Part 18

507 36 0
                                    

Cantikmu sederhana,
Tak rupawan tapi menawan

Tak menarik perhatian
Tapi saat mata itu menatap, mampu buatku menetap

Katanya bidadari cantik,
Jika boleh ku merayu, mungkin kau salah satu dari mereka

Jika kau telah tau cinta itu seperti apa
Itulah rasaku

Tak diundang kan?

Jadi tolong, jangan buat rasa itu pergi
Biarkan aku menerka, jantungmu berdetak hebat saat di dekatku
Meski tak kau katakan dan tak mau terdeteksi olehku

Tapi aku tau

Setidaknya, itu harapanku tentangmu

•••


Dibanding dengan melihat kelas 12 yang sedang praktek, lebih baik Bunga pergi ke kantin, membeli makanan untuk pengganjal perutnya. Di saat-saat seperti ini biasanya guru pengajar tak akan masuk untuk mengajar. Jadi Bunga bisa puas akan seberapa lama Ia berada di kantin.

"Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam."

Bunga sontak melihat siapa yang barusan mengucapkan salam padanya. Dari suaranya sepertinya Bunga pernah mendengar suara itu. Orang itu mengucap salam?

"Ikut duduk ya?" Ucapnya lagi, ramah disertai dengan senyuman pula.

"Kak Yuda. Bukannya lagi praktek ya?"

"Ini baru selesai." Jawabnya yang mulai akan mengambil ancang-ancang untuk menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. Tetap saja masih dengan keramahan dan senyumnya.

Jika dipikir, kalau disini ada Kak Yuda, berarti Kak Dean juga ada disini. Haruskah Bunga melihat ke sekeliling? Bisa saja kan teman Kak Yuda yang lain bakalan ikutan duduk di bangku yang Bunga tempati sekarang?

Bagaimana caranya Bunga akan pergi dari sini? Bunga tak ingin terlihat kesannya menghindari Yuda. Sebenarnya bukan menghindari Yuda, hanya saja Ia takut Dean juga ada disini. Ia tak ingin rencananya untuk menghindari Dean gagal lagi untuk hari ini.

"Mau kemana?" Tanya Yuda kemudian. Padahal Bunga sedikitpun belum beranjak dari kursi itu. Bagaimana bisa Yuda tau kalau Ia hendak pergi.

"Emmmm, Bunga ke kelas ya Kak." Agak tidak enak Bunga mengatakannya, tapi tak ada salahnya jika Ia mencoba.

"Oh, ya sudah." Jawabnya, masih saja terus memperlihatkan senyumnya.

"Emang udah makannya?" Belum sempat Bunga beranjak, Yuda sudah melontarkan pertanyaan lagi.

"Eh, udah Kak."

"Gak mau nunggu dulu? Bentar lagi."

Nunggu? Nunggu buat apa?

"Nunggu buat apa ya Kak?"

"Ya, tunggu aja bentar lagi." Jawab Yuda memperlihatkan senyumnya lagi.

"Nggak deh Kak. Bunga duluan aja ya."

"Iya deh."

Belum sempat Bunga berjalan, Ia sudah dihadapkan dengan orang yang saat ini ada dalam benaknya. Dean, ya Dean. Tiba-tiba saja lelaki itu sudah berada di hadapannya. Jujur, Bunga merasa jantungnya hampir saja copot. Soal kaget jangan ditanya, bahkan teramat kaget. Terlebih lagi sialan dengan jantungnya yang sama sekali tak bisa Ia kendalikan.

"Mau kemana?" Tanyanya dengan senyum yang sangat jarang sekali Bunga melihat senyum itu. Bagaimana bisa Bunga tidak melihatnya jika lelaki itu saja berdiri tepat di hadapannya. Oh Allah, cobaan apa ini. Apakah perasaan itu mulai ada?

Sebisa mungkin Bunga menetralisir detak jantungnya. Jangan sampai Dean mengetahui apa yang sedang terjadi pada hatinya.

"Mau ke kelas Kak."
"Bunga duluan ya."

Sebelum Bunga melangkah, ia sempat melihat ke arah Yuda yang entah sedang tersenyum pada siapa, sepertinya padanya. Sedangkan Dean sendiri hanya melihat Bunga dengan tatapan kosong. Tidak lagi mengatakan sesuatu.

Bunga pun akhirnya berhasil juga pergi dari dua laki-laki itu. Masih mencoba mengatur detak jantungnya.

Bunga jadi teringat dengan ucapan Yuda tadi. Nunggu? Apa maksudnya nunggu Kak Dean? Ahh...sudahlah. Kenapa setiap hal dirasa Bunga malah Ia kaitkan dengan Dean.

Mungkin benar, Bunga harus mengutuk pikirannya yang masih saja tak bisa lepas dari lelaki bernama Dean itu. Lelaki yang benar-benar menyebalkan.

"Kamu dari mana?" Tanya Nisa yang ternyata kini sudah duduk di bangku kebesarannya.

"Dari kantin."

"Gak ngajak."

"Habis kamunya gak ada."

"Iya juga sih. Hehee." Nisa tersenyum dengan memperlihatkan deretan giginya.

"Nis, lo gimana sih, gue kan bilang gue pinjem catatan lo. Mana?" Nino teman sekelasnya, tanpa disadari sudah berdiri di samping bangku mereka.

"Ehhee...sorry gue lupa bawa." Jawab Nisa memperlihatkan sederet giginya dan mengangkat dua jarinya di samping telinganya.

"Lo mah kampret, gue kan udah bilang jangan lupa."

"Lo tuh yang kampret, mangkanya jangan tidur pas pelajaran coba. Apa susahnya sih, ambil aja ke rumah entar sore. Jangan cuma numpang makan doang."

Nino, adalah sepupunya Nisa. Di rumah pun mereka memang selalu begitu. Bahkan sering usil satu sama lain.

"Oke gue ke rumah lo. Entar pas makan malam, biar gue ikut makan gratis. Hehee."

"Gak malu lo sama bokap gue?"

"Kagak lah, kan udah biasa. Entar kalo lo ke rumah gue juga gue kasih makan kan."

"Iya deh iya, sana deh lo main lagi sono. Ganggu lo."

"Iya iyah. Bunga, ada yang salam." Kali ini Nino memperlihatkan senyumnya. Bunga yang sedari tadi hanya mendengarkan obrolan mereka kini mulai mengangkat suaranya.

"Siapa?" Tanya Bunga.

"Adalah pokoknya. Katanya, jawab dong, wa'alaikumsalam gitu."

"Siapa?"

"Jawab aja dulu."

"Iya, wa'alaikumsalam."

"Assalamu'alaikumnya kan belum. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

"Dia gak mau disebutin namanya. Dadah." Ucap Nino sembari berlari menghindari posisi mereka.

"Dasar kampret lo Nin." Teriak Nisa kemudian.

"Kamu sama Nino lucu lo Nis. Hehee." Bunga terlihat menertawakan tingkah Nisa dan Nino yang dianggapnya lucu. Soal perkataan yang dikatakan Nino padanya, ia tak mau terlalu peduli, biarkan saja, ia tak akan penasaran tentangnya.

"Lupain itu. Menurut kamu siapa coba yang ngirim salam buat kamu?" Ucap Nisa, memfokuskan Bunga untuk menghadap ke arahnya.

"Gak tau lah Nis." Siapa pun itu, Bunga tak ingin berurusan dengan siapa pun lagi. Setidaknya untuk kali ini.

"Lah, kamumah. Kalo menurut aku sih siapa lagi coba kalau bukan Kak Dean."

"Udahlah lupakan Nis. Jangan bahas Kak Dean terus."

Bunga sama sekali tidak ingin memikirkan masalah itu. Sebenarnya Bunga tak yakin jika itu Kak Dean. Sejak kapan Kak Dean dekat dengan Nino? Tapi jika bukan Kak Dean, siapa lagi?
Masa Nino?

*****

Jangan lupa Vommentnya yah, bantu orang kan dapet pahala...ehhe

Diary Ibu (Cerita Usang Membawa Rindu) SelesaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang