Chap. 16

6K 1K 123
                                    

Hari ini hari sabtu, biasanya Jennie menyukai hari sabtu. Semua orang juga menyukai hari sabtu. Hari dimana merupakan weekend bersama teman-temannya, atau malam minggu bersama orang tersayang mungkin?

Tapi tidak untuk sabtu hari ini.

Jennie tak menyukai—bahkan membencinya.

Jennie mendesah pelan, 10 menit berlalu gadis itu sudah menyelesaikan daily makeup ringannya.

Kedua matanya kemudian menatap arloji silver yang menempel dengan sempurna di tangan putihnnya.

Jarum pendek dan panjang sudah menunjukkan jam 9 pas.

Jennie membangunkan tubuhnya, lalu meneliti sekali lagi penampilannya di pantulan cermin kamarnya.

Lalu menarik tas punggung kecil dan berjalan menuruni tangga.

Gadis itu akan pergi untuk kerja kelompok, bersama orang yang memuakan baginya.

···

Sembilan (9)

Zelo : gue sama sujeong rada telat ni
Zelo : nyokap gue sama dia lagi ada acara keluarga

Taehyung : ahelah mentang" sepupu lo dua dijadiin alasan telat.

Zelo : gue serius sat:)))

Yerin : eh gue jg telat. Macet ni. Di kafe ud ada siapa aja?

Taeyong mendengus kesal membaca isi grup kelompoknya, sudah hampir 20 menit dirinya menunggu mereka.

Taeyong : gue ud dr 20 menit

Taehyung : di perjelas amat yong :)
Taehyung : kalau mobil gue ga masuk bengkel gue ud sampe sana

Taeyong : curhat tae?

Yerin : HAHAHAHAHA MAMPUS LU SAMPIS

Zelo : anjing wkwkkwk

Taeyong mendongakan kepalanya dari hape yang ia pegang saat kursi dri beberapa kursi di dekat mejanya berbunyi di tarik, dan menampakkan sesosok gadis cantik dengan wajah dinginnya. Kim Jennie.

Jennie diam-diam mengumpat kesal saat tahu bahwa baru hanya ada Taeyong di café tersebut. Dan lagi, ia mengumpat kesal ketika tahu bahwa hapenya ketinggalan di kamar, tak sempat di bawa.

Anjing. Anjing.

Suasana hening mendominasi kedua insan tersebut, Jennie hanya mengetuk-ngetukkan jarinya pada meja, sedangkan Taeyong fokus dengan laptop serta buku di sampingnya.

"Maaf, ingin pesan apa?" kedatangan writers membuat Jennie dan Taeyong diam-diam bernafas lega.

Taeyong lebih dulu menerima buku menu yang di berikan oleh writers tadi.

"Jus apel satu, sama chocolate milkshakenya juga satu."

Jennie mendengus pelan, oh jadi ceritanya dia masih ingat sama minuman kesukaan gue? Oh wow. Ia tersenyum miring, lebih tepatnya kesal.

Orang lagi berusaha move on  malah di buat ambyar.

Taeyong berdehem kecil, ketika ia refleks menyebut chocolate milshake—yang merupakan minuman favorite Jennie.

Jadi salting 'kan.

"Jenn, gue mau ngomong sesuatu hal sama lo."

Jennie hanya menarik sebelah alisnya.

"Gue rasa kita udah selesai, dan gue rasa di antara kita nggak ada yang perlu di permasalahin. Jadi.., bisa nggak kita berteman seperti dulu aja?"

Brengsek.

Nggak ada yang perlu di permasalahin?

Emang bangsat si Taeyong.

"Kayak dulu maksud lo gimana? Bukannya dulu kita emang begini ya? 'Kan gue sama lo emang nggak pernah ngomong, teguran juga jarang. Emang lo maunya kayak mana lagi?" skak Jennie membuat pemuda tampan itu kicep di tempat.

Ya bener juga sih.

Taeyong mau balas lagi. Tapi kalah cepet sama Jennie.

"Kita putus bukan tanpa ada masalah ya Yong. Lo tiba-tiba mutusin gue, tanpa alasan yang lo jelasin. Terus, lo udah main gandeng Sana aja."

"Gue sama Sana pure temen project olimpiade doang Jenn."

Oh ya?

"Terus masalahnya apa lo mutusin gue?!" Jennie udah mulai tersulut emosi.

Taeyong menghela nafas pelan, pemuda itu menatapnya dengan tatapan datarnya.

"Gue bukan bahan taruhan, Jenn."

Kedua bola mata Jennie melebar, jari-jari gadis itu meremas rok putihnya.

Jadi ini alasannya? Taeyong udah tahu semuanya?

"First of all, gue minta maaf sama lo Yong. Awalnya, gue emang jadiin lo bahan taruhan gue, gue bener-bener minta maaf sama lo. Sebenarnya, gue lagi nyari waktu buat jelasin ini semua ke lo. Tapi gue belum berani, gue cuman takut lo bakalan ninggalin gue ketika gue bener-bener udah sayang sama lo. Gue pure sayang sama lo Yong. Gue sayang sama lo." jelasnya dengan suaranya yang bergetar. Jennie menahan agar dirinya tak menangis di hadapan pemuda itu.

Taeyong menatap kedua mata gadis itu. Ia tahu bahwa gadis itu sedang menahan tangisnya. Ia bahkan terlalu tahu untuk itu.

Ia benci melihat Jennie menangis.

"Jenn. Gue udah maafin lo. Tapi, bukan cuman alasan itu aja gue mutusin lo."

Taeyong menghela nafasnya, ketika sepasang bola mata bening itu menatapnya meminta penjelasan.

"Gue suka sama orang lain.."

···

"Gue nggak tega sama dia."

"Bukannya lo udah berjanji sama gue, kalau apapun yang terjadi jangan pernah kasih tau dia?"

"Tapi—"

"Gue seneng ngelihat dia menderita."

···

Kolom komentar terbuka untuk uneg uneg kalian semua:)))

Crush.一Lee Taeyong ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang