8. he

12.3K 1.2K 26
                                    

Davina POV

Renzo menghentikan ciuman kami dengan nafas terengah-engah. Ku lihat mata hijaunya menggelap penuh hasrat. Ibu jarinya mengusap bibir atasku dengan usapan yang membuatku mendesah.

Kening kami saling menempel.

Tangan Renzo kembali menangkup wajahku.

"Sebaiknya aku pulang" Matanya menatap langsung ke manik mataku.

Aku hanya mengangguk.

Ciuman Renzo masih membuatku mabuk.

Renzo mengecup bibirku lembut sebelum dirinya beranjak dari ruang tamu menuju pintu rumahku.

Aku hanya terdiam memandangi punggungnya yang menghilang dari balik pintu.

Kurasakan pipiku memanas, aku masih merasakan bibir Renzo dan lidahnya yang bermain di mulutku.

Debaran jantungku berdetak kencang. Aku memejamkan mataku dan menghirup nafas panjang.

Renzo.

Apa yang terjadi di antara kami barusan?

•••

"Hi"

Aku mendongak ke arah suara perempuan yang berdiri di depan tempatku duduk di cafe.

Giska.

"Hi" Balasku.

"Boleh gabung?"

"Tentu saja" Jawabku, sudah ku duga.

Aku menggeser gelas kopiku lalu kembali menunduk menekuri bacaanku yang belum selesai.

"Kamu sendiri aja?" Tanya Giska setelah duduk.

"Seperti yang kamu liat" Jawabku malas.

Giska tersenyum.

"Ku pikir kamu nunggu Bill yang sedang rapat"

Aku menggeleng.

"Mr. Morgan sudah 2 hari tugas keluar kota"

"Ohh, kamu tidak ikut? Biasanya Bill selalu mengajak sekretarisnya ke luar kota" Giska berkata sambil mengedipkan sebelah matanya.

Aku mendengus pelan.

"Boleh aku bertanya?" Aku memicingkan mataku.

"Go ahead"

Sebenarnya aku lumayan penasaran dengan hubungan Giska dan Bill, karena dirinya selalu memanggil Bill dengan nama depannya.

Seperti ada hubungan khusus di antara mereka atau...pernah ada hubungan khusus.

"Um, sepertinya kamu sangat kenal Mr. Morgan, karena kamu manggil beliau dengan nama depannya aja" Ok, ini bukan pertanyaan, tepatnya pernyataan.

Aku melihat raut wajah Giska yang tersenyum kecut.

"Dulu, aku pernah berkencan dengan Bill, cuma beberapa bulan, dan seperti yang pernah aku bilang, Bill bukan tipe pria yang mau berlama-lama menjalin hubungan dengan perempuan"

Giska kembali tersenyum, kali ini kulihat seperti dipaksakan.

"Aku terlalu banyak berharap, padahal sudah tau konsekuensinya tapi tetap mengharapkan Bill berubah suatu saat"

Aku tertengun mendengar perkataan Giska yang keluar lancar dari mulutnya.

Ya ampun Dimas, berapa banyak korban dari ayahmu yang bejat ini. Bisa ku lihat dari pancaran mata Giska yang bisa ku katakan mencintai Bill.

decisionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang