Part 10

694 31 2
                                    


Di luar halaman kelas 12 IPS 1, Dean dan kawan-kawan berkumpul disana. Entah apa yang sering diobrolkan oleh kumpulan anak lelaki, yang pasti bukan penggosip seperti kebanyakan anak perempuan.

"Yan, bukannya si Bagas itu ketua Osis ya?" Ucap Salah satu temannya yang bernama Yogi.

"Iya. Emang kenapa?" Jawab Dean.

"Tadi gue lihat dia ngerokok bareng temen-temennya, gue gak tahu namanya siapa, di kantin belakang Pak Saman." Ucapnya lagi.

"Dia ngerokok? Kapan?" Tanya Dean.

"Barusan, tadi gue dari belakang sana." Jawabnya.

"Kalau ketahuan pihak sekolah, dia bisa dikeluarin dari ketua Osis Yan. Lo kan mantan ketua Osis, kasih tahu dia." Ucap temannya yang lain bernama Reno, teman sebangku Dean.

"Nanti gue temuin dia, pulang sekolah." Ucap Dean.

Kemudian Dean mengalihkan fokusnya pada ponsel. Hanya sebentar, mungkin hanya sekedar untuk mengirim pesan atau pun membalas pesan. Dean memang bukanlah tipe orang yang menyukai ponsel seperti yang lain, dengan menjadi gamers atau pun si pemain sosmed. Dean tak seperti itu. Ia hanya memakainya jika perlu saja. Lain halnya dengan salah satu temannya bernama Rendy, dia cowok tapi dia seorang stalker. suka stalkerin akun cewek-cewek cantik di sekolahnya. Bukan cuma cewek, cowok pun dia stalkerin bahkan sampai ke guru-gurunya pun ada yang dia stalkerin. Seperti misalnya Bu Dessy, salah satu guru di sekolahnya. Katanya hampir tiap hari dia stalkerin akun Bu Dessy. Mulai dari facebook, line, instagram, Dia tahu semua. Bu Dessy adalah guru termuda di sekolahnya, katanya kalau saja Bu Dessy lahir seangkatan dengannya, dia pasti akan memacarinya. Tapi sayangnya tidak, dan dia sudah punya tunangan. Wajar saja dia tahu apa-apa tentang Bu Dessy, karena dia adalah seorang stalker. Dan ada lagi, salah satu teman Dean yang bernama Riko, si gamers sejati. Tiap ada games terbaru pasti dia selalu tahu. Tiap ada games seru yang lagi booming di kalangan para gamers, dia pasti punya.
Tapi tidak dengan para sahabatnya Dean. Yogi dan Reno. Mereka hanya orang normal biasa, dengan kenakalan dan tingkahnya masing-masing.

"Yan, temenin gue ke kantin yuk!" Ucap Emi yang tiba-tiba muncul disana.

"Males. Ajak yang lain saja." Jawab Dean.

"Gak mau. Gue maunya sama lo."

"Lain kali saja. Sekarang gue gak bisa. Sama Mia aja atuh, dia kan ada." Jawabnya.

"Dia lagi sibuk. Gak mau katanya. Ya, ayo dong!"

"Sama gue aja atuh. Gue bisa kok." Ucap Rendy, si stalker itu.

"Gak mau! Ya udah kalau gitu, gak jadi deh." Ucap Emi.

"Yah, kenapa? ya sudah, kalau gak mau gak papa." Ucap Rendy.

Emi pun pergi berlalu masuk ke dalam kelasnya.

"Dia memang harus digituin Yan. Modus doang, dia suka sama lo. Gue tahu, gue pernah stalkerin dia." Ucap Rendy.

"Terserah lah. Gue gak mau pikirin." Ucap Dean.

Kemudian tak berapa lama bel masuk pun berbunyi. Seluruh siswa mulai kembali pada kegiatan belajarnya masing-masing. Kecuali dengan kelas yang guru pengajarnya gak masuk karena berhalangan hadir. Seperti kelasnya Bunga 11 IPA 1. Mereka hanya bersantai-santai, bercanda, mengobrol, yang sibuk dengan handphone, yang sibuk dengan novel pun ada. Bunga adalah salah satunya yang sibuk dengan mengobrol.

"Bunga, entar pulang sekolah mau kemana? Anter aku yuk, beli buku." Ucap Nisa mengawali percakapan.

Bunga yang tengah membaca novelnya pun hanya menjawab santai
"Hayu aja. Bisa kok." Jawabnya.

"Nanti deh aku anterin kamu pulang, sekalian aku mau main ke rumah kamu." Ucap Nisa lagi.

"Oh, iya hayu. Sudah lama kamu gak main ke rumah aku. Oma aku kangen katanya, waktu itu nanyain kamu." Jawab Bunga.

Kemudian Bunga memasukan novelnya ke dalam tas untuk bisa fokus pada obrolannya bersama Nisa.

"Iya? Wah...aku juga kangen sama Oma kamu. Kangen sama cerita-ceritanya. Sudah lama banget ya." Ucap Nisa.

"Iyah, lumayan lah sebulan lebih ada." Jawab Bunga.

"Kemarin kamu kemana?" Tanya Nisa.

"Kemarin kamu ke rumah aku?" Ucap Bunga menjawab dengan pertanyaan.

"Nggak sih. Aku nelepon rumah kamu, yang ngangkat Ayah kamu. Katanya kamu lagi pergi main. Kemana?"

"O iya. Ke rumahnya Kak Dean."

"Ke rumahnya Kak Dean? Ngapain? Ciee...sudah jadian ya?" Ucap Nisa sembari tersenyum manis menggoda Bunga.

"Nggak Nis. Jangan salah paham dulu deh. Aku main sama Adeknya, namanya Disha. Bukan sama Abangnya." Jawabnya santai. Lagian siapa yang mau jadian dengan Lelaki aneh seperti Dean. Kalau pun ada, itu Bukan Bunga.

Tak terasa beberapa jam pun telah berlalu. Waktu seakan berlalu begitu cepat. Bel pulang pun telah berbunyi, bergema di daerah sekeliling sekolah.

Terlihat Dean yang tengah menunggu di depan kelasnya Bagas. Mungkin dia sedang punya urusan tentang Bagas yang ketahuan ngerokok terang-terangan di kantin belakang.

"Bagas!" Panggil Dean saat Bagas keluar dari dalam kelasnya.

"Kenapa? Lagi perlu banget ya Kak?" Jawabnya.

"Ikut gue sebentar, ke ruang Osis."

Bagas pun menurut. Mereka berjalan menuju ruang Osis yang dituju. Kunci ruangan itu memang dipegang oleh Bagas, si ketua Osis.

"Ada hal penting apa?" Tanya Bagas setelah mereka sampai di ruang Osis.

"Gas, lo ngerokok?" Tanya Dean to the point, dan membuat Bagas terkejut kaget.

"Kata siapa?" Tanyanya.

"Ada lah yang bilang."

"Gas, lo tuh Ketua Osis. Kalo pihak sekolah tahu, apalagi wakasek, lo bisa dikeluarin dari Osis. Jangan ngerokok di Daerah sekolah. Apalagi terang-terangan kaya gitu. Gue tau lah lo paham dengan yang gue maksud." Ucap Dean.

"Gue kan sudah bilang, gue gak mau masuk ke Osis apalagi sampe jadi ketua Osis." Jawab Bagas kemudian.

"Iyah. Gue tahu. Tapi ini salah satu cara agar lo dapat kesibukan lain yang bakal ngurangin waktu lo dari roko, dan lo juga punya kemampuan yang bagus di bidang ini." Jelas Dean lagi.

Bagas memang perokok aktif. Dari sejak SMP dia sudah merokok, dan terus kecanduan sampai sekarang. Dean lah yang membawanya untuk masuk ke organisasi Osis dan memintanya untuk mencalonkan diri jadi Ketua Osis. Salah satu cara agar setidaknya bisa sedikit-sedikit membantunya mengurangi kebiasaan ngeroko. Walau pun yaa...memanglah sulit. Seenggaknya dengan Bagas jadi ketua osis, dia akan lebih berkaca diri, dan bisa sedikit mengurangi kebiasaan merokoknya karena kesibukannya itu.

"Oke, gue usahain gak ngerokok lagi di sekolah."

Dean tak mengucapkan kata lagi. Dia menepuk pundak Bagas ala cowok. Kemudian melakukan tos ala cowok. Mereka pun beranjak pergi ke luar dari ruangan osis itu.

*****

Diary Ibu (Cerita Usang Membawa Rindu) SelesaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang