15. confused continue

11.4K 1K 10
                                        

Davina POV

"Apakah kau merasakan hal yang sama denganku Davina?"

Bill malah balik bertanya ketika aku mengantarkan laporan rapat dan bertanya kepadanya persoalan Renzo.

"Davina?"

Aku mendongak.

Yang aku rasakan sekarang, debaran jantung ini semakin kencang apabila bersama Bill dan ketika menerima sentuhannya.

Apakah itu bisa dimasukkan dalam kategori cinta?

Apabila dengan Renzo, aku merasakan terbuai dengan segala sentuhannya yang lembut dan penuh cinta.

Renzo memperlakukanku dengan segala kelembutan dan memberikan perhatian yang berlebih, aku tersanjung.

Sejak awal Renzo memperlakukanku secara istimewa, karena I'm special for him, right?

Bill yang awalnya memperlakukanku dengan buruk, tidak ada rasa di antara kami, tapi bisa kurasakan lambat laun perlakuan Bill yang berbeda terhadapku.

Aku bingung.

Seharusnya ini tidak terjadi kepadaku.

Bill seharusnya tetaplah menjadi Bill yang dulu, pria brengsek, penjahat kelamin yang aku benci.
Agar aku bisa berbahagia dengan Renzo.

Aku memainkan jemariku.

"Duduklah Davina"

Aku bagaikan kerbau yang dicucuk hidungnya, menuruti perintah Bill.

Duduk dengan wajah masih menunduk, aku pusing.

Bill berdiri dari tempat duduknya dan menghampiriku, dirinya menggeser kursi yang aku duduki dan berjongkok di depanku.

Tangannya di atas pahaku, posisi kami sangat dekat, bisa kurasakan hembusan nafasnya yang beraroma tembakau.

"Apakah tadi Renzo mendesakmu?" Jari Bill menyentuh daguku untuk menatap wajahnya.

Aku mengangguk lemah.

"Bisakah kalian berdua tidak mendesakku? Terutama kau Bill, kita yang dipertemukan kembali, dan aku berharap kau masihlah brengsek, jangan berubah"

Bill menangkup wajahku dengan lembut.

"Hey, aku berubah karena aku sadari aku mencintaimu Davina, dan mencintai Dimas. Aku ingin kita utuh, seperti sebuah keluarga"

Bill mengecup bibirku pelan. Aku memejamkan mataku, tubuhku langsung bergetar merasakan bibirnya yang mengusap bibirku.

Padahal hanyalah ciuman singkat, tapi efeknya membuat kepalaku semakin pusing.

Aku terisak.

"Davinaaa, sweet heart jangan menangis"

Bill memelukku dan mengusap punggungku.

Aku melesakkan wajahku ke relung lehernya.

"Aku tidak akan memaksamu untuk mencintaiku. Aku akan selalu menunggumu. Dan selalu mencintaimu"

Bill kembali mencium bibirku, kali ini dengan melumat bibirku, lidahnya langsung menerjang masuk dan membelit lidahku.

Aku membalas ciumannya. Tanganku bergerak mengelus tengkuknya dan memainkan rambutnya.

Bill mengerang lalu menghentikan ciuman kami. Kening kami saling menempel. Ibu jarinya mengusap bibirku.

"Apakah kau ingin pulang? Istirahat?"
Tawar Bill.

Aku menggeleng.

"Aku memang perlu menenangkan pikiranku" Ucapku pelan.

Bill.

decisionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang