. Buru-buru ia elap bekas air matanya. Ia tidak ingin ada seseorang tahu bahwa dirinya habis menangis.

"Ngapain lo ke sini?!" teriaknya.

Angga menatap lurus ke depan.
"Masalah?"

"Iyalah! Pergi lo sana!" kata Amanda dengan tatapan kesal.

Angga menolehkan wajahnya menghadap Amanda. Cewek itu langsung membuang muka.

"Kalo gue gak mau, gimana?" tanya Angga.

"Pokoknya pergi sana!" Amanda mendorong- dorong bahu Angga tanpa menolehkan wajahnya.

Cowok ini ngapain sih ke sini? ganggu mulu! Batin Amanda.

Angga tidak bergerak. Ia tetap duduk di sana sambil menatap Amanda yang duduk di sebelahnya sambil membuang muka itu.

"Kenapa mata lo bengkak gitu?"

"Gak usah kepo." jawab Amanda dengan nada dinginnya.

"Lo abis nangis?"

Amanda menatap Angga, "gue bilang lo gak usah kepo! Gue abis nangis atau engga, itu bukan urusan lo!" bentaknya.

"Oke. gue enggak kepo," kata Angga. "Tapi emangnya lo gak bisa ya, ngomong baik-baik, nggak pake teriak-teriak?"

Amanda kembali membuang muka. "Kalo lo gak suka gak usah ngomong sama gue mendingan."

"Oke." Angga kembali menatap lurus ke depan.

Amanda melirik cowok di sebelahnya itu.

"Terus, ngapain lo masih di sini?"

Angga diam saja. Ia tidak menjawab pertanyaan Amanda ataupun menoleh ke arah cewek itu.

"Heh, gue nanya, jawab kek!"

"Katanya jangan ngomong sama lo," ucap Angga dengan nada kalem yang membuat Amanda geregetan setengah mati.

"Terserah lo deh!" kata Amanda pada akhirnya.

Setelah itu, baik Amanda maupun Angga tidak ada yang bersuara sama sekali. Amanda duduk membelakangi Angga, jadi ia tidak tahu apa yang dilakukan cowok itu. Amanda juga tidak peduli-peduli amat.

Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang