Davina POV
Aku mendekap tubuh Dimas yang masih saja bertanya siapa tamu itu.
Ku dengar pintu kamar terbuka dan memunculkan sosok Renzo yang berjalan menghampiri kami.
"Mau apa dia kemari?" Tanyaku langsung begitu Renzo duduk di sebelah kami.
Tangan mungil Dimas menarik lengan kaos Renzo.
"Who is he om Renzo?"
Renzo mengusap wajahnya.
Aku mendadak merasakan ketakutan.
Tidak, ini tidak akan terjadi, hidup kami sangat normal sebelum kami dipertemukan kembali.
Aku tidak mau Bill tau soal Dimas. Aku menoleh ke arah tanganku yang di cengkram oleh Renzo.
"He need to know. Dia menunggumu di ruang tamu" Suara Renzo kembali membuatku merasakan ketakutan.
"Ayo jangan takut aku menemani" Renzo menarik tubuhku berdiri.
Dimas merosot dari tubuhku tapi tangannya masih memegang kaosku.
"Mom" Suaranya terdengar takut, matanya memancarkan seakan tau kalau aku ketakutan.
Aku menggandeng tangan Dimas keluar dari kamar, tangan hangat Renzo melingkar di pinggangku. Menarikku tubuhku erat jalan bersisian dengannya.
Bill menoleh ke arah kami dan langsung berdiri, matanya langsung melihat ke arah Dimas yang tangannya semakin mengerat menggenggam tanganku.
Kurasa Dimas takut melihat wajah Bill yang babak belur, mungkin dipikirnya Bill adalah orang jahat, memang benar jahat, penjahat kelamin.
Aku mengambil duduk di seberang Bill yang masih berdiri.
Matanya tajam memandang Dimas.
Tapi kulihat guratan senyum menghiasi wajahnya.
"Is he my son?" Tanyanya begitu tersadar.
Dimas langsung memeluk lenganku, wajahnya disembunyikan ke belakang tubuhku.
"Mommy" Rengeknya.
Tanganku mengelus punggungnya.
Renzo melakukan hal yang sama sehingga tangan kami bertemu di punggung Dimas.
Lalu jarinya menaut jariku.
Aku tersenyum ke arah Renzo.
"Davina?" Suara Bill terdengar menuntut.
Aku menatap ke arahnya dan mengangguk lemah.
"Mommy, Dimas ga mau punya daddy dia, he looks like a bad guy" Suara Dimas teredam di antara lengan dan punggungku.
Ku lihat rahang Bill mengeras.
"Come here, so your name is Dimas?"
Dimas dengan ragu menyembulkan wajahnya ke arah Bill.
"Why don't you tell me about him Davina?"
Mataku membulat, ingin rasanya menambahkan biru-biru di wajahnya yang masih terlihat tampan walaupun babak belur seperti itu.
Aku mengambil nafas panjang.
"Dimas, can you go to room? Play game on mommy's phone?" Pintaku.
Dimas mengangguk ragu. Dirinya berdiri menghadapku, kemudian mencium pipiku dan tanpa di sangka-sangka mencium pipi Renzo juga.
Renzo tersenyum tangannya mengacak rambut Dimas dengan gemas.
Bill memperhatikan kami dengan tatapan tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
decision
RomanceBEBERAPA PART SAYA HAPUS UTK KEPENTINGAN PENERBITAN apa bisa kita mengubah keputusan seseorang? Warning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading