Davina POV
Aku melihat ke arah 2 sosok pria jangkung yang keluar dari pintu lift dan berjalan menuju ruangan kerja Bill.
Sedari tadi aku memikirkan perkataan Giska.
Bill dengan pesonanya. Walaupun sudah 6 tahun tidak bertemu ku akui diriku masih berdesir melihat wajah tampannya yang terlihat semakin matang di usianya yang ke 34.
Tubuhnya masih terlihat atletis dengan jas abu-abu yang sangat pas membalut tubuhnya.
Aku berdiri dan menunduk hormat ketika 2 sosok pria itu melewati meja kerjaku.
"Shyska kemana Bill?"
Pria berjas hitam berhenti ketika melihatku yang masih berdiri.
"Resign, she replacing her" Jawab Bill sekenanya.
Pria berjas hitam itu tersenyum ke arahku.
"Mungil" Pria itu berkata sambil menepuk pundakku.
Aku terpaku menatap wajahnya yang tidak kalah tampan dari Bill.
"Be careful, Bill is a player" Pria itu berbisik di telingaku, sontak membuat wajahku memerah.
Aku berdeham merasakan kerongkonganku mendadak kering.
Pria itu terkekeh dan tersenyum smirk sebelum menghilang dari balik pintu ruangan Bill.
"Apa yang kamu katakan padanya?"
Sayup-sayup masih bisa ku dengar suara Bill sebelum dirinya menutup rapat pintu ruangannya.
"Huftttt..." Aku menghela nafas dari mulut sambil menghempaskan bokongku di atas kursi.
"Davina, siapkan 2 cangkir black coffee, cepat" Wajah Bill muncul tiba-tiba dari balik pintu.
Aku tersentak kaget dan langsung berdiri.
"Baik Mr. Morgan"
Sial, bisa ga sih ngomongnya lewat telepon, bikin jantung copot aja, bathinku secara melangkah ke arah pantry dan membuatkan coffee hitam.
Aku tertengun sesaat, Bill suka kopi seperti apa? Pahit atau manis?
Aku mencari-cari apakah ada gula sachet di pantry ini.
"Gak ada" Runtukku.
"Ah biarlah, langsung gue gulain aja" Gumamku, lalu menyendokkan 2 sendok ke dalam masing-masing cangkir.
Dengan hati-hati aku membawa 2 cangkir kopi panas dengan nampan, mengetuk pintu ruangan Bill sebelum aku membuka pintu dan melihat Bill dan pria berjas hitam itu sedang bercakap-cakap serius.
"Ada lagi Mr. Morgan?" Tanyaku setelah meletakkan kedua cangkir ke hadapan mereka.
Bill menggeleng tanpa melihatku. Pria berjas hitam tersenyum ke arahku.
"Uhukkk.... Uhukkk"
Bill terbatuk begitu menyeruput kopinya.
"Kopi apa yang kamu buat Davina?" Geramnya.
Aku terjengit kaget.
"Maaf, kenapa Mr. Morgan? Anda tidak suka kopi manis ya? Maaf saya tidak tau, akan saya buatkan lagi yang baru" Tanganku mengambil cangkir dari mejanya.
"Kopi manis kamu bilang?" Geramnya dingin.
Pria berjas hitam menoleh ke arahku sebelum dirinya ikut menyeruput kopinya.
Kulihat dirinya mengereyit dan terkekeh.
"Mungil, kopi ini tidak bisa dibilang manis kalau menurutku" Katanya sambil menyodorkan cangkirnya ke arahku dan memintaku untuk mencicipinya langsung dari cangkir yang telah dia minum.
KAMU SEDANG MEMBACA
decision
RomansaBEBERAPA PART SAYA HAPUS UTK KEPENTINGAN PENERBITAN apa bisa kita mengubah keputusan seseorang? Warning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading