3. for sure

12.9K 1.4K 81
                                    

Bill POV

Aku tidak begitu mengenal perempuan bertubuh mungil yang sekarang menjadi sekretarisku itu. Yang ku ingat dia hanyalah salah satu dari sekian banyak mahasiswi yang berebut perhatianku dulu ketika aku mengambil mata kuliah bahasa indonesia di kampus yang sama dengan dirinya.

Perempuan mungil itu tiba-tiba datang menghampiri dan merayuku, walaupun aku tau dirinya belum berpengalaman.

Malam itu aku menyetubuhinya berkali-kali tanpa pengaman. Aku kehabisan stokku karena disibukkan dengan perempuan-perempuan one night stand yang datang silih berganti tiap malamnya.

Aku mengusap wajahku. Masih ku ingat malam itu ketika dirinya memberitahukan ku kalau dia hamil 5 minggu, saat itu aku hanya bisa berusaha untuk bersikap cool, walaupun kepalaku mendadak headache.

Bagaimana tidak, karirku sedang menanjak, tidak mungkin aku mengorbankan sesuatu yang dapat menyebabkan karirku terhambat.

Pindah apartment adalah jalan keluar untuk menghindarinya.

Kalau tidak salah 6 tahun berlalu, dan bagaimana bisa aku dipertemukan kembali dengan dirinya yang terlihat tegar walaupun bisa kulihat sedikit rapuh.

Selama hidupku, aku selalu memegang prinsip being single forever. Kepuasan sangat mudah kudapatkan dari perempuan yang rela menjadi partner one night stand.

Tidak bisa ku bayangkan untuk terikat dengan perempuan yang sama sepanjang hidupku, how bored my life will be. Aku mencebik.

Lamunanku terusik dengan suara ketukan pintu ruangan dan memunculkan sosok mungilnya. Wajahnya masih terlihat cantik dan segar. Tubuhnya walaupun mungil tapi terlihat proporsional.

Bisa ku tebak, bokongnya pasti masih kencang.

Pikiranku melayang di malam ketika tanganku meremas bokongnya yang bulat berguncang indah akibat dorongan tusukan intiku yang menghujamnya dalam.

"Mr. Morgan, saya sudah mendapatkan tiket pesawat anda untuk keberangkatan besok"

Aku menatap wajahnya.

Kenapa bayangan di mana aku menyetubuhinya kembali datang dan sangat jelas terbayang di pikiranku.

Aku membuka amplop putih berisikan tiket pesawat kami ke Lombok.

Kalau saja Shyska masih menjadi sekretarisku, sudah pasti kami akan melewati malam panas di pulau eksotis itu untuk 2 hari ke depan.

Aku melirik Davina yang masih berdiri di depan mejaku.

"Ada lagi yang bisa saya kerjakan Mr. Morgan?"

Lagi-lagi dirinya bersikap seperti tidak mengenal diriku yang dulu pernah menjamah tubuhnya.

Aku merasakan sedikit kesal, kebanyakan para wanita yang pernah kutiduri selalu datang untuk memintaku kembali have sex dengan mereka dan mereka selalu memujaku dengan tatapan lapar.

Tetapi perempuan di hadapanku ini seakan-akan tidak pernah mengenalku dan bersikap dingin.

Memang, kemarin aku memintanya untuk melupakan apa yang pernah terjadi di antara kami, tapi tidak seperti ini yang aku maksud.

Aku sadar, pasti dirinya sangat kesal atau marah kepadaku yang dulu meninggalkannya.

Tapi itu semua bukan sepenuhnya kesalahanku kan? Kami melakukannya suka sama suka, tidak ada paksaan.

"Kamu bisa simpan tiket ini, dan tolong persiapkan kebutuhanku selama 2 hari di sana"

Kulihat dirinya mengerutkan keningnya.

decisionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang