16. a hope

19.4K 1.3K 139
                                    

Bill POV

Aku tidak melajukan mobilku kembali ke kantor.

Aku memutuskan untuk kembali ke apartmentku dan mengepak pakaianku ke dalam koper.

Aku terduduk di tepian ranjang menatap koper yang sudah rapi berisikan pakaian.

Apakah tindakanku sekarang benar? Melarikan diri lagi dari kenyataan yang akan menyakitkanku?

Membiarkan Davina berbahagia dengan Renzo.

Aku merogoh kantung celanaku mengambil handphoneku.

Aku mencari kontak travel yang biasa bekerja sama dengan kantorku dalam urusan pembelian tiket.

"Yes, booking flight this afternoon to Bali"

"..."

"Just me, Bill Morgan"

"..."

"No return, send it to my email as usual"

"..."

"Thanks"

•••

Sudah 3 hari berlalu, aku dengan tenang menyisip wine sambil memandang ke arah lautan yang biru.

Handphoneku bergetar untuk kesekian ratus kalinya.

Pesan dan telepon yang masuk dari nomor Davina atau nomor telepon kantor tidak ku gubris.

Aku hanya meninggalkan pesan email ke alamat email Davina bahwa aku mengambil jatah cutiku yang selama ini belum pernah ku ambil.

Totalnya 3 minggu cuti.

Biarlah, aku rela Davina bahagia.

Aku bukanlah pria yang tepat untuk membahagiakan mereka. Aku hanyalah pria brengsek dan sekarang julukanku mungkin bertambah.

Pria pengecut.

Aku menyisir rambutku gusar.

Aku memutuskan untuk ke Bali untuk menenangkan pikiranku.

Untuk melupakan Davina.

Untuk melupakan rasa cintaku pada dirinya.

Tapi malah bayangan Davina dan senyuman Dimas semakin menghantuiku.

Aku menyenderkan kepalaku ke bangku di balkon.

Hari menjelang sore, lebih baik aku berenang untuk menyegarkan pikiranku.

Aku berjalan masuk ke kamar.

Membuka kaosku dan hanya menyisakan celana selutut.

Handphone sengaja aku tinggalkan.

Aku keluar kamar berjalan menuju kolam renang yang posisinya di dekat restaurant.

Aku memakai kacamata hitam ketika sampai di kolam renang yang sedikit penuh, berjalan mengambil pool towel dan mencari bangku yang masih kosong.

Menyampirkan pool towel di atas bangku dan berbaring sejenak sebelum memutuskan untuk berenang.

Ku lihat 3 gadis remaja yang mengobrol di dekatku sambil sesekali mata mereka melihat ke arahku.

Sepertinya mereka dari Russia kalau ku dengar dari bahasanya.

Satu di antaranya mengedipkan sebelah matanya ke arahku.

Wanita-wanita Russia yang memiliki paras dan tubuh yang menggoda.

Aku hanya tersenyum ke arah mereka dan mengakibatkan suara cekikikan di antara mereka.

decisionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang