Part 2

3.3K 302 18
                                    

Author pov*

"Aku tak mengizinkanmu, tetap disini". Ucap jungkook dengan tegas menatap yeri dengan tatapan tajamnya.

"Tapi oppa, yerin membutuhkanku_". Timpal yeri dengan tatapan memohonnya meminta jungkook untuk membiarkannya pergi.

"_aku harus menemuinya". Lanjut yeri lalu mendorong paksa dada bidang jungkook untuk menyingkir dari tubuhnya.

"AKU BILANG TETAP DISINI". Bentak jungkook kembali menghempaskan tubuh yeri ke atas ranjang kali ini lebih kasar.

Jungkook lalu yang beranjak untuk membukakan pintu kamar dan mendapati yerin tengah menangis. "Ada apa? Yerim sudah tidur jadi, tak bisakah kau juga pergi tidur sekarang?".

"Yerin-a, ada apa? Mengapa menangis?".

Yeri muncul menghampiri yerin dan langsung memeluknya. "Aku akan menemanimu, kajja".

Jungkook menahan tangan yeri memintanya untuk tidak pergi, namun yeoja itu malah melepaskan cengkeraman tangannya dan memilih pergi bersama yerin.

Melihat yeri memilih pergi membuat jungkook semakin marah, ia membanting pintu kamar dengan keras dalam meluapkan amarahnya.

Yeri menenangkan yerin serta mendengarkan keluh kesah sahabatnya itu hingga tertidur bersamanya.

Keesokan paginya....

Jungkook keluar dari kamarnya, melihat tak ada keberadaan yeri disetiap ruangan bahkan meja makan masih kosong meski jam sudah menunjukan pukul 8 pagi tak seperti biasanya.

"YERIM...JEON YERIM". Panggil jungkook berteriak beberapa kali memanggil istrinya itu.

Tak lama seorang yeoja turun dan menghampirinya. "Jungkook-a, yeri belum bangun_".

"_apa kau membutuhkan sesuatu?". Lanjut yerin setelah berdiri dihadapan jungkook.

"Dia belum bangun?".

Author pov end*

Jungkook pov*

"Dia belum bangun?". Tanyaku pada yerin yang hanya dibalasnya dengan anggukan darinya.

"Aku akan bangunkan dia".

Baru saja aku melangkahkan kakiku, yerin menahanku dengan memegang pergelangan tanganku.

"Biar aku buatkan sarapan untukmu, sekarang biarkan yeri tidur, semalam ia begadang karena mendengarkan masalahku". Ucap yerin dengan tatapan lembutnya.

"Gomawo, tapi ini adalah tugas yerim". Ucapku tersenyum tipis lalu melepas tangannya dari tanganku.

Kulanjutkan langkahku menaiki tangga dan menuju sebuah kamar lalu masuk ke dalamnya, mencari sosok yang kini tengah tertidur pulas di atas ranjang.

"Yerim-a....". Panggilku lembut berharap yerim terbangun hanya dengan memanggilnya.

Merasa yerim tak bergerak sedikit pun menarikku mulai melangkah untuk menghampirinya.

Yerim terlihat sangat kelelahan, aku tak tau terbuat dari apa hati tulusnya itu yang selalu ada untuk orang-orang yang ia sayangi meskipun seseorang yang telah menyakitinya.

Dengan pelan aku menaiki ranjang dan merebahkan tubuhku disampingnya, entah mengapa aku sangat merindukannya meskipun baru semalam dia tak berada disampingku.

Kuperhatikan wajah cantiknya, mulai dari kening hingga bibirnya. "Aku menyukai semuanya".

Perlahan ku kikis jarak antara kami dengan ciuman, ku lingkarkan tanganku dipinggangnya dan menutup mataku.

Forever Love (Sequel Always Forever)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang